"Untung dulu aku suka olah raga, setidaknya staminaku sudah cukup kuat untuk mengikuti pelatihan bela diri. Tunggu aku Ki Soponyono, tekad ku kuat untuk berlatih bela diri demi membalaskan dendam ku." Maya terus bergumam di atas motornya yang sedang melaju. Maya berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menjadi wanita lemah lagi. Kondisi dunia memang sedang tidak baik-baik saja, banyak wanita cerdas di bidang akademik tapi bodoh dalam urusan percintaan. Banyak wanita yang terjerat dengan hubungan yang toxic dan berharap sang pria akan berubah suatu saat nanti. Wanita dan pria sebenarnya sama saja, ada yang baik dan ada yang buruk.
"Haruskah aku menolong Priska agar dia tidak mengalami kejadian tragis seperti yang dulu aku alami? Tapi, bagaimana caranya aku menolong dia? Aku tidak mungkin mengatakan padanya tentang kehidupanku sebelumnya, tidak mungkin juga aku bilang kalau aku sudah membuntuti Mas Randy dan melihat dia bersama Mas Randy sedang bermesraan." Maya dilemma, dia khawatir dengan Priska.
"Dasar Randy buaya darat! Tunggu aku cari cara membalas semua kejahatan mu. Meskipun Priska diam-diam bersamamu dan tidak memikirkan aku, tapi bukan berarti aku tega membiarkan Prita mengalami nasib yang sama seperti kehidupanku sebelumnya." Maya terlalu baik, dia masih memikirkan temannya meskipun sudah dikhianati.
...***...
Maya telah sampai di rumah dan jam menunjukkan pukul 18.45. Hari sudah gelap, dia pun langsung memasukkan motornya ke dalam rumah. Begitu Maya membuka pintu, dia telah disambut oleh sang bapak.
"Apakah pantas anak perawan berkeliaran di waktu petang seperti ini?" Pak Margono melontarkan pertanyaan retoris pada Maya. Di jaman yang sudah modern ini banyak anak perempuan yang tidak mengerti tata krama dan norma bermasyarakat. Jaman dulu anak perempuan tidak boleh keluar rumah di malam hari, sebelum petang datang mereka harus sudah sampai di rumah. Norma itu semata-mata untuk menjaga anak perempuan dari kejamnya dunia.
"Maaf, Pak. Aku masukkan dulu motornya, setelah itu aku akan menjelaskan kemana aku pergi." Maya meminta maaf terlebih dahulu dari pada keburu dimarahi. Setelah memasukkan motor, Maya duduk di kursi sebelah bapaknya.
"Bapak cuma khawatir dengan satu-satunya putri bapak. Cuma kamu yang bapak dan ibu punya, kamu satu-satunya harta yang paling berharga yang kami miliki." Pak Margono menunjukkan kekhawatirannya.
"Aku paham, Pak. Maaf kalau aku membuat bapak dan ibu khawatir. Aku tidak pergi pacaran kok! Aku cuma pergi sendirian ke taman kota, refreshing dikit habis MOS. Aku sudah putuskan untuk fokus sekolah dan mengejar beasiswa untuk kuliah, Pak." Maya memberikan penjelasan, meskipun tidak seratus persen benar. Dia tidak mungkin menjelaskan bahwa dia membuntuti Randy sang pacar yang merupakan play boy kelas kakap. Maya bertekad menyelesaikan masalahnya sendiri, kasian bapak ibunya jika terseret masalahnya dengan Randy.
"Baguslah kalau kamu bertekad untuk fokus sekolah. Tapi, jangan membuat semua itu menjadi beban bagimu ya, May! Bapak dan ibu juga akan menabung sedikit demi sedikit untuk biaya kuliahmu nanti. Jika nanti tabungan bapak dan ibu tidak cukup untuk menguliahkan kamu, bapak harap kamu bisa mengerti dan menerimanya dengan lapang dada." Pak Margono senang mendengar penjelasan Maya, sungguh tidak menyangka kalau putrinya itu sekarang sudah bisa bersikap lebih dewasa.
"Bapak jangan khawatir, aku juga tahu dengan kondisi keluarga kita. Justru keadaan ini membuatku semangat berjuang untuk mendapatkan beasiswa agar kelak bisa mencapai masa depan yang lebih baik. Terima kasih ya, Pak, karena sudah berjuang sekuat tenaga menyekolahkan aku di SMA favorit. Aku bangga punya bapak sama ibu." Maya memeluk bapaknya.
"Jadi ibu nggak dipeluk? Cuma sayang sama bapak?" Bu Parmi ikut bergabung.
Maya pun menghambur ke pelukan ibunya. "Ibu yang paling aku sayang dong! Bapak nomor dua, ha… ha… ha…."
"Oh iya, Pak! Aku mau minta ijin untuk ikut ekskul bela diri silat dari perguruan Macan Emas." Maya ingat untuk minta ijin terlebih dahulu, menuntut ilmu memang perlu restu dari kedua orang tua.
"Buat apa anak perempuan belajar bela diri? Nanti kamu jadi tomboy, terus jadi kusam dan nggak cantik lagi loh!" Sahut Bu Parmi.
"Buat jaga diri, Bu. Jaga-jaga kalau ada yang mau ngejahatin aku. Boleh kan, Pak?" Maya meminta dukungan bapaknya.
"Memangnya kamu nggak takut kepanasan, hitam terus jadi tomboy dan nggak cantik lagi?" Goda Pak Margono.
"Loh… Kok bapak jadi kaya ibu sih? Nggak apa-apa sedikit tomboy, Pak. Tinggal kasih perawatan dikit, entar juga nggak hitam lagi. Boleh ya, Pak?" Maya mendesak bapaknya untuk memberi ijin.
"Nah! Itu yang buat perawatan bisa buat tambah bayar sekolah, May!" Seloroh Bu Parmi kurang setuju.
"Aduh, Bu. Biasanya kan Ibu udah beliin facial wash, cream siang dan hand body, itu aja udah cukup kok. Nggak perlu beli yang lain." Maya meyakinkan ibunya.
"Memangnya ekskul bela diri nggak perlu bayar? Terus nanti kalau ada acara-acara pasti juga butuh biaya kan?" Bu Parmi masih banyak pertimbangan.
"Sudahlah, Bu. Kita ijinkan saja, itu juga demi kebaikan Maya. Tujuan ikut bela diri kan untuk melindungi diri, jadi kita akan lebih tenang saat Maya pergi-pergi sendiri. Kalau soal biaya tambahan, kan kita masih bisa usahakan!" Pak Margono memberi ijin dan ikut meyakinkan istrinya.
"Lagi pula, kalau Maya sibuk kegiatan sekolah, dia tidak akan sibuk pacaran lagi, Bu." Imbuh Pak Margono.
"Oh, iya juga ya, Pak. Kalau gitu ibu setuju." Bu Parmi akhirnya setuju dengan alasan terakhir yang Pak Margono ungkapkan.
"Terima kasih, Pak, Bu. Aku janji tidak akan mengecewakan kalian. Aku juga janji tidak akan pacaran terus dan fokus sekolah. Kalau aku lupa dengan janjiku, jangan sungkan untuk menegurku dengan tegas. Aku tahu maksud baik Bapak sama Ibu." Maya menggenggam tangan ibunya, berusaha menyampaikan kesungguhannya.
"Ibu bersyukur sekali, ternyata putri ibu sekarang sudah bisa berpikir dewasa." Mata Bu Parmi mulai berkaca-kaca, dia pun segera memeluk Maya.
...***...
Malam hari menjelang tidur, Randy mengirim pesan pada Maya. "Sayang, lagi apa, kangen nih?"
"Hah…! Kangen? Habis bermesraan sama Priska terus bilang kangen sama aku. Benar-benar playboy, pantes saja nama gengnya Don Juan." Maya ngomel sendiri membaca pesan dari Randy.
"Ini baru mau bobok, Mas. Tapi belum bisa bobok karena kangen juga sama Mas Randy." Bunyi pesan Maya ke Randy.
"Hueeek…! Kamu ganteng sih, Mas, tapi sayangnya kamu jahat. Lebih ganteng mas-mas yang aku tabrak tadi." Maya terbayang dengan wajah si pria yang sudah dia tabrak dua kali.
"Haduuuh… Kenapa malah ke bayang mas-mas songong tadi sih. Dah gitu, dia narsis dan ngira aku mencoba mendekatinya. Emangnya dia seterkenal apa sampai sok kecakepan gitu. Ya, meskipun memang dia cakep, ganteng and tampan maksimal." Maya malah asyik ngebayangin si pria tadi.
"Kirim PAP dong, sayang! Post a picture, biar bisa mengobati rasa kangenku padamu." Pinta Randy.
"Kamu dulu dong, Mas! Kirim PAP yang ganteng." Tak lama kemudian Randy benar-benar mengirimkan foto dirinya yang sedang tiduran di kasurnya yang indah.
"Duh, gantengnya pacarku." Maya mengomentari foto yang Randy kirim.
"Foto kamu mana, sayang? Aku udah kangen berat nih!" Pinta Randy.
"Sabar dong, Mas! Lagi ambil foto nih." Maya pun segera mengirim fotonya pada Randy, dia sengaja mengambil foto dirinya yang bergulung dengan selimut. Maya tidak mau fotonya malah justru mengundang imajinasi liar Randy.
"Kok selimutan seperti itu sih, sayang? Kirim foto yang nggak pakai selimut dong!" Randy protes, padahal dia berharap melihat foto Maya yang menggunakan baju tidur.
"Di sini dingin, Mas, makanya pakai selimut." Jawab Maya ngasal.
"Masa dingin sih? Di sini aja nggak kok! Kan tidak sedang hujan." Randy memberi argument.
"Udah, ah, yang penting kan udah kirim PAP. Aku bobok dulu ya, sayang. Love you." Maya hendak mengakhiri percakapan, dia sudah tidak mampu menahan rasa kesal pada Randy yang banyak mintanya. Maya juga tahu kalau Randy berharap Maya akan mengirimkan foto yang cukup seksie.
"Ya udah, mimpi indah, sayang. Love you to." Randy kecewa dengan PAP yang Maya kirim, dia pun segera mengirim pesan pada Priska.
"Malam, Priska sayang? Udah bobok belum? Kangen nih!" Ya, begitulah Don Juan, kalau pacar yang satu tidak menanggapi, langsung saja hubungi pacar satunya lagi.
"Malam, sayang. Ini baru mau bobok. Tadi kan habis malam Mingguan berdua, masa udah kangen lagi?" Priska membalas dengan cepat.
"Iya, sayang, habisnya kamu ngangenin sih. Apalagi susu murninya indah banget, kenyal kaya jelly jadi bikin tambah kangen." Randy mulai menggoda Priska. Anak muda yang dimabuk asmara memang begitu mengebu-ngebu hingga terkadang susah sekali untuk dinasehati.
"Jangan gitu dong, sayang! Jadi malu nih." Priska sedikit risih untuk membahas itu di chat.
"Loh, kok malu sih? Aku suka loh! Kan bentuknya indah banget, kamu harusnya bangga dong! Kirim PAP dong, sayang! Biar bisa mengobati rasa kangenku padamu." Randy selalu manis dan penuh rayuan, hingga Priska pun mengirim fotonya.
"Cantik banget sih, Priska ku sayang, bikin aku tambah kangen. Cuma kamu yang bikin aku kangen berat, Maya nggak ada apa-apanya dibanding kamu. Besok kan hari Minggu, ketemuan lagi yuk, sayang!" Gombalan Randy pun mulai keluar, jelas saja Priska merasa senang karena Randy menganggapnya lebih unggul dari pada Maya.
"Kalau Maya nggak ada apa-apanya, kenapa Mas Randy masih sama dia? Kapan Mas Randy putusin dia?" Priska mulai menuntut Randy untuk segera mutusin Maya.
"Sabar dong, sayang! Misi menghancurkan hati Maya masih on progress. Butuh waktu sedikit lebih lama biar Maya benar-benar merasakan sakitnya patah hati ditinggal kekasih." Sebenarnya Randy mulai enggan mutusin Maya, apalagi Maya telah menunjukkan perubahan setelah masuk SMA.
"Kamu tidak segera mutusin dia bukan karena udah jatuh cinta beneran sama dia kan, Mas?" Priska mulai curiga kalau perasaan Randy mulai goyah.
"Nggak dong, sayang! Kamu tahu sendiri kan, aku paling mesra cuma sama kamu doang. Percaya sama aku!" Memang Priska juga tidak tahu kalau Randy sebenarnya sudah bermain cinta dengan siswi lain di SMA 2. Sebagai temannya Maya, Priska juga tidak pernah diberitahu oleh siswa-siswi lain tentang kelakuan Randy yang merupakan Don Juan.
"Iya, aku percaya, Mas Randy sayangku. Aku bobok dulu, ya. Good nite and love you… emuach." Priska dibutakan oleh rasa sayangnya pada Randy, pria tampan yang membuat hatinya porak-poranda.
"Tunggu, Mas! Apa kamu juga melakukan hal seperti tadi sore dengan Maya?" Priska dengan cepat mengirim pesan pada Randy. Dia dihantui ketakutan, takut jika Randy juga bermesraan dengan Maya seperti dirinya tadi sore.
"Nggak dong, sayang! Kan udah aku bilang kalau cuma kamu yang bisa bahagiain aku. Yakin, aku cuma begitu sama kamu doang karena aku paling cinta sama kamu. Kalau nggak ada cinta, nggak mungkin bisa lakuin semacam itu, sayang. Itu semua berlandaskan cinta." Wanita pintar pasti muak membaca pesan Randy ini, tapi tidak dengan Priska, dia justru merasa senang karena berpikir Randy benar-benar mencintai dia. Jaman sekarang memang susah dibedakan cinta karena cinta atau cinta karena hasrat semata.
"Okay, sayangku, good nite. And I love you more… emuach." Randy sudah senang sekali dengan foto yang Priska kirim, dia pun segera mengakhiri chat karena sudah malas menanggapi Priska yang mencurigainya.
...***...
Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…
Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Umi Abi
pinter banget ngeles nya kayak bajaj
2022-04-30
2
Nurhayati
rayuan gombal bikin Priska terbuai.....
2022-04-28
1
Mommy Aldito
penasaran sama Ki soponyono 🤭
2022-04-26
2