Satu minggu ini Maya sibuk mempersiapkan fisik dengan berolah raga, setiap pulang sekolah dia pasti menyempatkan diri melihat para murid perguruan Macan Emas. Maya sedikit jauh dari Randy hingga membuat Priska terlihat bahagia seminggu ini, namun Randy jadi kelimpungan karena sikap Maya yang menjauh darinya.
"Sial! Kalau dia malah menjauh gini, gimana aku bisa segera menuntaskan perjanjianku dengan teman-teman. Udah seneng satu sekolah, eehh malah dia sekarang sok sibuk, sok jual mahal." Randy kesal dan melampiaskan amarahnya pada bunga-bunga di taman sekolah.
"Kenapa loe, Rand? Udah nggak laku, loe? Ha…ha…ha…." Vino meledek Randy hingga membuatnya semakin kesal.
"Rese, loe! Gue kesel aja sama Maya. Kemarin pas waktu seminggu MOS dia lembut banget sama gue, bahkan mau nyium gue duluan. Eehh sekarang dia sok sibuk banget dengan banyak alasan." Randy kesal dan menendang Vino namun Vino dengan sigap mengelak.
"Mungkin dia udah nggak suka lagi sama, loe Rand!" Marco ikut nimbrung.
"Betul tuh! Pesona loe sebagai Don Juan mungkin udah luntur." Ferdy menimpali.
"Nggak mungkin lah! Mana ada yang lolos dari pesona gue. Kalian jangan ngiri deh! Entar kalian nggak aku kasih bagian loh!" Ekspresi Randy menunjukkan kesombongan yang mendarah daging.
"Ingat perjanjian kita kan? Kalau kamu menang, kami siap ngasih 25 juta per orang, jadi loe bakal dapat 100 juta." Vino mengingatkan Randy akan perjanjiannya dulu.
"Awas aja kalau loe melupakan perjanjian kita, Rand! Kalau loe nggak berhasil maka geng kita bubar dan kami berempat nggak akan berteman lagi sama loe. Kalau nggak mau bubar dan masih pengen temenan loe mesti bayar 100 juta ke kita berempat." Ferdy memberi penekanan, mengingatkan isi perjanjian mereka waktu itu.
"Iya, iya, tenang gue nggak akan lupa. Kemarin waktu dilabrak sama Prita, Maya bisa melawannya, bahkan dia bilang kalau dia pacar resmiku dan dia ngomong kalau Prita cuma wanita penghibur gue doang. Jadi nggak mungkinlah kalau dia lepas dari pesonaku ini." Randy menceritakan kejadian saat Maya dilabrak oleh Prita saat awal MOS.
"Loe semua mesti tahu, guys. Maya kualitas super, beda sama yang lain. Apalagi sekarang dia rajin olah raga juga. Susu murninya kalau dibuka pasti indah banget tuh, tampak luar aja udah indah banget. Jadi gue harus sabar dan perlahan-lahan buat taklukkin Maya. Dia lebih susah dari yang gue kira." Pikiran Randy mulai melayang membayangkan Maya.
"Jangan-jangan Maya tahu kelakuan loe, Rand, makanya dia ngejauhin loe." Ferdy berasumsi.
"Nggak mungkin lah! Siapa yang berani ceritain gue ke Maya? Mereka pasti tahu konsekuensinya mengusik urusan gue." Ucap Randy yakin.
"Tadi kan loe bilang kalau si Prita berani ngelabrak Maya, dari kata-kata Prita yang loe ceritain tadi, secara tidak langsung dia sudah ngasih tahu kalau loe cuma nyari wanita penghibur doang." Ucap Ferdy sembari menyalakan rokoknya dan yang lain pun ikutan menyulut rokok, kecuali Marco yang tidak suka merokok.
"Iya, bener tuh! Tapi kok gue nggak denger loe menghukum si Prita, Rand?" Tanya Vino, aneh jika Randy tidak menghukum orang yang ikut campur urusannya.
"Ngapain dihukum kalau dia masih bisa memberi kehangatan? Ya nggak, Fer?" Randy senyum-senyum menggoda ke arah Ferdy.
"Wah, bener-bener loe, Rand! Nggak bisa lihat yang bening dikit langsung dijebol." Vino menepuk pundak Randy dengan keras, dia ngerasa selalu kalah cepat dari Randy padahal dia sempat ada rasa sama Prita.
"Eehh…! Loe salah, Vin! Bukan gue yang bobol gawangnya, tanya noh sama Ferdy. Lagian Prisa sendiri yang godain gue, kok!" Randy memang bukan yang pertama bagi Prita.
"Ha…ha…ha…! Bener kata Randy, guys. Sorry, gue nggak cerita ke kalian. Lagian itu sudah sejak kita kelas 2 dan dia baru kelas 1. Tapi sebenarnya si Prita sukanya sama Randy sih!" Ferdy mengepulkan asap rokoknya. Jangan tanya kenapa mereka bisa merokok di sekolah, jelas sudah karena kuasa orang tua Randy yang membuat pihak sekolah tidak bisa menghukum Randy.
"Terus loe masih jalan juga sama temen deketnya Maya, Rand? Marco ikut bicara.
"Masih dong. Kelamaan nunggu Maya, gue nyari kehangatan dari yang lain dong." Jawab Randy songong.
"Gila loe, Rand. Mereka berdua sahabatan tapi loe embat semua. Terus loe mau membobol gawang mereka berdua juga? Gila sih, loe!" Marco tak habis pikir dengan Randy.
"Kan gue pacaran dulu sama Priska terus baru ketemu sama Maya. Priska sendiri yang nyuruh gue deketin Maya, macarin Maya terus habis itu diputusin." Randy terlalu menganggap remeh itu semua.
"Udah ah! Gue mau cabut, entar sore mau jalan sama Priska biar dapat jatah susu murni. Maya pikir lain kali aja, entar lama-lama dia juga kangen sama gue." Ucap Randy dengan percaya diri, dia tidak tahu kalau Maya bersiap menyusun rencana untuk putus darinya.
...***...
Sabtu sore seminggu setelah kejadian Maya menabrak si pria pengendara sepeda. Maya sudah mengamati murid-murid perguruan Macan Emas yang sedang berlatih jurus selama 5 hari terakhir. Maya selalu mengulang latihan yang dia lihat, bahkan dia sudah hapal beberapa gerakan atau jurus. Maya pun bertekad untuk menemui Ki Soponyono dan berharap beliau berkenan menjadikan Maya sebagai murid khususnya.
Maya masuk ke halaman perguruan Macan Emas, di sana ada beberapa murid yang sedang bersiap untuk mengikuti latihan. Maya hendak bertanya keberadaan Ki Soponyono pada salah satu murid, tapi tiba-tiba ada orang yang menegurnya.
"Hei… Kamu lagi? Kamu kok di sini?" Si pria kaget melihat Maya di tempat itu, begitu pula Maya, dia juga kaget melihat pria yang pernah dia tabrak itu.
"Kamu sengaja membuntuti aku ya? Udah, sekarang kamu ngaku aja deh!" Si pria masih salah sangka pada Maya. Murid-murid yang lain pun jadi memperhatikan Maya dan si pria. Tampak dari kejauhan, Ki Soponyono mendekati mereka.
"Jangan rese dong, Mas! Aku ke sini bukan karena membuntuti kamu! Aku bukan fans kamu! Aku ke sini karena ingin menjadi murid Ki Soponyono. Jangan sok kecakepan terus deh!" Murid-murid lain mulai kasak-kusuk.
"Gila, siapa sih nih cewek? Berani-beraninya sama Mas Bayu kita." Ucap salah satu murid cewek.
"Pasti dia juga cuma mau mendekati Mas Bayu aja." Murid cewek yang lain menimpali.
"Oh… Pantes kamu sok kecakepan, Mas! Mentang-mentang fans kamu di sini banyak terus belagu, ngerasa paling ganteng. Hati-hati kemakan oleh kesombonganmu sendiri. Aku sudah minta maaf waktu aku menabrakmu, jadi tolong jangan salah sangka dan gangguin aku. Yang jelas aku ke sini murni ingin belajar silat pada Ki Soponyono." Jawab Maya panjang lebar.
"Ada apa, nak? Apa Bayu menganggumu? Dan kamu siapa?" Tanya Ki Soponyono. Murid-murid yang lain pun jadi diam dan tidak berani bersuara.
"Maaf, Pak, kalau saya membuat keributan di sini. Saya pernah tidak sengaja menabrak Mas ini, eh… Mas Bayu. Tapi saya sudah minta maaf kok, Pak, cuma Mas Bayunya aja yang salah sangka terus nggak mau maafin saya. Dia malah nuduh saya mau deketin dia, Pak." Maya tidak tahu siapa yang dia panggil pak.
"Apa betul begitu, Bayu?" Ki Soponyono menatap tajam pada Bayu.
"Bapak, kan tahu sendiri biasanya cewek-cewek bersikap seperti apa sama Bayu. Aku cuma lelah aja menanggapi mereka, Pak." Bayu membela diri.
"Tapi bukan berarti kamu tidak memaafkan, padahal dia sudah minta maaf. Jangan terlalu sombong. Namamu siapa, nak? Aku dengar kamu ingin belajar silat." Ki Soponyono tidak ingin mempermalukan anaknya, biarlah nanti urusan itu diselesaikan sendiri.
"Nama saya Maya, Pak. Saya ingin menjadi murid khusus Ki Soponyono." Jawab Maya mantap.
"Gila nggak sih? Dari tadi panggil pak terus, apa dia nggak tahu siapa yang dihadapannya sekarang?" Salah satu murid cewek mulai tak tahan melihat Maya yang tidak mengetahui kalau yang dihadapannya adalah Ki Soponyono yang dia cari.
"Apa kamu pernah bertemu dengan Ki Soponyono hingga kamu ingin jadi murid khususnya?" Tanya Ki Soponyono penasaran.
"Belum, Pak. Saya dengar dari Mbak Dewi dan Mas Angga bahwa Ki Soponyono sangat hebat dan dapat mengajari murid menjadi ahli silat hanya dalam waktu 3 bulan." Jawab Maya jujur.
"Oh, kamu dari SMA 2. Terus untuk apa kamu tergesa-gesa ke sini? Bukankah masih ada waktu 8 Minggu lagi untuk pemilihan murid khusus?"
"Tidak ada cukup waktu bagi saya, Pak. Saya harus bisa lebih hebat dalam waktu 3 bulan." Jawab Maya cepat.
"Kenapa tidak cukup waktu? Kenapa begitu tergesa-gesa? Apa tujuanmu berlatih silat?" Tanya Ki Soponyono penuh selidik.
"Saya sangat perlu belajar silat, saya harus bisa menjadi lebih kuat." Jelas kilatan dendam pada mata Maya, Ki Soponyono sudah bisa membacanya.
"Kalau itu alasanmu, maka aku tidak bisa menerimamu sebagai murid khusus. Silakan tinggalkan perguruan ini!" Ucap Ki Soponyono tegas, tangannya menunjuk ke arah gerbang.
"Tunggu, Pak. Saya ingin belajar pada Ki Soponyono, bukan anda. Kenapa anda sudah menolak dan mengusir saya?" Tanya Maya kebingungan.
"Kamu nggak denger apa yang Ki Soponyono bilang, cepat pergi sana!" Ucap Salah satu murid cewek, fansnya Bayu.
"Tunggu! Anda Ki Soponyono?" Maya terheran-heran.
"Tapi anda terlihat sangat muda, seperti pak guru muda. Harusnya kalau Aki kan sudah…" Maya tidak melanjutkan kalimatnya. Maya langsung berlutut di hadapan Ki Soponyono. Diam-diam Ki Soponyono tersenyum karena Maya mengatakan dia terlihat sangat muda, padahal Bayu anaknya sudah mahasiswa semester akhir.
"Maafkan ketidaksopanan saya, Ki. Saya benar-benar ingin menjadi murid khusus anda. Ada yang harus saya lakukan 3 bulan lagi, tapi saya tidak dapat mengatakannya." Maya memohon pada Ki Soponyono dengan sungguh-sungguh.
"Perbaikilah niatmu belajar silat, baru datang lagi ke sini! Sekarang pergilah dari sini!" Jawab Ki Soponyono tegas.
"Tapi, Ki? Bahkan 5 hari ini saya sudah mengamati murid-murid senior belajar dan saya sudah menghafalkan beberapa jurus yang mereka pelajari selama 5 hari ini." Maya belum mau menyerah.
"Jika kamu masih ingin aku beri kesempatan, sebaiknya kamu pulang sekarang juga. Perbaiki niatmu!" Ki Soponyono pergi meninggalkan Maya.
"Yang lain, jangan menonton lagi! Segera bersiap berlatih!" Teriak Ki Soponyono pada murid-murid yang lain.
"Baik, Ki." Jawab para murid serentak. Sedangkan Bayu masih menunggui Maya.
"Sebaiknya kamu pulang dulu, jangan keras kepala! Kalau kamu keras kepala, nanti bapak malah nggak mau ngajarin kamu. Dengerin apa yang tadi bapak suruh ke kamu!" Bayu mulai bersikap lembut, dia seperti merasakan luka di dalam hati Maya. Bayu mengulurkan tangan dan membantu Maya berdiri.
"Baik, Mas. Terima kasih sarannya. Sekali lagi aku minta maaf, aku benar-benar tidak bermaksud menabrakmu. Maaf karena aku, Mas Bayu jadi di tegur Ki Soponyono di depan murid lain. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang perguruan ini, harusnya aku mencari tahu terlebih dahulu." Maya sedih karena ditolak oleh Ki Soponyono, pikirannya menerawang bagaimana nasibnya nanti jika dia tidak segera menguasai ilmu bela diri, dia tidak mau bernasib tragis seperti kehidupannya yang lalu.
"Hei… Jangan melamun! Kamu perbaiki niatmu belajar silat. Kalau kamu sudah bisa memperbaiki niatmu, mungkin saja bapak mau menerimamu." Saran Bayu.
"Apa Mas Bayu nggak bisa bantu bujuk Ki Soponyono? Sejak tadi Mas Bayu memanggilnya bapak, berarti Mas Bayu anaknya Ki Soponyono?" Tebak Maya.
"Iya, tapi bukan berarti aku bisa membujuk bapak untukmu. Kamu berusahalah sendiri. Aku tinggal ya! Latihan sudah mau mulai. Kamu sebaiknya pulang dulu!" Bayu meninggalkan Maya berdiri sendirian di sana. Bukannya pulang, Maya justru memperhatikan latihan dari jauh dan berusaha mengikuti. Ki Soponyono senang melihat kesungguhan Maya, tapi beliau tetap bersikukuh menunggu Maya merubah niatnya yang salah.
...***...
Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…
Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Umi Abi
semangat may
2022-04-30
2
Nurhayati
ooh mas Bayu.....
2022-04-28
1
Mommy Aldito
mas Bayu.... jangan galak2 dong sama Maya... 🤭
2022-04-26
2