Maya pun segera bersiap sambil terus berpikir bagaimana dia akan bersikap pada Randy saat bertemu nanti. Amarah di hati Maya pasti akan tersulut saat melihat Randy dan keempat temannya. Maya berpikir keras bagaimana dia akan membalaskan dendamnya.
Jam menunjukkan pukul 6.15, semua peralatan MOS sudah siap, sarapan sudah dan bekal pun sudah dibawa. Maya segera berpamitan pada ke dua orang tuanya, salim dan cium tangan ayah dan ibu. "Ayah, ibu, aku berangkat ya. Mohon doanya agar aku bisa sekolah dengan baik dan kelak menjadi orang yang sukses. Semoga seminggu acara MOS bisa terlewati tanpa ada masalah yang berarti."
"Ayah dan ibu selalu mendoakanmu, nak. Jangan terlalu membebani hati dan pikiranmu, fokuslah dengan belajar saja, semoga cita-citamu bisa tercapai." Pak Margono mendoakan dan memberi restu pada Maya sembari mengusap kepala putri satu-satunya itu.
"Jangan ngelantur seperti tadi pagi ya! Doakan bapak sama ibu sehat selalu dan Tuhan memberikan rejeki yang cukup untuk sekolahmu." Bu Parmi mencubit pipi Maya lalu mencium pipi putrinya itu.
"Iya, Bu, maaf. Aku tadi habis mimpi, jadi kebawa deh…!" Jawab Maya cengengesan. Maya tidak berniat menceritakan apa yang dia alami pada siapapun, mungkin juga tidak akan ada yang percaya.
Maya telah berangkat dengan sepeda motornya, jarak rumah dan sekolah memang tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 15 menit saja. Setelah Maya berangkat, Pak Margono juga berangkat kerja. "Bapak pamit ya, bu."
"Iya, pak. Hati-hati ya! Semangat kerjanya buat putri kita satu-satunya." Bu Parmi salim dan mencium tangan Pak Margono.
"Iya, bu. Aku tambah semangat, entah mengapa aku merasa ada yang berbeda dengan Maya pagi ini. Sepertinya Maya lebih semangat, apalagi dia tadi sampai minta doa restu kita sebelum berangkat." Tersenyum membayangkan putrinya yang berangkat sekolah dengan semangat.
"Sepertinya dia semangat karena sekarang satu sekolahan bareng pacarnya itu, apa bapak tidak tahu? Ibu sebenarnya kurang setuju Maya pacaran dengan anak pejabat itu. Ibu takut kalau anak itu hanya mempermainkan Maya." Perasaan Bu Parmi sebagai seorang ibu sangatlah peka.
"Sepertinya Maya semangat bukan karena itu, Bu. Jika benar hanya karena pacarnya, Maya tidak akan meminta doa agar bisa sekolah dengan baik dan bisa sukses kedepannya." Pak Margono merasa ada yang lain dibalik sikap Maya yang berubah semangat sekolah.
"Bapak sebaiknya menasehati Maya agar tidak sibuk pacaran dan fokus sekolah. Bapak jangan selalu memanjakan dia, ibu takut kalau mereka pacaran dan kelewatan batas." Bu Parmi mengungkapkan kekhawatirannya, memang tidak mudah mendidik dan menjaga anak perempuan.
"Bapak juga tahu, bapak juga khawatir. Nanti kalau ada waktu yang pas, bapak akan menasehatinya. Semoga nanti dia mau mengerti kekhawatiran kita sebagai orang tua."
...***...
Jam 6.35 Maya telah sampai di sekolah. Cukup banyak siswa yang sudah sampai di sekolah lebih awal, mereka tidak mau telat dan akhirnya dihukum kakak kelas. Maya memarkirkan sepeda motornya, di depan gerbang parkiran ada sosok lelaki yang dulu begitu dia cintai, siapa lagi kalau bukan Randy. Maya ingat waktu MOS dia selalu mendapat bantuan dari Randy hingga dia bisa melalui MOS dengan lancar. Hari terakhir acara MOS, Randy mengajaknya jalan-jalan ke taman hingga petang menjelang. Masih jelas dalam ingatan Maya, waktu itu Randy mulai menunjukkan keinginannya.
"Aku yang terlalu bodoh dan tidak menyadari, ternyata selama ini mas Randy bukan benar-benar mencintaiku, tapi hanya karena menginginkan kehangatan saja." Ucap Maya dalam hati.
"Sa… Maya, sini!" Randy melambaikan tangannya memanggil Maya.
"Cieee… Mau panggil sayang ya?" Ledek Vino yang tiba-tiba muncul dari belakang Randy.
"Dia yang telah ikut menjamah dan membuatku merasa sangat kotor. Lihat saja nanti, aku akan membalaskan dendamku padamu, Vino." Pikiran Maya berisikan dendam hingga raut wajah Maya terlihat marah, jelas terpancar rasa tidak sukanya pada Vino dan Randy.
Randy berjalan mendekati Maya dan merangkul pundaknya. "Jangan marah, sayang! Ini kan di sekolah, makanya aku memanggil namamu. Tapi kamu tetap manis meskipun sedang marah dan cemberut gitu. Gemes deh!" Randy mencolek pipi Maya dengan telunjuknya.
"Mas, aku nggak suka sama Mas Vino. Dia ganggu momen kita berdua nih!" Maya menggenggam tangan Randy dan menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan seperti anak kecil, tak lupa dia juga memasang tampang imut yang menggemaskan hingga Randy terpesona. Biasanya Maya tidak akan bersikap manja dan menggemaskan seperti itu, dia lebih banyak diam dan hanya akan mendengarkan ucapan Randy.
"Sebelum aku menemukan cara putus dengan Mas Randy, aku akan bersikap manis dan membuat dia lebih mencintaiku. Biar dia merasakan sakitnya ditinggal pergi oleh orang yang dia cintai." Dalam hati Maya tersenyum, apalagi dia bisa melihat mimik muka Randy yang kaget, terpesona dan gemas dengan sikapnya.
"Ah… Kamu gangguin orang pacaran aja, Vin! Pergi sana, jomblo!" Randy mengusir Vino dengan nada bercanda, namun sepertinya tidak dengan Vino, raut wajahnya menunjukkan rasa kesal pada Randy. Vino pun pergi dan diam seribu bahasa.
"Mas Randy, aku kangen kamu!" Maya berbisik pelan pada Randy.
"Apa? Nggak kedengeran!" Randy hanya samar-samar mendengar bisikan Maya.
Maya pun menarik lengan Randy agar dia lebih menunduk dan dia bisa menjangkau telinga Randy. Maya pun berbisik lembut pada Randy. "Aku kangen sama Mas Randy. Aku bawa bekal double, nanti kita makan bersama ya? Biar semua cewek-cewek fans Mas Randy di sini jadi iri karena pangeran mereka sudah jadi milik Maya."
Wajah Randy terlihat bersemu merah karena dirinya merasa tersanjung dengan ucapan Maya. Dia menutupi senyumnya dengan tangannya. "Tentu, nanti kita makan di taman waktu istirahat ya!" Randy mengelus puncak kepala Maya.
"Cieee… Mas Randy! Aduh hati ku patah melihat adegan romantic pagi-pagi begini. Jadi ini adik kelas yang mau Mas Randy titipin ke panitia ya?" Datang dua orang anggota OSIS yang menjadi panitia MOS.
"Sstt… Jangan kenceng-kenceng! Aku titip pacarku ya, jangan dijahatin!" Saat ini Randy memang sudah kelas 3, jadi dia tidak ikut menjadi panitia MOS.
"Siap! Apa sih yang nggak kita lakuin buat Mas Randy." Jawab mereka kompak.
"Tapi, Mas. Bukannya itu curang ya? Meskipun aku pacarmu, tapi aku mau diperlakukan sama. Aku nggak mau membuatmu malu dong!" Maya mulai bersilat lidah.
"Nggak apa-apa, sayang! Aku cuma mau lindungin kamu dari kekejaman panitia MOS aja." Dua orang panitia tadi hanya senyum-senyum melihat Maya dan Randy.
"Yaudah, tapi jangan terlalu pilih kasih ya, kakak-kakak senior!" Maya sedikit menundukkan kepala bersikap menghormati senior atau panitia MOS.
"Jadi cukup sewajarnya saja, biar yang lain tidak iri dan membenciku atau nyalahin Mas Randy. Aku nggak mau kalau siswa lain sampai bilang Mas Randy menyalahgunakan posisinya untuk melindungi pacarnya." Imbuh Maya.
"Baiklah, sesuai keinginan Mas Randy aja gimana?" Ucap salah satu panitia.
"Ya udah, ikutin kata Maya aja." Randy merasa Maya menyayanginya dan memikirkan reputasinya. Satu bagian takdir telah Maya ubah, kini dia tidak akan mendengar gunjingan dari para senior dan teman-teman satu angkatannya. Gunjingan yang menjelekkannya maupun menjelekkan Randy.
"Keren sih! Memang pantas bersanding dengan Mas Randy. Ya udah, kami pamit dulu." Mereka meninggalkan Randy dan Maya berdua.
"Sayangku, jadi lebih pinter ya sekarang?" Randy tersenyum menatap Maya.
"By the way, kamu imut banget pakai pita warna-warni gitu." Randy memuji Maya dengan tulus, lalu dengan sigap memfoto Maya yang tersipu malu.
"Mas Randy selalu terlihat tampan. Aku baru tahu kalau pangeran tampanku sangat keren dan berpengaruh di sekolah ini." Maya menunduk, malu-malu mengatakan itu pada Randy.
"Kenapa Maya seperti berbeda dari biasanya. Hari ini dia terlihat dewasa sekaligus imut dan cantic secara bersamaan. Bahkan aku menuruti omongannya tadi. Aku jadi tidak rela jika berbagi pacar sekeren ini pada teman-temanku." Dalam hati Randy mulai goyah.
"Ayo aku antar ke aula untuk kumpul bersama yang lain!" Ajak Randy.
"Nggak usah diantar, Mas. Tunjukin aja jalannya, biar aku mencari sendiri dan berbaur dengan siswa baru yang lain. Aku nggak mau kalau kedepannya Mas Randy justru repot karena selalu apa-apa berdua denganku. Mas Randy kan udah kelas 3, jadi perlu fokus belajar juga. Semangat." Maya mengangkat kedua tangannya yang mengepal memberi semangat pada Randy.
"Manis banget sih! Ya udah ayok aku tunjukin jalannya!" Kali ini Randy selalu menuruti ucapan Maya. Perlahan Maya akan menemukan ritme permainannya untuk mendapatkan hati Randy lalu mematahkannya.
Sesampainya di aula, Maya mulai bergabung dengan siswa-siswi baru yang lain. Maya berkenalan dengan banyak teman baru dan bersikap lebih supel dan ceria, tidak seperti dulu yang pendiam dan cenderung mengandalkan Randy.
"Akhirnya aku terbebas dari Mas Randy, aku sungguh tak tahan berakting manis padanya. Semoga saja dia mulai goyah dan sedikit demi sedikit dia akan menaruh hati padaku." Batin Maya di tengah keramaian suasana aula.
...***...
Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…
Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
HoiLim Yee Lee
nice ☺️
2022-05-02
2
Nurhayati
kuatkan hati karena banyak ujian menanti.....💪
2022-04-27
1
£RV!N@ 🤗
hati2 maya...
2022-04-26
0