Cinta Berselindung Risau
Sidang putusan...
langit mendung mulai menjatuhkan bulir-bulir airnya di depan.
Menyambut kesedihan yang sejatinya tidak ingin ia tunjukkan kepada siapapun. Selain pada Rabb yang maha menggenggam hati manusia.
Nampak tegar Keduanya tertunduk mengikuti setiap apa yang di sampaikan hakim dihadapan mereka. Segala aturan serta rentetan prosedur sudah dilalui. Dan tibalah waktu putusan itu.
Si wanita yang menggunakan hijab syar'i tahu. Pria di samping sesekali memandang kearahnya. Pandangan sedih juga pertanyaan; mengapa harus berujung seperti ini?
Nampak dengan jelas dipancarkannya. Istighfar lirih pun terucap di bibir. Bersamaan dengan hantaman dihatinya, yang memaksa diri untuk mengikhlaskan wanita yang amat dicintainya.
Namun wanita yang akrab di sapa Merr itu sama sekali tak ingin menoleh. Tidak ingin melihat tatapan sendu dari sang suami lagi.
Seirama dengan tekadnya yang kuat, Dia sudah tidak bisa lagi bertahan. Perceraian adalah pilihan terakhir, sebelum kembali tergores luka baru. Sementara hatinya sudah penuh dengan bilur-bilur luka, yang entah kapan akan sembuh.
Sebuah pernikahan yang sudah di jalaninya selama lima tahun, hanya menyisakan hal indah ditiga tahun awal. Sisanya, hanya air mata dan luka yang tak pernah bisa mengering. Justru sebaliknya, bertambah dan bertambah lagi.
Terlepas dari semua itu, memang ini bukan seluruhnya kesalahan sang suami. Yang memilih untuk berpoligami.
Satu penyakit yang Dia sendiri pun tak pernah ingin ada di tubuhnya. Membuat Dia sadar, bahwa Ia bukanlah wanita sempurna. Lantas, mencarikan istri baru untuk sang suami adalah keputusan mutlak sebagai jalan memberikannya hak keturunan.
Namun, dari keputusannya itu? Tidak pernah sekalipun ia berpikir, akan menempuh perjalanan lebih berat dari pada ujiannya yang tidak bisa memberikan keturunan.
Kesedihan yang tidak bisa ia tunjukkan, membuatnya terus dicambuki rasa ketidakadilan.
Ya, aku yang terluka. Kenapa aku yang selalu berusaha menutupi kesedihan ku? Aku yang pertama, kenapa harus aku yang diposisikan, di belakang?
Di sini bukan perkara siapa yang kalah, ataupun siapa yang menang. Bukan pula siapa yang harus di depan ataupun yang dibelakang.
Bukankah dalam hukum berpoligami, baik istri pertama dan kedua itu memiliki hak yang sama.
Sekurang apapun seorang istri pertama yang tidak bisa memberikan hak keturunan untuk suaminya. Apa lantas harus selalu memahami, dan di kesampingkan demi bisa membahagiakan anak dari istri kedua?
Kini Ikrar cerai sudah di ucapkan oleh Akhri, di depan para saksi dan hakim. pertanda mereka benar-benar berpisah sekarang.
Berat rasanya, terlihat jelas dari setiap kata yang di lantangkan pria itu. Bahkan setelah selesai persidangan, Akhri hanya mengucap salam dan kata maaf berkali-kali.
Tatapannya seperti menolak untuk saling bertemu dengan mata indah milik Merr. Seorang wanita beretnis Tionghoa. Mualaf yang memilih untuk menjadi wanita Solehah setelah perjalanan panjangnya mencari keridhoan Allah.
Bukankah setiap, jalan yang di tempuh tidak pernah mulus?
Bukankah, setiap seorang hamba Allah berhak mendapatkan sebuah ujian. Sesuai kadar keimanannya?
Seperti itu pula kehidupan. Sesiapapun yang berikrar kepada Allah bahwa ia akan beriman? Maka harus menempuh ujiannya lebih dulu. Sesuai porsinya masing-masing.
🍂
🍂
🍂
Di bawah payung yang menaungi tubuhnya. Ia menapaki langkah yang tak pasti. Di tengah riuhnya hujan, juga hiruk-pikuk manusia yang sama-sama berjalan menyusuri trotoar dengan payung masing-masing.
Jiwanya dihinggapi kekosongan, serta sepi.
Terombang-ambing dalam lamunan panjang. Mengingat impian indah yang pernah ia susun dalam kehidupannya bersama sang suami, dan juga anak-anak mereka. Tanpa pernah terbayang akan sampai pada titik perceraian.
Kini Dia sudah seperti mahluk paling kerdil. Tergilas benda-benda besar di sekeliling yang tak melihat kenestapaannya.
Bukan hanya kehilangan keseimbangan, tapi seketika hancur berkeping-keping.
Hingga membuatnya berpikir, bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Jalan buntu yang ia lihat di depan. Sebagai tanda ia telah kalah.
Kenapa kehidupan seolah tak memberikan pilihan?
Rasanya begitu sakit, dan menyesakkan.
helaan nafas panjang adalah tanda ia sudah benar-benar lelah. Bahkan air matanya tak mampu lagi mewakili dalamnya luka. Senyumnya terenggut. Kebahagiaan sirna seketika.
Tatkala dirinya kini tak hanya harus dikucilkan dari keluarga besar. Namun kini bertambah. Berpisah dengan sang suami. Pria yang menjanjikan tubuhnya sebagai perisai pelindung.
Semua omong kosong. Nyatanya, sekarang aku benar-benar sudah menjadi sebatang kara.
Ia masih menapaki jalan, hingga seruan adzan pun terdengar.
Merr menghentikan langkahnya, lantas menoleh kearah kubah masjid yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Setitik air mata menetes dari salah satu sudut matanya.
Allah...
Ia menyebut nama Allah dalam benaknya yang tengah kalut. Seolah ajakan shalat membuatnya ingin menumpahkan air matanya saat itu juga.
Kakinya masih membeku, mengingat akan ayat Allah yang pernah ia baca sebagai penguat hatinya selama ini.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Qs. Al Baqarah ayat 286)
Wanita itu menunduk, karena sempat meraksakan putus asa dengan takdirnya.
~ Hayya ‘alash shalaah ...
Hayya ‘alash shalaah ~
Kembali Dia mengangkat kepalanya. Bersamaan dengan air mata yang kembali menetes.
Ya, aku tidak sendirian. Allah telah memanggilku untuk mengadu.
Merr mengusap air matanya lembut. Mengeringkan pipinya yang basah bukan karena air hujan melainkan berasal dari netral indahnya.
~ Hayya ‘alal falaah ~
Allah...
Gumamnya lagi. Semakin menderas pula air matanya. Seolah kembali di ingatkan ayat Allah.
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir (Qs. Yusuf ayat 87)
Merr mengusapnya lagi. Menghapus jejak-jejak kesakitan hatinya saat ini.
Benar, tempat terbaik untuk mengadu adalah alas sujud.
Karena Allah tak pernah lelah mendengar rintihan hambaNya. Tak pernah pula membiarkan setiap hamba yang menengadahkan kedua tangannya ke langit, pulang dengan tangan kosong.
Merr melangkahkan kaki, mendekati masjid besar di pinggir jalan. Sebelum pulang ke rumah barunya.
Ia harus sudah dalam keadaan kuat. Bertemu dengan Allah lebih dulu, lepaskan segala sedu-sedannya di atas alas sujud.
Setelah itu, ia pasti akan bisa menjalani semuanya dengan baik. Jaminan cinta Allah yang tak akan pernah meninggalkan hambaNya yang bersabar, akan menjadi kekuatan baru untuknya.
.
.
.
Assalamualaikum teman-teman yang di rahmati Allah. semoga senantiasa dalam keadaan baik.
Alhamdulillah hari ini aku bisa update Novelnya Maryam. walaupun sejatinya aku nggak ada niat buat nulis novel ini, karena aku khawatir nggak ada yang baca 😅.
tapi, ya sudahlah. Ku serahkan semuanya sama Allah. Semoga Allah mudahkan, bisa lancar update sampai tamat. Serta pembaca yang berkenaan mengikuti sampai akhir.
ku ucapankan Marhaban ya Ramadhan. selamat menjalankan ibadah puasa untuk semuanya yang menjalankan. saya rasa yang baca semuanya muslim ya hehehe. kalau pun belum karena terkendala sakit mudah-mudahan bisa segera di beri kesembuhan. kalau yang sedang haid mudah-mudahan Allah kasih kesempatan untuk menggantinya di bulan Syawal Aamiin.
🌸🌸🌸
okay ku kasih visual versi aku ya.
.
.
(Merry Angela Chwa - Maryam Chwa.)👇
.
.
.
(Ustadz Akhri Mumtaz Zulkarnain) 👇
.
.
.
(Habib Bilal Lutfi Asegaf) 👇
🌸🌸 Semoga suka dengan Visualnya. Maaf bagi yang nggak cocok, ya. Selamat membaca.... 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
pipi gemoy
mampir lagi Thor
setelah selimut tetangga
n ayah untuk putri ku
2 novel yg menguras emosi 😂😂😂
2024-02-05
0
Zhizah Nw
Ini novel favoritku dari sekian banyak novel religi kak imut,🤍
2023-12-25
0
Bundanya Pandu Pharamadina
like
favorit
👍❤🙏
2023-08-07
0