NovelToon NovelToon

CEO Tampanku Ahli Silat

Part 1 Hidup Kembali

Sedikit kisah nyata yang dibumbui oleh author. Happy reading, semoga reader suka. 🙏🏼

...***...

Jum'at 15 Oktober 2021 satu bulan setelah kejadian na’as itu. Maya bingung karena sudah 2 minggu dia terlambat kedatangan tamu rutin tiap bulan. Maya sangat takut jika dirinya hamil, padahal dia baru kelas 2 SMA. Maya pun searching di internet tentang test kehamilan. Sore hari pulang sekolah, Maya menggunakan masker untuk menyembunyikan wajahnya dan memakai baju biasa agar orang tidak menyangka kalau dia anak sekolahan. Dia pun memberanikan diri masuk ke apotek membeli test pack. Maya membeli 4 test pact untuk memastikan apakah dirinya benar-benar hamil.

Sabtu 16 Oktober 2021. Pagi-pagi buta sebelum ibunya bangun, Maya bangun lebih awal dan berniat mengecek kehamilan dengan test pack. Dengan perasaan was-was dan rasa takut yang terus menggerogoti hati, mata Maya terpejam menunggu hasil test pack. Setelah beberapa saat test pact itu dia celupkan ke dalam air kecilnya di pagi hari, Maya perlahan membuka matanya mengintip hasil test pact itu. Matanya terbelalak kaget, sejurus kemudian air matanya mulai menetes. Dia belum siap menjadi ibu muda, apalagi dia masih kelas 2 SMA. Maya menangis membayangkan masa depannya telah hancur. Maya terus terisak, namun takut jika orang tuanya mendengar. Maya pun pergi ke belakang rumah yang masih sepi dan berniat menelepon Randy.

"Iya halo, sayang. Apa kamu sedang ingin aku menghisap madu mu di pagi hari? Apa kamu sudah rindu aku memasuki dan menyirami mu dengan madu cinta?" Randy bicara melantur, namun kemudian dia terdiam karena mendengar isak tangis Maya.

"A-aku hamil. Kamu harus tanggung jawab!" Maya menuntut pertanggungjawaban dari Randy.

"Haaah...! Hamil?" Randy terlonjak kaget.

"Aku sudah mengeceknya dengan dua test pact dan... Dan semua hasilnya positif. Kamu harus tanggung jawab menikahi aku secepatnya!" Maya bingung harus bagaimana, solusi satu-satunya adalah menikah.

"Apa kamu sudah gila? Aku baru semester 2, mana mungkin aku menikahi kamu. Orang tuaku pasti tidak setuju." Randy tidak ada rasa tanggung jawab sedikitpun dan hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Apa maksud mu, mas? Kamu harus tanggung jawab! Ini anakmu, bukankah kamu selalu bilang kamu mencintaiku dan ingin menikahi ku!"

"Hahaha... Kamu jangan terlalu naif, aku mengatakannya hanya demi mendapatkan kehangatan darimu. Bukankah aku sudah pernah bilang kalau aku hanya butuh kehangatan darimu? Lagi pula belum tentu itu anakku. Bisa saja itu anak Bobby, Marco, Vino atau Ferdi." Randy mengelak untuk bertanggungjawab.

"Kurang ajar kamu, mas! Padahal aku mencintaimu, memberikan segalanya padamu, ternyata kamu hanya menganggap ku sebagai penghangat saat kamu butuhkan. Aku akan lapor ke polisi dan menuntut mu di pengadilan karena kelakuanmu dan keempat temanmu itu!" Maya mengancam Randy, berharap Randy mau bertanggung jawab.

"Ha... Ha... Ha... Apa kamu lupa siapa aku dan siapa dirimu? Keluargamu hanya orang miskin di hadapan keluargaku. Bagaimana kamu bisa menang melawan aku di pengadilan? Sudah jelas siapa yang menang kan? Apalagi kamu juga tidak punya bukti." Jawab Randy dengan sombongnya, alih-alih bertanggung jawab dia justru merendahkan Maya dan keluarganya.

"Lagipula kamu sangat menikmati saat keempat temanku menyesap madu cintamu, bahkan kamu terus meminta mereka memperdalam senjata mereka."

"Aah... Terus di sana, lebih dalam lagi." Randy menirukan teriakan Maya saat itu.

"Bukankah kamu berteriak seperti itu? Aku juga punya videonya. Apa kamu mau menontonnya juga? Aku pun bingung itu anak siapa, aku tidak akan pernah mau bertanggung jawab."

"Itu semua karena kamu memberikan obat pada jus yang kamu berikan padaku. Kamu baj..." Belum sempat Maya mengumpat pada Randy, teleponnya sudah dimatikan.

Kebetulan hari ini orang tua Maya harus pergi ke rumah saudara yang sedang punya acara hajatan. Maya pun ijin tidak ikut ke hajatan dengan alasan sakit. Setelah kedua orang tuanya berangkat ke tempat saudara, Maya pergi membeli obat beracun.

"Harusnya aku tidak jatuh cinta pada lelaki lak - nat itu! Harusnya aku sadar, aku hanya anak orang biasa sedangkan dia anak orang berada." Maya menyalahkan dirinya sendiri.

Anak orang kaya memang beda, apalagi Tuan Andi dan Nyonya Ranti Prasetyo Wibowo memang selalu memanjakan anaknya itu dan terkadang mentolerir kenakalan-kenakalan yang Randy lakukan. Sebagai salah satu pejabat tinggi di kota S, Tuan dan Nyonya Prasetyo Wibowo memang sangat sibuk dan hanya menghujani anaknya dengan kekayaan saja. Maya menyadari harusnya dia tidak bersama Randy, apalagi status sosialnya yang beda jauh. Pak Margono Hadi Suwarno ayahnya Maya hanyalah karyawan swasta yang gajinya sedikit di atas UMR dan Bu Suparmi ibunya memiliki warung kecil-kecilan di rumahnya.

Setelah membeli obat beracun, seharian Maya mengurung dirinya di kamar. Malam yang indah, bulan bersinar terang dan langit bertabur bintang. Namun kegelapan menyelimuti hati dan pikiran Maya, dia menangisi kebodohannya. Masih jelas terdengar kata-kata manis, janji-janji manis yang selalu Randy bisikkan padanya. Maya terus merutuki kebodohannya, menyalahkan dirinya sendiri, mengapa dia mau bertahan dengan lelaki toxic seperti Randy. Lelaki yang selalu marah jika tidak dituruti hasrat dan keinginannya. Cinta buta melumpuhkan kewarasan Maya hingga dia memberikan segalanya pada Randy.

Maya menangis tersedu-sedu di atas ranjang, matanya terasa perih namun air mata tidak berhenti menetes. Keadaannya sangat kacau, tangannya mulai memukuli dirinya sendiri karena merasa jijik dengan dirinya yang telah disentuh oleh keempat teman geng Randy. Maya histeris, namun tidak ada yang mendengarnya karena saat ini dia di rumah sendirian dan jarak rumahnya dengan rumah tetangga memang agak jauh.

Gambaran kejadian yang bagaikan nighmare terus berlarian di benak Maya. Satu bulan lalu tepatnya hari Sabtu tanggal 17 September 2021, Randy mengajak Maya temu kangen di vila milik keluarga Randy. Maya sungguh tidak menyangka hari itu adalah hari yang akan menghancurkan masa depannya. Gadis cantik dan pintar menjadi wanita penghibur di hadapan pacar dan gengnya. Randy memberikan obat pada minuman Maya, lalu dia terlebih dahulu menuntaskan hasrat kerinduannya akan kehangatan Maya yang sudah beberapa hari tidak dia rasakan. Kemudian Randy menuntaskan perjanjiannya dengan teman-teman satu gengnya, Maya bagaikan piala bergilir karena Randy membagi kehangatan Maya pada keempat temannya itu. Tidak hanya itu, bahkan Randy tega membawa selingkuhannya di kamar lain. Entah siapa yang sebenarnya jadi selingkuhan, itu pun sulit dijelaskan.

Maya berucap pada dirinya sendiri. "Jika ada kesempatan hidup kembali aku akan membalas semua pengkhianatan dan penganiayaan yang kamu lakukan padaku. Jika tidak, maka biarkan Tuhan yang akan menghukum kamu dan teman-temanmu."

"Tuhan, hamba sangat berlumuran dosa. Mohon ampuni dosa hamba yang hina ini. Berilah mereka hukuman yang setimpal, Tuhan." Maya berdoa dengan berurai air mata.

"Maafkan aku, ayah, ibu. Anakmu ini sungguh tidak berbakti, seharusnya aku sekolah dengan benar demi meraih cita-citaku. Jika ada kesempatan hidup kembali, aku berjanji akan membahagiakan kalian berdua dan menjadi orang hebat yang dapat membanggakan kalian."

Maya mengambil beberapa obat dan meminumnya dengan mata terpejam. Beberapa saat kemudian Maya meregang nyawa, mulutnya mengeluarkan busa.

Maya seperti dalam kegelapan beberapa saat, namun kemudian dia membuka matanya kembali. Maya pikir dia telah mati dan sedang berada di alam lain. Dia melihat ke sekelilingnya, namun semuanya terlihat sangat familiar.

"Bukankah ini kamarku? Loh… Kok aku pakai baju ini? Bukannya semalam aku bukan pakai baju ini? Dimana botol obat yang aku beli kemarin?" Maya kebingungan.

"Mayaaa… Cepat bangun, nak! Atau kamu akan terlambat MOS dan dihukum kakak kelas mu!" Teriak Bu Parmi, ibunda Maya.

"MOS? Masa Orientasi Siswa?" Maya masih bingung dengan keadaannya saat ini. Maya segera membuka ponselnya. "Ini… Ini kan ponselku yang lama? Kan sudah aku jual, kok masih di sini?"

"Mayaaa… Cepat bangun! Kamu tidak ingin terlambat kan!" Bu Parmi masuk ke kamar Maya. "Kamu sudah bangun? Kenapa tidak menyahut dari tadi?" Bu Parmi memarahi putrinya.

"Bu, ini tanggal berapa? Kok ponselku masih yang ini? Ponselku yang baru kemana, bu?" Maya masih linglung.

"Apa kamu sudah hilang ingatan gara-gara tidur kaya kebo? Sejak kapan kamu beli ponsel baru? Atau kamu habis mimpi punya ponsel baru?" Bu Parmi berkacak pinggang dan menepuk lengan Maya.

"Cepat siap-siap! Ini sudah jam 5 pagi, bukannya kemarin kamu bilang mau berangkat pagi-pagi untuk siap-siap MOS?"

Maya membuka ponselnya, terlihat di layar ponselnya sekarang adalah hari Senin tanggal 6 Juli 2020. "Loh…! Kok tanggal tanggal 6 Juli 2020?"

"Mayaaa… Cepat siap-siap! Ibu mau nyiapin sarapan, jangan ngelantur!" Bu Parmi berjalan ke luar dari kamar Maya dan ngedumel.

"Anak ini habis mimpi apa sih? Bisa-bisanya nyari ponsel baru, udah untung bisa masuk sekolah favorit yang cukup mahal." Bu Parmi berjalan ke dapur menyelesaikan tugas memasak sarapan.

Maya mendengar ucapan ibunya. "Ponsel baruku yang beliin mas Randy, bu." Maya berucap lirih.

"Apa aku benar-benar kembali ke masa awal sekolah SMA? Apa Tuhan mendengarkan doaku dan memberiku kesempatan ke dua?"

Maya beranjak bangkit dari tempat tidurnya, lalu matanya beredar melihat ke sekeliling kamarnya. Matanya tertuju ke meja belajar, di sana ada pita warna-warni dan tas dari karung beras yang dulu dia pakai waktu MOS.

"Tuhan, ini bukan mimpi kan? Engkau memberiku kesempatan ke dua." Maya menangis bahagia.

"Tuhan, ijinkan aku membalas dendam pada orang-orang yang telah berbuat jahat padaku sebelumnya. Aku bertekad akan mengubah takdirku. Aku tidak mau terjerat oleh pria lak - nat seperti Randy."

"Terima kasih… Terima kasih, Tuhan, atas kesempatan ke dua yang telah Engkau berikan. Aku berjanji akan menjadi lebih baik dari pada aku yang dulu. Yang pasti aku akan lebih berbakti pada kedua orang tua ku."

"Tunggu pembalasanku Randy Prasetyo Wibowo." Maya melemparkan bingkai foto Randy yang ada di meja belajarnya hingga pecah.

"Mayaaa…! Apa yang kamu lakukan?" Terdengar teriakan Bu Parmi dari arah dapur.

"Nggak sengaja bingkai fotonya jatuh, Bu. Nggak apa-apa kok!"

Maya pun segera bersiap sambil terus berpikir bagaimana dia akan bersikap pada Randy saat bertemu nanti. Amarah di hati Maya pasti akan tersulut saat melihat Randy dan keempat temannya. Maya berpikir keras bagaimana dia akan membalaskan dendamnya.

...***...

Bagaimana Maya akan bersikap pada Randy?

Bagaimana cara Maya membalas dendam pada Randy dan gengnya?

Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…

Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕

Part 2 Kembali ke Awal Pacaran (MOS)

Maya pun segera bersiap sambil terus berpikir bagaimana dia akan bersikap pada Randy saat bertemu nanti. Amarah di hati Maya pasti akan tersulut saat melihat Randy dan keempat temannya. Maya berpikir keras bagaimana dia akan membalaskan dendamnya.

Jam menunjukkan pukul 6.15, semua peralatan MOS sudah siap, sarapan sudah dan bekal pun sudah dibawa. Maya segera berpamitan pada ke dua orang tuanya, salim dan cium tangan ayah dan ibu. "Ayah, ibu, aku berangkat ya. Mohon doanya agar aku bisa sekolah dengan baik dan kelak menjadi orang yang sukses. Semoga seminggu acara MOS bisa terlewati tanpa ada masalah yang berarti."

"Ayah dan ibu selalu mendoakanmu, nak. Jangan terlalu membebani hati dan pikiranmu, fokuslah dengan belajar saja, semoga cita-citamu bisa tercapai." Pak Margono mendoakan dan memberi restu pada Maya sembari mengusap kepala putri satu-satunya itu.

"Jangan ngelantur seperti tadi pagi ya! Doakan bapak sama ibu sehat selalu dan Tuhan memberikan rejeki yang cukup untuk sekolahmu." Bu Parmi mencubit pipi Maya lalu mencium pipi putrinya itu.

"Iya, Bu, maaf. Aku tadi habis mimpi, jadi kebawa deh…!" Jawab Maya cengengesan. Maya tidak berniat menceritakan apa yang dia alami pada siapapun, mungkin juga tidak akan ada yang percaya.

Maya telah berangkat dengan sepeda motornya, jarak rumah dan sekolah memang tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 15 menit saja. Setelah Maya berangkat, Pak Margono juga berangkat kerja. "Bapak pamit ya, bu."

"Iya, pak. Hati-hati ya! Semangat kerjanya buat putri kita satu-satunya." Bu Parmi salim dan mencium tangan Pak Margono.

"Iya, bu. Aku tambah semangat, entah mengapa aku merasa ada yang berbeda dengan Maya pagi ini. Sepertinya Maya lebih semangat, apalagi dia tadi sampai minta doa restu kita sebelum berangkat." Tersenyum membayangkan putrinya yang berangkat sekolah dengan semangat.

"Sepertinya dia semangat karena sekarang satu sekolahan bareng pacarnya itu, apa bapak tidak tahu? Ibu sebenarnya kurang setuju Maya pacaran dengan anak pejabat itu. Ibu takut kalau anak itu hanya mempermainkan Maya." Perasaan Bu Parmi sebagai seorang ibu sangatlah peka.

"Sepertinya Maya semangat bukan karena itu, Bu. Jika benar hanya karena pacarnya, Maya tidak akan meminta doa agar bisa sekolah dengan baik dan bisa sukses kedepannya." Pak Margono merasa ada yang lain dibalik sikap Maya yang berubah semangat sekolah.

"Bapak sebaiknya menasehati Maya agar tidak sibuk pacaran dan fokus sekolah. Bapak jangan selalu memanjakan dia, ibu takut kalau mereka pacaran dan kelewatan batas." Bu Parmi mengungkapkan kekhawatirannya, memang tidak mudah mendidik dan menjaga anak perempuan.

"Bapak juga tahu, bapak juga khawatir. Nanti kalau ada waktu yang pas, bapak akan menasehatinya. Semoga nanti dia mau mengerti kekhawatiran kita sebagai orang tua."

...***...

Jam 6.35 Maya telah sampai di sekolah. Cukup banyak siswa yang sudah sampai di sekolah lebih awal, mereka tidak mau telat dan akhirnya dihukum kakak kelas. Maya memarkirkan sepeda motornya, di depan gerbang parkiran ada sosok lelaki yang dulu begitu dia cintai, siapa lagi kalau bukan Randy. Maya ingat waktu MOS dia selalu mendapat bantuan dari Randy hingga dia bisa melalui MOS dengan lancar. Hari terakhir acara MOS, Randy mengajaknya jalan-jalan ke taman hingga petang menjelang. Masih jelas dalam ingatan Maya, waktu itu Randy mulai menunjukkan keinginannya.

"Aku yang terlalu bodoh dan tidak menyadari, ternyata selama ini mas Randy bukan benar-benar mencintaiku, tapi hanya karena menginginkan kehangatan saja." Ucap Maya dalam hati.

"Sa… Maya, sini!" Randy melambaikan tangannya memanggil Maya.

"Cieee… Mau panggil sayang ya?" Ledek Vino yang tiba-tiba muncul dari belakang Randy.

"Dia yang telah ikut menjamah dan membuatku merasa sangat kotor. Lihat saja nanti, aku akan membalaskan dendamku padamu, Vino." Pikiran Maya berisikan dendam hingga raut wajah Maya terlihat marah, jelas terpancar rasa tidak sukanya pada Vino dan Randy.

Randy berjalan mendekati Maya dan merangkul pundaknya. "Jangan marah, sayang! Ini kan di sekolah, makanya aku memanggil namamu. Tapi kamu tetap manis meskipun sedang marah dan cemberut gitu. Gemes deh!" Randy mencolek pipi Maya dengan telunjuknya.

"Mas, aku nggak suka sama Mas Vino. Dia ganggu momen kita berdua nih!" Maya menggenggam tangan Randy dan menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan seperti anak kecil, tak lupa dia juga memasang tampang imut yang menggemaskan hingga Randy terpesona. Biasanya Maya tidak akan bersikap manja dan menggemaskan seperti itu, dia lebih banyak diam dan hanya akan mendengarkan ucapan Randy.

"Sebelum aku menemukan cara putus dengan Mas Randy, aku akan bersikap manis dan membuat dia lebih mencintaiku. Biar dia merasakan sakitnya ditinggal pergi oleh orang yang dia cintai." Dalam hati Maya tersenyum, apalagi dia bisa melihat mimik muka Randy yang kaget, terpesona dan gemas dengan sikapnya.

"Ah… Kamu gangguin orang pacaran aja, Vin! Pergi sana, jomblo!" Randy mengusir Vino dengan nada bercanda, namun sepertinya tidak dengan Vino, raut wajahnya menunjukkan rasa kesal pada Randy. Vino pun pergi dan diam seribu bahasa.

"Mas Randy, aku kangen kamu!" Maya berbisik pelan pada Randy.

"Apa? Nggak kedengeran!" Randy hanya samar-samar mendengar bisikan Maya.

Maya pun menarik lengan Randy agar dia lebih menunduk dan dia bisa menjangkau telinga Randy. Maya pun berbisik lembut pada Randy. "Aku kangen sama Mas Randy. Aku bawa bekal double, nanti kita makan bersama ya? Biar semua cewek-cewek fans Mas Randy di sini jadi iri karena pangeran mereka sudah jadi milik Maya."

Wajah Randy terlihat bersemu merah karena dirinya merasa tersanjung dengan ucapan Maya. Dia menutupi senyumnya dengan tangannya. "Tentu, nanti kita makan di taman waktu istirahat ya!" Randy mengelus puncak kepala Maya.

"Cieee… Mas Randy! Aduh hati ku patah melihat adegan romantic pagi-pagi begini. Jadi ini adik kelas yang mau Mas Randy titipin ke panitia ya?" Datang dua orang anggota OSIS yang menjadi panitia MOS.

"Sstt… Jangan kenceng-kenceng! Aku titip pacarku ya, jangan dijahatin!" Saat ini Randy memang sudah kelas 3, jadi dia tidak ikut menjadi panitia MOS.

"Siap! Apa sih yang nggak kita lakuin buat Mas Randy." Jawab mereka kompak.

"Tapi, Mas. Bukannya itu curang ya? Meskipun aku pacarmu, tapi aku mau diperlakukan sama. Aku nggak mau membuatmu malu dong!" Maya mulai bersilat lidah.

"Nggak apa-apa, sayang! Aku cuma mau lindungin kamu dari kekejaman panitia MOS aja." Dua orang panitia tadi hanya senyum-senyum melihat Maya dan Randy.

"Yaudah, tapi jangan terlalu pilih kasih ya, kakak-kakak senior!" Maya sedikit menundukkan kepala bersikap menghormati senior atau panitia MOS.

"Jadi cukup sewajarnya saja, biar yang lain tidak iri dan membenciku atau nyalahin Mas Randy. Aku nggak mau kalau siswa lain sampai bilang Mas Randy menyalahgunakan posisinya untuk melindungi pacarnya." Imbuh Maya.

"Baiklah, sesuai keinginan Mas Randy aja gimana?" Ucap salah satu panitia.

"Ya udah, ikutin kata Maya aja." Randy merasa Maya menyayanginya dan memikirkan reputasinya. Satu bagian takdir telah Maya ubah, kini dia tidak akan mendengar gunjingan dari para senior dan teman-teman satu angkatannya. Gunjingan yang menjelekkannya maupun menjelekkan Randy.

"Keren sih! Memang pantas bersanding dengan Mas Randy. Ya udah, kami pamit dulu." Mereka meninggalkan Randy dan Maya berdua.

"Sayangku, jadi lebih pinter ya sekarang?" Randy tersenyum menatap Maya.

"By the way, kamu imut banget pakai pita warna-warni gitu." Randy memuji Maya dengan tulus, lalu dengan sigap memfoto Maya yang tersipu malu.

"Mas Randy selalu terlihat tampan. Aku baru tahu kalau pangeran tampanku sangat keren dan berpengaruh di sekolah ini." Maya menunduk, malu-malu mengatakan itu pada Randy.

"Kenapa Maya seperti berbeda dari biasanya. Hari ini dia terlihat dewasa sekaligus imut dan cantic secara bersamaan. Bahkan aku menuruti omongannya tadi. Aku jadi tidak rela jika berbagi pacar sekeren ini pada teman-temanku." Dalam hati Randy mulai goyah.

"Ayo aku antar ke aula untuk kumpul bersama yang lain!" Ajak Randy.

"Nggak usah diantar, Mas. Tunjukin aja jalannya, biar aku mencari sendiri dan berbaur dengan siswa baru yang lain. Aku nggak mau kalau kedepannya Mas Randy justru repot karena selalu apa-apa berdua denganku. Mas Randy kan udah kelas 3, jadi perlu fokus belajar juga. Semangat." Maya mengangkat kedua tangannya yang mengepal memberi semangat pada Randy.

"Manis banget sih! Ya udah ayok aku tunjukin jalannya!" Kali ini Randy selalu menuruti ucapan Maya. Perlahan Maya akan menemukan ritme permainannya untuk mendapatkan hati Randy lalu mematahkannya.

Sesampainya di aula, Maya mulai bergabung dengan siswa-siswi baru yang lain. Maya berkenalan dengan banyak teman baru dan bersikap lebih supel dan ceria, tidak seperti dulu yang pendiam dan cenderung mengandalkan Randy.

"Akhirnya aku terbebas dari Mas Randy, aku sungguh tak tahan berakting manis padanya. Semoga saja dia mulai goyah dan sedikit demi sedikit dia akan menaruh hati padaku." Batin Maya di tengah keramaian suasana aula.

...***...

Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…

Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕

Part 3 Dilabrak Korban Randy

Peluh bercucuran dan rasa sesak di dada kian menyeruak karena mentari begitu terik ditambah panitia MOS yang super tegas dan terkadang over acting. Beruntung sekali Maya memiliki Randy yang sudah menitipkannya pada panitia hingga dia bisa sedikit mendapat kelonggaran dibanding siswa-siswi yang lain. Setelah pelatihan baris-berbaris di lapangan yang begitu super panas, jam 12.00 peserta MOS diijinkan istirahat di kelas sesuai jurusan. Maya masuk ke kelas jurusan IPA. Di saat siswa yang lain sedang makan siang di kelas, Maya berpamitan pada temannya untuk menemui kakak kelas dulu. Siapa lagi yang Maya temu kalau bukan Randy, mereka kan sudah janji akan makan siang bersama. Maya membawa bekalnya dan keluar dari kelas dan di luar kelas ternyata sudah ada Randy yang menunggunya.

"Maaf ya aku baru keluar, Mas Randy jadi lama menunggu." Maya mulai bersikap manis pada Randy.

"Nunggu lama juga rela, buat kamu apa sih yang nggak?" Randy mulai menggombal. Tanpa ragu Randy menggandeng Maya menuju taman. Sebagai anak pejabat kelas tinggi, tidak banyak guru yang berani menegur Randy hingga dia berani terlihat berduaan dengan pacarnya di sekolah. Mereka berdua memilih duduk di bangku taman di bawah pohon yang teduh. Tidak banyak siswa-siswi di sana, apalagi setelah melihat Randy membawa seorang siswi ke sana. Banyak yang sudah tahu jika Randy bermain cinta dengan banyak siswi di sekolah itu. Dulu Maya tidak percaya apa yang dikatakan kakak kelas dan teman sekelasnya. Maya mengeluarkan kotak bekal, minum dan sendok makan dari tas bekalnya.

"Kok cuma satu, sayang? Katanya bawa double?" Randy menggeser duduknya dan juga menggeser Maya hingga dia bisa memeluk Maya dari belakang. Tangan Randy memeluk perut Maya yang datar dan sedikit memberikan sentuhan pada daerah dua perbukitan di atasnya.

"Mas, jangan seperti itu dong! Nanti kalau ada yang lihat gimana?" Darah Maya berdesir, Maya takut dirinya terbuai lagi dengan sentuhan Randy. Maya ingin sekali menolak pelukan Randy namun posisinya saat ini masih lemah.

"Apa sebaiknya aku ikut ekskul silat, jadi aku bisa melawan Mas Randy saat dia ingin mencoba memaksaku memberinya kehangatan." Rencana baru terlintas di benak Maya hingga dia tidak sadar saat itu salah satu tangan Randy telah mendarat dengan lembut di salah satu bukitnya, hingga membuat darahnya berdesir kembali.

"Kamu cuma bawa bekal 1, kalau gitu aku minta susu murninya aja yang ada double nih!" Bisik Randy di telinga Maya, lalu dia mencium pipi Maya.

"Mas, lepasin dong! Ini kan di sekolah, aku nggak mau kalau ada siswa lain yang melihatnya, nanti reputasi kamu jadi buruk. Aku bawa tempat bekalnya cuma 1, tapi bisa buat makan kita berdua kok!" Maya membebaskan diri dari pelukan Randy.

"Berarti kalau di luar sekolah dan nggak ada yang lihat, aku boleh memelukmu seperti tadi kan? Kalau nggak boleh aku ngambek nih!" Rengek Randy.

"Cuma boleh peluk aja, tangannya jangan bergerilya ke tempat lain seperti tadi! Aak…" Maya menyuapi Randy dan ia menerimanya dengan sangat senang karena sebelumnya Maya tidak pernah bersikap semanis dan seromantis itu.

"Tapi aku ingin, sayang! Apa aku harus melakukannya dengan para fansku?" Mengelus paha Maya.

"Tapi, mas?" Maya hendak menolak, tapi tidak tahu apa yang harus dia katakan. Maya masih lemah, dia masih terpikat dengan ketampanan dan kelembutan Randy saat ini.

"Aku janji tidak akan kebablasan, sayang. Cuma pengen minum susu murni aja, kamu kan tahu aku kurang kasih sayang dari mamaku."

"Tapi itu hanya boleh dilakukan kalau kita sudah menikah nanti, mas." Maya berusaha menolak dan tidak hanya diam seperti dulu.

"Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Makanya kamu menolak. Atau ada siswa baru yang tampan yang mendekatimu? Padahal aku maunya cuma sama kamu, meskipun banyak siswi cantik yang mengejarku." Randy mulai playing victim, mempermainkan kepolosan Maya. Randy tidak tahu yang sekarang di hadapannya bukanlah Maya yang dulu polos dan selalu nurut dengannya setelah apa yang Randy lakukan. Dulu Maya sangat takut Randy meninggalkannya hingga dia memberikan segalanya pada Randy. Namun setelah memberikan segalanya pada Randy, ternyata Maya juga masih dihantui rasa takut ditinggalkan oleh Randy.

"Dia mulai menakutiku untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Harusnya dulu aku mendengarkan nasehat kakak kelas yang waktu itu memperingatkan aku. Jika aku tidak salah ingat, harusnya nanti sepulang sekolah akan ada 1 kakak kelas yang cukup cantik melabrak dan memberitahuku tentang kebusukkan Mas Randy." Maya terlarut dalam benaknya.

"Sayang, kenapa malah diam? Apa kamu benar-benar sudah tidak mencintaiku lagi? Apa kamu juga akan seperti mamaku yang membiarkanku kurang kasih sayang. Sedari kecil mamaku cuma memberiku susu formula, aku belum pernah merasakan yang asli." Randy mencium Maya dengan lembut dan mendaratkan sentuhan lembut di bukit itu. Bagi gadis lugu yang baru kenal pacaran, sentuhan lembut dan kata-kata Randy ini membuat bimbang dan akhirnya akan menuruti permintaannya.

"Mas, please, stop ya! Kalau kamu benar mencintaiku, pasti kamu tidak akan memperlakukan aku seperti ini di tempat umum. Padahal aku sangat mempercayaimu dan mencintaimu, tapi kamu malah meragukan aku hanya karena aku tidak mau menurutimu saat ini." Maya mulai pintar membalikkan ucapan Randy.

"Baiklah, maaf karena aku tidak bisa menahan diri dan membuatmu tidak nyaman. Aku terlalu mencintaimu, sayang." Randy mengalah untuk menang, itu yang dulu Randy lakukan. Setelah di luar sekolah Randy baru berhasil menjerat Maya, memaksa Maya melakukan apa yang dia inginkan.

Mereka melanjutkan acara makan siang, setelah itu Randy mengantarkan Maya ke kelasnya lagi. Sesampainya di kelas, teman-teman Maya mulai bersorak. "Cieee… Pangeran dan putri SMA 2. Pacaran mulu bikin iri."

"Hush… Jangan gitu dong! Nanti aku akan lebih sering bareng kalian kok. Aku pasti juga akan aktif di kelas, di ekskul maupun di organisasi. Minta bantuannya ya kawan-kawan! Tolong tegur aku jika aku terlalu sering bersama pacarku dari pada bersama kalian." Maya sedikit membungkuk meminta bantuan atau support dari teman-teman barunya.

"Okay… Kita akan saling membantu ya! Semoga 3 tahun lagi kita lulus bareng-bareng dan dapat tempat kuliah yang bagus atau kerjaan yan bagus. Aamiin." Ucap sang ketua kelas. Maya sungguh tidak menyangka, saat dia berani berbicara semuanya akan berbeda, tidak seperti dulu saat dia diam saja. Dulu dia hanya punya Randy dan satu teman dekat saja yaitu Priska Oktavia.

MOS berjalan lancar, pulang sekolah Maya mampir ke toilet terlebih dahulu. Seingat Maya, di jam itu akan segera datang kakak tingkat yang akan melabraknya. Maya menunggu, apakah kejadian itu akan terjadi lagi. Kini Maya sudah bersiap, dia tidak akan diam atau menangis lagi dan hanya menunggu pertolongan Randy. Maya keluar dari toilet dengan ekspresi polosnya.

"Wah… Ada cewek penghibur nih!" Sindir kakak kelas Maya.

"Maaf, maksud kakak apa ya? Kakak bicara dengan siapa? Dengan hantu kah? Atau dengan teman kakak ini!" Maya menunjuk kakak kelas yang satunya.

"Heh… Loe jangan kurang ajar sama kakak kelas ya!" Mantan korban Randy mulai sarkas, Prita namanya. Dia adalah siswi kelas 2 yang menjadi korban terakhir Randy sebelum Randy mengenal Maya. Prita bukanlah mantan pacar Randy, dia hanyalah mantan korban Randy. Prita yang mau membuka kakinya untuk Randy, dia pikir dengan begitu Randy akan selalu bersamanya. Ternyata Prita salah, Randy tetaplah menjadi casanova.

"Yang kurang ajar sama kakak siapa? Kan aku cuma nanya kakak bicara sama siapa?" Jawab Maya santai sambil membetulkan ikatan rambutnya, dia sudah melepas pita warna-warni yang dipakai tadi pagi. Dari sudut agak jauh Randy melihat Maya dan Prita, namun dia belum berniat membantu Maya karena masih ingin melihat bagaimana Maya menghadapi Prita.

"Loe itu cuma cewek penghibur Mas Randy aja, jadi jangan sok kecakepan deh! Ntar loe juga dibuang sama dia! Jangan mengira kalau satu sekolah ini tidak tahu apa yang kamu lakukan dengan Mas Randy waktu jam makan siang tadi." Jari telunjuk Prita menunjuk-nunjuk wajah Maya sambil berkacak pinggang, menunjukkan senioritas.

"Loh… Bukannya kakak yang cewek penghibur ya? Kakak kan bukan pacarnya Mas Randy, salah sendiri kakak nggak tahu malu dan mendekati Mas Randy terus. Kalau aku kan jelas! Aku pacar resminya Mas Randy dan semua orang mengakui itu." Maya berucap sinis.

"Sadar loe… Gue emang nggak suka karena loe dipacari sama Randy. Tapi gue juga kasian sama loe kalau ujung-ujungnya loe bakal dibuang juga setelah Randy berhasil mendapatkan yang dia inginkan." Prita memberi peringatan. Maya juga tahu, itu yang akan dia alami jika dia melanjutkan hubungan dengan Randy.

"Terus kalau aku sudah putus sama Mas Randy, kakak akan balik ngejar Mas Randy lagi, gitu?" Maya hanya pasang tampang ngeselin, tampang nyolot menurut Prita karena dia berani dengan kakak kelasnya.

"Loe susah dibilangin ya! Loe itu cuma dianggap cewek penghibur sama Randy!" Prita memarahi Maya.

"Dengan kakak bilang begitu, bukan berarti aku percaya serratus persen dong! Bisa jadi kakak ngomong gitu karena kakak ingin merebut Mas Randy dari aku. Jangan-jangan kakak sudah habis manis sepah dibuang ya? Makanya Mas Randy sudah nggak mau sama kakak. Galak sih!"

"Apa kamu bilang?" Prita hendak menampar Maya. Namun terhenti karena teriakan Randy.

"Maya… Kamu belum pulang, sayang? Aku mencarimu dari tadi, ternyata kamu di sini. Apa kamu tidak apa-apa?" Randy datang lalu merangkul pundak Maya dan mencium rambutnya. Randy pikir Maya akan menangis karena diganggu oleh kakak kelasnya, ternyata perkiraan Randy salah. Dia pun tak menyangka Maya bisa seberani itu. Maya adalah satu-satunya cewek yang tidak takut digertak dan siap bersaing untuk menjadi pacar Randy satu-satunya. Maya juga cewek satu-satunya yang menolak untuk berbuat lebih saat dirayu oleh Randy. Pasalnya beberapa cewek yang dekat dengan Randy, selalu mudah untuk ditaklukkan, sedangkan tadi siang Maya menolaknya. Mungkin jika Maya masih Maya yang dulu, dia juga hanya akan nurut-nurut saja.

"Bisa diatasi kok, sayang. Pergi aja yuk… Bau gosong disini, ada yang cemburu." Maya menggandeng lengan Randy lalu pergi meninggalkan Maya. Sikap Maya membuat Randy benar-benar goyah, benar-benar di luar perkiraan.

"Aku kira dia akan menangis. Ternyata dia malah melawan dengan garang. Aaahhh… Aku jadi tidak rela jika teman-temanku menginginkan Maya juga." Pikiran Randy terus bergejolak gara-gara perubahan Maya.

...***...

Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…

Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!