"Gila… Gila… Berani banget lah nyium Mas Randy duluan. Entah apa yang dia pikirkan sekarang. Aku nggak boleh goyah, dia cuma penjahat cinta yang akan menghancurkan masa depanku."
"Kalau bukan demi mendapatkan perasaan cinta lalu meninggalkannya, aku nggak akan menciumnya duluan. Boro-boro nyium, sebenarnya juga udah enek dan kesel melihat dia yang sok kegantengan." Maya terus mengedumel di atas motornya, hingga tidak sadar dari arah gang ada sepeda yang keluar. Maya dengan susah payah mengerem, namun tetap menyenggol sepeda itu hingga jatuh.
Maya segera mematikan motor lalu turun dari motor berniat membantu si pengendara sepeda. "Maaf, Mas. Saya tidak hati-hati. Mari saya bantu!"
Maya mengulurkan tangan untuk membantu, namun ditolak. "Saya bisa bangun sendiri, tidak perlu bantuan!"
Si pengendara sepeda menoleh ke arah Maya, sejenak dia terpesona dengan kecantikan Maya namun setelah itu dia justru mengomeli Maya. "Makanya kalau naik motor tuh liat-liat jalan! Hati-hati, jangan malah melamun! Ini bukan jalan punya nenek moyang mu, hingga kamu bisa seenak jidatmu naik motor ugal-ugalan!"
Maya terpesona dengan si pengendara sepeda dan berucap dalam hati. "Gila… Kok ada yang tampannya melebihi Mas Randy."
"Hey…! Jangan bengong! Atau jangan-jangan kamu sengaja menabrakku karena ingin mendekati aku, ya?" Si pengendara sepeda memang ganteng, tapi ternyata kok narsis sekali.
"Hello…! Aku tadi sudah minta maaf ya kak, cuman kakak aja yang angkuh. Siapa juga yang mau deketin kakak, kenal juga nggak!" Maya mulai marah karena dikira cewek ganjen yang mau ngedeketin cowok ganteng dengan berbagai cara.
"Hah…? Kamu nggak kenal aku? Pasti itu cuma akal-akalan kamu aja. Sudah banyak cewek yang bertingkah seperti itu untuk menarik perhatianku." Si pengendara terlihat kesal.
"Bodo amat! Terserah apa katamu kak! Kalau nggak kenapa-kenapa, aku pergi. Permisi." Maya hendak melajukan motornya.
"Dasar cewek cantik tapi nggak punya mata, bisa-bisanya nabrak orang langsung pergi." Gerutu si pengendara sepeda.
"Duh… Kakak tuh nyebelin banget, ya! Tadi mau dibantuin nggak mau, sekarang malah ngedumel kaya gitu. Terserah lah! Pokoknya aku udah minta maaf." Maya berlalu pergi.
"Cakep sih! Tampan sih! Tapi tidak selembut Mas Randy. Haiiis… Mas Randy lembut tapi jahat sih. Don’t judge a book by its cover." Maya masih ngedumel di atas motornya.
"Cakep sih! Cantik sih! Tapi sayang, galak banget. Masa iya dia nggak kenal siapa aku. Eh… Tadi dia pakai seragam SMP, tapi bukan area kota. Mungkin saja dia siswa baru SMA 2 deket situ, pantes aja kalau belum kenal siapa aku." Si pengendara sepeda pun juga ngedumel di atas sepedanya.
...***...
Sore hari pukul 17.00 di taman kota, suasana ramai dan tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Randy. Maya datang ke taman itu dengan sembunyi-sembunyi, takut ketahuan Randy. Maya mengenakan pakaian yang sebelumnya tidak pernah dia pakai saat bertemu Randy, rambutnya juga dikuncir dan disembunyikan dibalik topi baseball. Setelah melihat ke sekeliling taman dan tidak menemukan Randy, Maya baru ingat jika Randy selalu memilih berduaan di ujung taman yang sepi. Maya yang penasaran akhirnya memutuskan untuk mengecek ke sana.
"Eemm… Eemm…" Suara orang berciuaman dengan rakusnya. Maya bersembunyi dibalik bunga-bunga yang cukup rimbun. Area taman itu memang area yang tidak boleh dikunjungi orang lain saat sudah ada Randy di sana, sang penjaga taman juga takut dengan kekuasan orang tua Randy.
"Sayang, aku cemburu kamu berduaan terus dengan Maya di sekolah." Ucap sang wanita.
"Sabar dong, sayang! Entar kalau rencanaku sudah berhasil, aku juga akan meninggalkannya. Setelah itu aku akan mengakui kamu sebagai satu-satunya pacarku." Rayu Randy. Maya terbelalak dan menutup mulutnya karena shock, pikirannya mengembara menebak-nebak siapakah wanita yang sedang bersama Randy.
"Tapi kan, aku yang lebih dulu dekat sama kamu, sayang. Jadi wajar saja aku merasa cemburu kan?" Sanggah sang wanita.
"Jadi yang menjadi selingkuhan aku atau dia? Kok rumit sekali." Maya berpikir keras. Maya pun mulai mengingat suara itu, suaranya mirip dengan suara temannya.
"Apa kamu lebih mencintaiku dibanding dengan Maya?" Randy melemparkan umpan.
"Tentu, Mas Randy meragukan aku? Kalau aku tidak mencintaimu, mana mungkin aku mau back street seperti ini." Umpan langsung dimakan oleh korban.
"Kalau cinta sama aku dan nggak mau aku berlama-lama dengan Maya, buktiin dong! Katanya tadi mau ngasih aku susu murni." Randy mulai mencium pipi dan leher sang wanita dan membuka kancing kemejanya.
"Harusnya tadi kamu ke rumahku aja, sayang. Di rumah juga lagi sepi." Terdengar suara Priska.
"What…! Suara itu… Suaranya Priska. Benar… Itu suara Priska, pantas terdengar familiar." Batin Maya.
Maya memberanikan diri mengintip apa yang mereka lakukan, betapa kagetnya Maya melihat adegan itu. Adegan yang sama seperti dia di masa lalu, saat Randy mengajaknya ke tempat itu.
"Jadi takdir telah berubah karena aku menolak ajakannya tadi dan sekarang dia menjadikan Priska sebagai korban juga. Haruskah aku memberitahu Priska nanti?" Dalam benak Maya mulai dipenuhi banyak pertimbangan, tidak mungkin dia bercerita kebusukan Randy dan mengatakan bahwa dia hidup kembali.
Randy dan Priska tidak sadar sedang ada sepasang mata yang mengintip kemesraan mereka. Hari mulai gelap, jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Priska dan Randy malah semakin asyik terjebak dengan kehangatan yang mereka berdua ciptakan. Maya tak sanggup melihat adegan itu, dia tahu apa yang Randy lakukan saat ini, tapi dia tidak mungkin keluar dan menghentikan Randy saat ini.
"Priska, sayang. Susu murninya enak banget, bikin betah dan nagih. Bentuknya juga indah sekali, bikin gemes." Randy terus memberikan pujian pada Priska. Randy pun mulai bergerilya menyusuri bukit dan lembah yang sudah basah.
"Sayang, jemariku boleh masuk dan menyapa bungamu yang memikat ini kan?" Randy merayu dan Priska hanya mengangguk tanpa penolakan.
"Apa kamu suka, sayang? Bungamu jadi mengeluarkan madu." Priska mengangguk lalu berciuman dengan Randy.
"Memang cuma kamu yang bisa bahagiain aku, sayang." Pujian itu membuat Priska lupa diri hingga dia menuruti keinginan Randy untuk menjamah benda pusaka milik Randy. Maya yang sudah tidak tahan melihatnya, perlahan-lahan pergi dari tempat itu.
"Harusnya aku bisa mencegahnya berbuat asusila pada wanita-wanita lainnya. Ck… Sapa suruh aku terlalu lemah, harusnya aku belajar bela diri sejak SMP. Tapi aku ngeri juga dengan posisi keluarganya." Maya ngedumel dan tak sengaja menabrak seorang pria di keramaian taman kota itu. Mereka berdua terjatuh dan membuat topi yang Maya kenakan terlepas.
"Ck… Kamu lagi? Kamu sengaja ngikutin aku ya? Ngaku aja deh!" Ucap sang pria yang ternyata adalah si pria pengendara sepeda tadi siang.
"Ya ampuuun…!" Maya tepuk jidat.
"Kenapa mesti kamu lagi sih, kak? Bikin bad mood aja. Maaf deh… Bye…" Maya hendak pergi meninggalkan pria itu.
"Heh…! Kamu sudah menabrakku dua kali. Pasti ini bukan kebetulan, ini cuma akal-akalanmu biar terlihat natural saat bertemu denganku, iya kan? Cepetan ngaku!" Pria itu masih salah sangka pada Maya.
"Terserah kakak deh! Sekali lagi aku minta maaf. Permisi." Maya segera berlari pergi.
"Hai… Kita belum berkenalan." Teriak pria itu penasaran.
Maya menoleh. "Nggak mau! Aku nggak mau kenalan sama cowok narsis seperti kakak. Aku juga udah punya pacar yang nggak kalah ganteng." Maya berlari pergi takut jika tiba-tiba Randy sudah keluar dari acara kencan mesranya.
"Ck… Bodoh sekali, pacarku nggak kalah ganteng, tapi dia jahat dan cuma manfaatin aku. Mungkin kakak yang tadi juga sama aja dengan Mas Randy. Aku tidak mau tertipu wajah tampan lagi. Tapi nggak tahu juga sih, kakak tadi tampan tapi kan belum tentu sok berkuasa seperti Mas Randy."
"Haissshhh… Mikir apa sih, aku ini. Lebih baik fokus balas dendam dulu." Maya segera menstarter motornya dan pergi meninggalkan taman.
Di lain tempat si pria tampan terus aja ngedumel nggak jelas. "Ck… Ngeselin banget tuh cewek. Liat aja, pasti dia cuma pura-pura nggak mau kenal. Ujung-ujungnya dia akan mendekatiku sama seperti cewek-cewek lain."
"Tapi aku jadi terbayang wajahnya, padahal baru ketemu dua kali, itupun baru tadi siang dan barusan. Aneh rasanya… Seperti ada yang terasa familiar dengannya." Si pria segera pergi dari taman kota, sudah bad mood karena habis ditabrak.
"Besok hari Minggu, aku harus sedikit berlatih dan segera menemui Ki Soponyono di perguruan Macan Emas. Terlalu lama jika aku harus menunggu 8 minggu, 3 bulan lagi pasti Mas Randy menjalankan rencananya yang dulu." Maya terus berpikir sambil mengendarai motornya pulang ke rumah.
"Untung dulu aku suka olah raga, setidaknya staminaku sudah cukup kuat untuk mengikuti pelatihan bela diri. Tunggu aku Ki Soponyono, tekadku kuat untuk berlatih bela diri demi membalaskan dendamku."
...***...
Apakah Ki Soponyono akan menerima Maya sebagai murid khusus?
Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…
Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nurhayati
semangat Maya💪
2022-04-28
2
£RV!N@ 🤗
Ki Soponyonya yono sih 🤭 jgn lupa pemanasan dulu ya may 🏃♀️💃🏋️♀️🤸♀️🤼♀️
2022-04-26
2
Mommy Aldito
lanjut lagiii... ☺💪💪
2022-04-26
2