Acara MOS berjalan lancar, tidak ada kejadian yang begitu berarti bagi Maya setelah dia dilabrak di toilet waktu itu. Berita menyebar dan booming, berita tentang Maya yang begitu berani dengan kakak kelasnya. Ada yang mendukung Maya, tapi ada yang menyayangkan sikap Maya. Banyak siswa-siswi yang sudah tahu kebiasaan seorang Randy Prasetyo Wibowo, siswa paling ganteng dan paling tajir di sekolah mereka.
Hari ini adalah hari terakhir MOS, ya hari Sabtu alias malam Minggu, hari yang paling ditunggu kaum pacaran dan yang jomblo harus sabar sendirian di rumah. Hari terakhir MOS diisi dengan perkenalan ekstra kulikuler yang ada di SMA 2. Maya mengikuti acara perkenalan ekskul dengan ogah-ogahan, pasalnya tidak ada satu pun yang menarik hatinya hingga tibalah perkenalan ekskul bela diri silat. Semua siswa-siswi berteriak setelah ada dua orang panitia yang masuk ke aula untuk menjelaskan tentang ekskul silat. Dua orang itu adalah siswa-siswi SMA 2 yang aktif di perguruan silat Macan Emas, salah satu perguruan silat yang terkenal di kota S.
"Perkenalkan, nama saya Dewi dan ini teman saya Angga." Dewi memperkenalkan diri dengan sangat percaya diri.
"Suit… Suit… Kalau anggota perguruannya seperti Mbak Dewi, kami siap ikut semua." Teriak para siswa karena terpesona dengan penampilan Dewi, meskipun dia masih kalah cantik jika dibandingkan dengan Maya. Sedangkan para siswi mulai kasak-kusuk karena melihat Angga yang cukup tampan dan atletis, ya namanya juga anggota perguruan silat, pasti atletis.
Maya yang semula diam mulai tertarik. "Ini yang aku tunggu, aku harus masuk ekskul bela diri silat untuk menjaga diri sekaligus membalaskan dendam ku pada Mas Randy dan gengnya. Ck… Sebenarnya apa hebatnya geng Don Juan, mereka hanya sampah yang bermodalkan tampang dan harta orang tua." Maya melamun.
Lamunan Maya buyar saat Priska memanggilnya. "May, kalau kamu pasti nggak tertarik ya? Kamu kan sudah punya Mas Randy yang melindungi kamu."
"Banyak omong banget sih Priska. Bukannya dia diam-diam juga suka sama Mas Randy, aku ingat ada yang pernah bilang padaku kalau melihat Priska sedang bersama Mas Randy. Pasti dia cuma ngiri aja. Tapi aku bukan yang dulu lagi, kalau aku sudah berhasil putus, aku juga sudah tak peduli dengan Mas Randy. Aku tidak mau berakhir tragis lagi." Maya malah terjebak dalam lamunannya lagi.
"May…" Priska menepuk lengan Maya.
"Meskipun tidak tertarik, tapi jangan bengong dong! Kalau aku jadi kamu, pasti aku juga nggak tertarik karena sudah ada Mas Randy yang ganteng yang siap melindungi kamu." Kata-kata Priska mengandung dua maksud, mungkin dia iri karena Maya berpacaran dengan Randy atau dia memang tidak suka kalau Maya sampai ikut ekskul silat dan semakin terkenal di kalangan siswa.
"Emmm… Entahlah kita lihat aja dulu dari penjelasan Mbak Dewi dan Mas Angga. Kamu kan nggak ada yang jagain, kamu nggak tertarik untuk ikut? Kalau aku kan sudah ada Mas Randy." Maya mulai memanas-manasi Priska karena dia merasa ada yang disembunyikan oleh Maya. Bagaimanapun caranya, Maya harus berusaha menguak tabir kepalsuan dari Priska.
Priska memang teman sekelas Maya waktu di SMP, cukup dekat juga dengan Maya. Namun Priska tidaklah seterkenal Maya, meski masih polos dan lugu, waktu di SMP Maya terkenal sebagai siswi yang pintar akademik dan cantik. Tidak hanya siswa-siswi yang menyukai Maya, para guru dan karyawan pun banyak yang suka terhadap Maya karena good looking. Namun di balik itu semua, ada juga yang tidak suka pada Maya dan hendak mencelakai Maya. Seperti waktu itu ketika pulang sekolah ada segerombolan siswa nakal yang menggoda Maya, padahal waktu itu Maya hanya sendirian. Teman-teman Maya yang saat itu berbarengan dengan Maya justru meninggalkan Maya karena takut. Maya yang dulu lemah hanya bisa menangis saat diganggu dan muncullah Randy sebagai pahlawannya. Mulai saat itulah Randy mulai mendekati Maya dan rentang satu bulan setelahnya Randy berhasil memacari Maya.
"Aku tidak begitu tertarik, aku juga tidak ada bakat silat, olahraga saja aku agak males." Priska terpaksa menjawab dengan wajah manis, dia tidak mau terpancing oleh Maya. Priska tidak mau kalau dia kelepasan dan Maya mengetahui isi hatinya.
"Bagi 1 siswa atau siswi yang beruntung akan dilatih sendiri oleh Ki Soponyono ketua perguruan silat Macan Emas." Terdengar hal yang menarik dari Dewi.
"Mbak, apa keuntungannya dilatih oleh Ki Soponyono? Bukankah kita latihannya di sekolah?" Maya yang sedari tadi terlihat ogah-ogahan mulai antusias.
"Wah, kamu belum tahu ya? Ki Soponyono sangat hebat, beliau bisa melatih anggota baru menjadi lebih hebat dan tidak tertandingi hanya dalam waktu 3 bulan saja. Tapi hanya calon anggota yang berbakat yang beliau pilih dan tidak sembarang orang bisa menjadi terpilih." Papar Dewi dengan jelas.
"Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menjadi calon anggota terpilih, mbak?" Sahut Maya.
"Jadi anggota ekskul bela diri silat dulu, nanti dari hasil latihan kalian selama 8 kali pertemuan atau 8 minggu akan dinilai dan akan kami rekomendasikan pada Ki Soponyono." Angga ikut menjelaskan, sepertinya Angga mulai tertarik pada Maya.
"Apa tidak bisa lebih cepat dari itu, Mas? Misal minggu pertama latihan gitu?" Siswa-siswi yang lain heran kenapa tiba-tiba Maya antusias menanyakan hal itu, padahal siswi cantik biasanya tidak tertarik dengan kegiatan fisik seperti bela diri silat.
"Kamu terlalu meremehkan Ki Soponyono dan perguruan Macan Emas. Memangnya kamu sudah pernah ikut pelatihan silat? Apa kamu punya bakat silat?" Dewi sedikit emosi karena pertanyaan Maya. Sedangkan siswi-siswi yang lain mulai bergunjing dan mengatakan bahwa Maya sudah terlalu berani dan kelewat batas.
"Maaf Mbak Dewi, bukan maksud saya untuk meremehkan Ki Soponyono ataupun perguruan Macan Emas. Saya bertanya seperti itu justru karena sangat tertarik dan sangat ingin menjadi yang terpilih. Maaf kalau cara bertanya saya kurang sopan." Maya berdiri dan sedikit menundukkan kepalanya untuk menunjukkan kesungguhannya meminta maaf. Sikap Maya sontak membuat semua yang ada di aula kaget melihatnya. Kaget karena Maya ingin dilatih oleh Ki Soponyono dan kaget karena sikap Maya yang sangat rendah hati, bersedia minta maaf dan mengakui kesalahan. Sikap Maya sangat bertolak belakang dengan Randy yang ingin menang sendiri.
"Baiklah, kalau memang kamu sangat antusias dan sangat ingin dilatih oleh Ki Soponyono, silakan datang ke perguruan Macan Emas dan mintalah sendiri pada beliau. Itu adalah cara tercepatnya, bisa jadi diterima bisa jadi langsung ditolak. Ki Soponyono tidak bisa menerima murid yang terlalu tergesa-gesa dan tidak sabar. Harus jelas tujuannya belajar bela diri silat, apakah untuk melindungi diri saat bahaya atau untuk sekedar pamer saja." Angga memberikan penjelasan dengan sabar namun tegas, wibawanya sangat terlihat hingga membuat siswi-siswi terpesona.
"Terima kasih atas penjelasannya, Mas." Maya mengakhiri pertanyaannya karena tidak ingin membuat gaduh lagi.
"Baiklah, bagi siswa-siswi yang lain yang ingin mendaftar ekskul bisa langsung daftar setelah acara ini selesai. Latihan akan dimulai minggu depan di hari Jum’at jam 15.30 sampai jam 17.00. Sekian untuk pemaparan ekskul bela diri silat, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih." Dewi menutup acara pengenalan ekskul bela diri silat. Sedangkan Angga masih sibuk memperhatikan Maya, dia tidak sadar jika Dewi memperhatikannya. Dewi pun menjadi kurang suka pada Maya karena dia merebut perhatian pria yang dia sukai.
Maya sudah meminta formulir pendaftaran untuk diisi nanti, dia pun keluar dari aula karena acara telah selesai. Angga sedari tadi memperhatikan Maya, dia hendak memanggil Maya dan mengajaknya bicara, namun dia kalah cepat dengan Randy.
"Maya, sini!" Randy sudah menunggu di luar pintu. Angga pun mengurungkan niatnya memanggil Maya karena dia tahu siapa Randy, dia pun tidak ada niat berurusan dengan Randy.
"Sayang, sore ini kita ngedate di taman ya? Habis itu kita makan di tempat yang kamu sukai." Randy dengan percaya diri merangkul lengan Maya di tempat umum. Sontak kelakuan Randy membuat Angga geram, Angga sangat menyayangkan jika wanita seperti Maya harus menjadi korban Randy selanjutnya. Priska yang melihat Randy dan Maya pun juga ikut geram, di dalam hati dia sangat ingin sekali memaki Maya.
"Maaf, sayang. Kalau sore ini aku tidak bisa, ada acara keluarga di tempat tante dan bapak mengharuskan aku untuk ikut. Sabtu depan mungkin bisa, kan pulang sekolahnya juga lebih cepat jadi bisa lama ngedatenya." Maya bersikap manis dan lembut pada Randy. Sebenarnya Maya hanya berbohong, Maya hanya ingin tahu apa yang Randy lakukan jika dia tidak bermalam minggu dengannya. Maya ingat betul di hari terakhir ospek Randy mengajaknya kencan di taman dan tangannya mulai berani bergerilya menjelajahi bukit dan bunga miliknya, sama seperti yang akan dilakukan Randy saat makan siang di taman.
"Baiklah. Tapi janji ya! Sabtu depan tidak boleh batal!" Randy bersemangat, apalagi untuk ngedate sore hari dan malam hari merupakan kesempatan baginya untuk mulai meminta kehangatan pada Maya.
Tak terasa Maya dan Randy sudah sampai di parkiran dan suasana agak sepi. Maya menarik Randy ke belakang tembok agar tidak terlihat. Maya mengunci pergerakkan Randy, dia pun segera menautkan kedua tangannya di leher Randy lalu mencium Randy terlebih dahulu. Randy pun dengan sigap memeluk pinggang Maya dan membawanya lebih dekat dalam pelukkannya. Maya hanya mencium Randy sebentar saja.
"Sayang, jangan nakal ya! Sabtu depan pasti kita bisa ngedate bareng." Bisik Maya di telinga Randy. Posisi ini membuat Randy bergejolak, tapi tiba-tiba Maya pamit pulang.
"Sayang, aku pulang duluan ya?" Maya mencium pipi Randy lalu pulang duluan meninggalkan Randy yang sedang bergejolak. Setelah kepergian Maya, Randy segera menghubungi wanita lain.
"Priska, sayang. Hari ini aku tidak ngedate dengan Maya, dia menolaknya. Apa kamu mau ngedate denganku sore ini di taman?" Randy mengirim pesan pada Priska.
"Di taman, seperti biasanya?" Balas Priska cepat.
"Iya, di tempat biasa kita bertemu. Pengen susu murni, sayang!" Randy menggoda Priska.
"Minta aja sama pacarmu itu!" Jawab Priska kesal.
"Apa kamu udah nggak sayang sama aku? Apa kamu ingin Maya jadi satu-satunya pacarku?" Randy memberikan pertanyaan yang menjebak, pertanyaan yang membuat perasaan cewek labil mulai goyah.
"Nggak, sayang. Bukan begitu maksudku!" Priska mulai termakan omongan Randy.
"Ah senangnya nanti sore dapat jatah susu murni dari Priska ku tersayang. Kamu memang pacarku yang paling pengertian, bisa bahagiain aku. Love you… Sampai ketemu di taman ya." Randy menutup percakapan.
...***...
Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…
Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nurhayati
astaga si Randy...ampun ampun deh
2022-04-28
2
riska
Hadeuh kelakuan anak SMA sekarang emang gitu ya? Jadi ngeri
2022-04-27
0
Mommy Aldito
dasar kucing garong sono iya sini okey main cucrup sembarangan anak orang 😒 najisshh...
2022-04-26
2