Sore ini Maya begitu semangat, memasuki gerbang perguruan Macan Emas dengan wajah yang berseri-seri. Beberapa murid-murid yang datang berlatih menyapa Maya dengan hangat. Maya merasa ada yang aneh, tumben sekali mereka menyapanya, padahal biasanya mereka hanya cuek dan hanya segelintir murid yang mau menyapa Maya.
"Hey... Sombong sekali nih yang mau dilatih sama calon mertua." Ucap seorang murid pada Maya.
Maya menoleh ke arah sumber suara, ternyata orang itu tak lain adalah Rizal dan Santi. "Mas Rizal! Mbak Santi tolong tuh ajarin cowoknya biar nggak asal ngomong! Jangan memancing di air yang keruh!"
"Bener, Zal! Kamu jangan mempersulit Maya! Sudah bagus dia berhasil diangkat murid Nyi Yanti, jangan bikin masalah buat dia, kasian tahu!"
"Kasian kalau dia jadi sasaran fans Mas Bayu terus!" Santi menegur sang pacar.
"Tapi kan dia lumayan jago, fans Bayu juga jadi pada kicep nggak berani ganggu dia lagi. Liat kan tadi banyak yang nyapa Maya."
"Hai Maya..."
"Eh Maya sudah datang..."
"Maya mau latihan lagi ya?"
"Wah Maya jadi murid Nyi Yanti ya? Hebat banget, jadi iri deh!"
Rizal menirukan beberapa murid yang tadi menyapa Maya hingga membuat Santi kesal lalu mencubit lengannya. "Kamu kok jadi lemes sih mulutnya!"
"Au... au... Maaf San, aku cuma niruin mereka saja. Mereka kemarin pada meremehkan anak baru, sekarang sok, padahal mereka di belakang juga bergunjing ngomong yang enggak-enggak." Rizal hanya berkata apa adanya, memang orang sukses selalu diiringi dengan komentar-komentar julid dari orang lain, meskipun tidak semua berkomentar buruk.
"Mas Rizal udah lihat Mas Bayu belum? Tahu nggak dia dimana?" Maya terpaksa mencari Bayu karena cuma dia yang bisa mengantarnya ke halaman belakang tempat Nyi Yanti menunggunya.
"Wah...! Tumben nyariin Mas Bayu, udah berubah pikiran sekarang? Jadi fans Bayu juga?" Rizal semangat.
"Duh...! Asli, ngomong sama Mas Rizal bikin kesel nih! Kemarin kan Nyi Yanti nyuruh Mas Bayu yang nganter aku ke halaman belakang, katanya nggak ada yang diijinkan ke sana selain keluarga." Maya mengedarkan pandangannya mencari sosok Bayu. Secara tidak sengaja mata Maya menangkap pergerakan Bayu yang baru mengenakan jaket hitam dan hendak pergi.
Sejenak Maya terpesona dengan style Bayu, sejurus kemudian dia tersadar lalu berlari menghampiri Bayu. "Udah dulu ya Mas Rizal, Mbak Santi, bye...!"
(Mas Bayu ganteng maksimal kan guys?🥰 bukan oppa Korea loh)
"Mas Bayu mau kemana?" Tanya Maya sambil mengatur nafas, meskipun berlari cukup cepat Maya tidak terlalu terengah-engah, sepertinya latihannya selama ini sangat berguna untuk meningkatkan stamina.
"Aku mau pergi, ada acara." Jawab Bayu singkat, dia memutuskan berubah dingin terhadap Maya setelah tahu Maya sudah punya pacar.
"Rapi banget, mau ngedate ya?" Tanya Maya kepo.
"Iya, emang kenapa? Jangan kepo deh! Sana latihan!" Bayu mengusir Maya.
Maya sedikit kecewa dan mengira Bayu benar-benar akan pergi ngedate. Bayu memperhatikan raut wajah Maya yang menyiratkan rasa kecewa, tapi dia juga tidak mau berpikir lebih karena sudah jelas yang dihadapannya saat ini hanya anak SMA yang umurnya 6-7 tahun lebih muda darinya. Apalagi Maya sudah punya pacar, Bayu tidak ingin salah menanam cinta pada orang yang sudah taken atau dia yang akan kecewa nantinya.
"Kenapa malah diam?" Bayu menegur Maya yang terdiam.
"Oh, minta tolong antarkan aku ketemu Nyi Yanti, Mas!" Maya tersadar.
"Kenapa aku kecewa saat Mas Bayu bilang mau ngedate? Dia lebih ganteng dan terlihat lebih maskulin dari pada Mas Randy. Uuppss... " Batin Maya.
"Ingat tujuan mu, Maya! Ingat!" Maya bicara pada dirinya sendiri.
"Kamu sekarang butuh pertolonganku?" Pertanyaan Bayu seperti menyindir Maya.
"Duh, Mas Bayu jangan dendam sama aku dong! Kok gitu bilangnya?" Maya tidak ingin terbawa emosi dan menanggapi ucapan Bayu dengan santai.
"Ya, kemarin sih ada yang bilang nggak butuh bantuanku." Bayu jual mahal karena sebenarnya dia juga agak kesal, sebelumnya tidak ada yang seperti itu padanya.
"Maaf, kalau itu menyinggung Mas Bayu. Tapi itu semua karena aku nggak mau diserang fans Mas Bayu. Ku harap Mas Bayu bisa memaklumi dan memaafkan aku." Maya sadar diri harusnya dia tidak terlalu frontal dan membuat Bayu malu di depan murid-murid yang lain.
"Baiklah, ayo aku antar menemui Mimi di halaman belakang!" Bayu mau mengantarkan Maya karena tadi Nyi Yanti juga sudah menyuruhnya mengantar Maya kalau ia sudah datang. Maya pun nurut dan mengikuti Bayu dari belakang.
"Ganteng banget sih, Mas." Gumam Maya.
"Kamu bilang apa?" Bayu menoleh.
"Nggak! Aku nggak bilang apa-apa, Mas Bayu salah dengar kali!" Maya berkilah.
"Haduh bodoh, kenapa mesti dengar sih? Semoga aja nggak terdengar dengan jelas." Batin Maya. Bayu sebenarnya mendengar apa yang diucapkan Maya, hanya saja dia pura-pura tidak mendengar. Padahal ia tersenyum sendiri karena Maya memujinya ganteng.
"Gila, perasaan apa sih ini. Biasanya kalau ada cewek bilang aku ganteng, nggak ada rasa begini. Hadehhh! Jaga hati, jaga hati! Ingat dia sudah punya pacar, dia cuma anak kecil!" Bayu perang batin, antara suka tapi kok sudah ada yang punya.
"Mimi, ini Maya sudah datang. Aku pamit pergi ya." Bayu salim tangan dan mencium tangan ibunya.
"Pulang jam berapa?" Tanya Nyi Yanti.
"Nggak pasti, Mi! Liat nanti apakah datanya sudah cukup apa belum. Nanti aku telepon deh!" Bayu tidak sadar kalau Maya mendengar pembicaraan mereka, padahal dia tadi sudah berbohong kalau dia mau ngedate.
"Baiklah, hati-hati ya!" Nyi Yanti mengusap pundak Bayu, terlihat sekali beliau adalah ibu yang sangat menyayangi anaknya. Bayu melirik ke arah Maya sebentar lalu pergi, tanpa sadar Maya mengamati kepergian Bayu.
"Hmmm-hmmm... " Nyi Yanti berdehem dan mengagetkan Maya.
"Apa dia tampan?" Ucap Nyi Yanti asal.
"Tampan, ehh, nggak!" Maya gelagapan.
"Jadi anakku tidak tampan?" Nyi Yanti malah mengintimidasi.
"Nggak, ehh, tampan Nyi!" Maya takut salah jawab dan membuat Nyi Yanti marah.
"Mas Bayu mau pergi ke mana Nyi?" Tanpa sadar Maya kepo mencari tahu kemana sebenarnya Bayu pergi.
"Kenapa tadi tidak kamu tanyakan sendiri?" Nyi Yanti menggoda, namun Maya hanya senyum-senyum saja.
"Tidak mungkin aku bilang Mas Bayu mau ngedate kan? Aku nggak mau salah ngomong." Batin Maya.
Bukannya marah, Nyi Yanti justru tertawa. "Hahaha, kamu mulai tertarik sama anakku kan?"
"Maaf, Nyi, tidak bisa dipungkiri memang Mas Bayu ganteng maksimal, secara Nyi Yanti cantik dan Ki Sopo juga ganteng. Tapi saya ke sini untuk belajar silat. Saya sudah memutuskan untuk menerima tawaran menjadi murid Nyi Yanti." Maya menunduk hormat.
"Bayu sedang menyelesaikan skripsinya, dia baru ambil data bareng teman-temannya. Makanya dia tidak pernah mengubris kalau ada wanita yang mendekati dia, jadi jangan kaget kalau di awal Bayu marah-marah mengira kamu mendekatinya." Maya manggut-manggut mendengarkan cerita Nyi Yanti dengan seksama.
"Kenapa Mas Bayu marah-marah kalau ada wanita yang mendekatinya Nyi? Nggak wajar dong! Tiap laki-laki pasti suka dideketin banyak wanita." Maya heran kenapa Bayu seperti itu.
"Bayu fokus ke kuliahnya, dia juga tidak mau main-main dengan perasaan wanita. Kamu sendiri gadis kecil yang cantik, kalau ada banyak pria yang mendekati mu gimana?" Nyi Yanti balik bertanya.
"Iya juga Nyi, saya juga mau fokus sekolah, tidak mau main-main soal perasaan. Saya baru cari rencana mutusin pacar saya, soalnya sudah nggak cinta, kemarin saya masih labil waktu nerima dia." Maya malah curhat.
"Loh kenapa nggak cinta? Apa dia tidak ganteng atau tidak kaya?" Tebak Nyi Yanti.
"Bukan Nyi! Dia ganteng, tapi lebih ganteng Mas Bayu." Maya menghentikan ucapannya dan Nyi Yanti malah tersenyum geli melihat Maya yang keceplosan.
"Maksud saya dia ganteng dan juga kaya, ia anak dari Tuan Andi Prasetyo Wibowo pejabat tinggi di kota ini. Tapi sepertinya dia tidak tulus mencinta saya Nyi! Saya juga takut akan statusnya, apalagi saya cuma anak orang biasa." Maya tanpa sengaja malah bercerita banyak pada Nyi Yanti, padahal orang tuanya tidak tahu detail masalahnya ini.
"Kamu tidak perlu takut, sekarang kamu sudah menjadi muridku, murid khusus perguruan Macan Emas. Tidak ada yang akan berani menyinggungmu, termasuk orang tua pacarmu itu. Kalau dia memang tidak tulus dan tidak baik untuk masa depanmu, lebih baik akhiri saja." Nyi Yanti meyakinkan Maya dan memberinya dukungan moril.
"Apa benar bisa begitu Nyi?" Maya masih ragu.
"Benar, itu ada hubungannya dengan urusan politik dan keamanan. Aku tidak bisa menceritakan padamu detailnya. Kalau kamu takut dengan pacarmu itu, kamu boleh minta Bayu untuk melindungimu." Nyi Yanti ambil kesempatan untuk mendekatkan Bayu dan Maya, naluri ibu-ibu suka menjodoh-jodohkan anaknya.
"Mas Bayu kan tidak mau deket-deket sama cewek, Nyi! Dah gitu, dia tadi juga cuek sama saya." Maya berekspresi imut manja, seolah dia bicara dengan ibunya sendiri.
"Hahaha... Kamu ini membingungkan, diperhatiin nggak mau, dicuekin nggak mau. Terus maunya gimana?"
"Hehehe... Saya yang salah Nyi, harusnya kemarin saya tidak sefrontal itu bersikap sama Mas Bayu. Sekarang dia pasti jadi males buat bantuin saya. Tapi tak mengapa Nyi, selama saya bisa menjadi kuat, saya akan berusaha melawan Mas Randy sendiri jika dia mau berbuat jahat pada saya."
"Oh, jadi namanya Randy. Kok panggil Mimi lagi?" Tanya Nyi Yanti heran.
"Maaf, Nyi, saya hanya ingin lebih menghormati Nyi Yanti dan menjaga agar suasana di antara murid-murid tidak gaduh atau ada yang iri lalu mengatakan saya tidak sopan terhadap pimpinan perguruan ini." Jelas Maya.
"Baiklah, aku terima alasan mu. Kalau ada apa-apa bilang saja pada gurumu ini, pasti aku akan membantu." Janji Nyi Yanti.
"Terima kasih Nyi. Maaf kalau saya malah jadi curhat." Maya bahagia karena mendapatkan dukungan dan perlindungan dari perguruan Macan Emas.
"Aku senang punya anak perempuan. Beda sama Bayu yang sudah dewasa dan menyelesaikan apa-apa sendiri. Kadang bikin kangen masa masih anak-anak."
"Jadi aku dianggap sebagai anaknya Nyi Yanti nih?" Maya kegirangan.
"Iya, anak mantu." Nyi Yanti membatin dan senyum-senyum.
"Nyi Yanti senyum-senyum, berarti benar ya?" Maya antusias.
"Iya, tapi kamu harus bersiap latihan lebih keras lagi!" Tantang Nyi Yanti.
"Siap Nyi." Jawab Maya tegas.
"Kalau begitu, sekarang kita mulai latihan pertama. Kamu harus lari naik turun tangga ini sebanyak-banyaknya!"
"Aku ingin tahu sejauh mana staminamu!" Maya melongo dibuatnya.
"Kenapa melongo? Ayo cepat!" Tegas Nyi Yanti.
"Ba-baik Nyi." Maya kaget.
...***...
Apakah Maya berhasil putus dengan Randy?
Apakah Nyi Yanti berhasil menjodohkan Maya dan Bayu?
Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…
Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nurhayati
senengnya dapat teman curhat
2022-05-13
2
HoiLim Yee Lee
Yang Yang so handsome
2022-05-02
1
Umi Abi
wah kepo nih thor
2022-04-30
1