santri baru bernama Kania

Sudah melewati tahun kedua.

Maryam menikmati suasana pagi dengan optimis. sehabis pulang dari masjid, ia memasak hidangan pagi untuk sang suami. Sementara Akhri tengah mengganti lampu di luar yang mati. Setelah itu berkumpul di meja makan yang hangat. Menyantap sarapan yang di sajikan dengan tulus oleh Maryam.

Selesai menikmati santap pagi, Merr menyodorkan satu siung jeruk manis ke dekat bibir sang suami. Akhri mengucap bismillah lalu membuka mulutnya.

"Agak asam," kata beliau sembari mengunyah.

"Masa sih?"

"Cobain deh," pinta Akhri.

Merr menuruti, ia menggigit ujungnya sedikit karena ragu benar-benar asam.

"Enggak, kok. Manis..."

"Sini, kasih Abang," pintanya, sembari menarik pelan tangan Maryam. Lalu memakan yang sudah ada sisa gigitannya. "Nah ini ... baru manis. Tadi tuh belum kena bibir kamu kayaknya, jadi asam."

Ucapan bernada godaan itu sukses membuat Maryam tersipu.

"Bisa aja!" Mencubit pinggang sang suami yang sedikit terkesiap seraya tertawa.

"MashaAllah..." Akhri meredam tawanya, mengusap kepala Maryam lembut.

Sesaat Akhri ingat sebuah kabar baik tentang Arshila. Tentang Dia yang kini sudah mendapat dua garis merah di alat tes kehamilan padahal baru mau masuk bulan ke dua pernikahannya dengan Dayat.

"MashaAllah, serius? Arshila sudah hamil?" Mata Maryam berbinar-binar.

"Benar! Abang mendapat kabar itu pada saat acara sholawatan di masjid tadi malam. Makanya semalam, Abang agak telat pulangnya. Karena berdoa bersama untuk kesehatan Arshila juga calon anaknya."

"MashaAllah ... senangnya." Maryam berseri-seri. Ia tidak sabar menghampiri sahabatnya itu untuk bertanya langsung.

"Hidayat terlihat bahagia sekali, bibirnya senyum-senyum terus. Pokoknya ceria lah."

Maryam tersenyum tipis. Ia melihat sang suami menceritakan tentang kehamilan adik sepupunya itu dengan amat menggebu-gebu.

Bisa di bayangkan, betapa bahagianya jika kabar kehamilan juga ia dengar dari bibir Maryam, dan itu anak beliau. Sudah pasti ia akan terlihat lebih bahagia lagi dari pada ini.

Salah satu tangannya turun menyentuh perutnya. Mengusap lembut, seolah merasakan getir yang tak pernah hilang.

Kapan aku bisa melihat rona bahagia, Bang Akhri. Ketika mendapati kabar aku mengandung?

"Dik, nasi gorengnya tadi enak. Ada bau-bau bumbu Padang."

Maryam terhenyak, lamunannya seketika memudar.

"Ya, di kasih resep sama Ummi," jawabnya dengan mata yang sedikit mengembun. Bergerak-gerak agar tidak semakin menampung airnya.

"Oh, pantas. Besok-besok kalau bikin lagi pakai bumbu seperti ini, ya."

"Iya bang," jawabnya kemudian.

***

Ummi baru saja mengajar kajian khusus akhwat di kelas. Beliau yang tengah menatap beberapa buku mendapatkan perhatian khusus dari seorang santri baru.

Gadis yang memiliki postur lumayan berisi dengan tinggi seratus lima puluh sembilan itu berjalan dengan malu-malu mendekati Ummi Salma.

"Biar Nia bantu, Bu Nyai."

"Oh, terimakasih." Ummi Salma tersenyum sedikit. Membiarkan gadis itu membantunya membawakan beberapa tumpukan buku kitab. "Saya baru liat kamu ... santri baru ya?"

"Iya, baru masuk satu bulan yang lalu."

"Oh..." bibirnya membulat. Mereka pun berjalan bersama. Keluar dari ruangan itu, menuju lantai dasar.

Gadis itu cukup banyak bercerita, memberikan kesan tak biasa di hati Ummi Salma.

Menaksir usia gadis itu, tak terlampau jauh dari Maryam. Bisa jadi sekitar lima tahun di bawahnya.

Walaupun warna kulitnya tak seputih Maryam, namun gadis itu cukup memiliki paras yang lumayan cantik dan teduh. Juga tubuh yang sedikit lebih berisi dari pada menantunya.

Dia sepertinya gadis yang subur... Ummi Salma menggeleng, pikirannya kemana-mana.

"Kuliah di dekat sini juga?"

"Iya," jawabnya lembut.

"Jurusan apa?"

"Aqidah dan Filsafat Islam."

"Oh, MashaAllah. Sudah kuliah tapi masih mau mondok?"

"Ya, saya ingin lebih maksimal dalam belajar agama. Jadi ingin sekalian tinggal di lingkungan pondok, sekaligus jadi santri."

Ummi manggut-manggut. "Nama kamu siapa tadi?"

"Kania Nurul Fatayat, Bu."

"Tunggu? Kok nggak asing sama nama Fatayat, ya?"

Nia tersenyum simpul. "Saya anak sulungnya, Almarhum ustadz Mahmud Fatayat."

"MashaAllah. Putrinya Bu Fatmah rupanya?"

"Iya."

"Maaf ya, Ummi tuh nggak ngeh loh."

"Nggak papa, kok. Bu."

"Jangan panggil ibu, Ummi saja. Ibu kamu dekat loh dulu sama saya."

"Kata Ummi juga demikian. Sebenarnya di titipin salam juga sama Ummi, tapi baru sekarang bisa bertemu langsung."

"Ya Allah, walaikumsalam warahmatullah. Sampaikan salam balik saya untuk Bu Fatmah, ya."

"Walaikumsalam warahmatullah, iya Ummi nanti Nia sampaikan."

Di jalan setapak yang beralaskan batu paving. Keduanya berpapasan dengan Akhri yang berjalan terburu-buru. Membuat senyum Nia mengembang sempurna ketika mendapati pria itu.

Beliau juga alasanku menjadi santri di sini... (Nia)

"Assalamualaikum, Ummi." Akhri menyapa sang ibu lebih dulu.

"Walaikumsalam warahmatullah. Mau kemana?"

"Tadi Akhri mau ke ruangan Ummi tapi nggak ketemu. Malah ketemu di sini."

"Ummi baru selesai ngajar. Kenapa?"

"Nggak, mau pinjam data kemarin yang buat acara para santriwati."

"Oh, ada di ruangan. Kamu ke ruangan multimedia dulu saja, nanti diantar ke sana."

"Iya Ummi. Oh ... atau nanti Pak Didi saja yang ambil."

"Iya."

"Ya sudah Akhri duluan, assalamualaikum."

"Walaikumsalam warahmatullah."

Netra indah Kania, menoleh pelan kebelakang saat Akhri sudah berlalu melewati mereka. Bibirnya tersungging tipis tanpa sepengetahuan Ummi Salma.

Rabbi ... aku tak bermaksud menyalahi aturan dalam memandang lawan jenis. Namun aku tertarik pada pria itu, walau harus terpatahkan dengan statusnya yang sudah memiliki pasangan.

"Ayo!"

"Oh, iya Ummi." Nia mengikuti langkah Ummi Salma di belakang, sembari sesekali menoleh menatap punggung pria tersebut.

–––

Sampai ke ruangan Ummi Salma.

"Terimakasih atas bantuannya."

"Sama-sama. Emmm ... tadi Ummi bilang mau antar data yang di minta Ustadz Akhri? Maaf, biar saya saja. Dari pada Ummi bolak-balik."

"nanti saja, biar di ambil pak Didi katanya. Lagipula, kamu nggak lewat ruangan itu kan? Berlawanan loh sama asrama santriwati."

"Nggak papa, nanti ada kajian lagi habis Dzuhur kok. Setelah ini hanya istirahat sambil menghafal surat Al waqiah."

"Ya, sudah ... bawa saja. Tapi nanti kalau ketemu Pak Didi kasihkan ke Dia saja, ya. Jadi nggak perlu manjat ke ruang multimedia."

"Iya, Ummi. Saya permisi dulu. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam warahmatullah."

Gadis itu keluar sembari memeluk map berwarna biru. Berjalan dengan semangat menuju ruangan tersebut.

Baru setengah jalan, ia melihat pak Didi di kejauhan. Langkahnya lantas terhenti, ia melirik map di pelukannya.

Aku yang akan memberikan langsung pada ustadz Akhri. Bukan ke Pak Didi...

Kania menoleh ke arah kanan, ia lantas berbelok ke arah kanan, menuju jalan lain. Agar tak berpapasan dengan pak Didi.

Walaupun jadi sedikit lebih jauh, namun usahanya tak sia-sia. Ia sudah berada di ujung tangga lantai dua. Nampak pula, Akhri yang tengah senyum-senyum menerima panggilan telepon di luar ruangan.

Kalau di dengar dadi caranya menyebut orang di sebrang, pasti itu istrinya.

Lemah lembut sekali saat berbicara dengan istrinya. Beliau memang pujaan, bahagianya wanita itu.

Nia menghela nafas, lalu berjalan pelan lebih mendekat. Jantungnya nampak berdebar kencang saat semakin dekat dengan beliau yang tengah menyandar di pagar balkon.

"Assalamualaikum, ustadz."

Akhri menoleh. Ia sedikit gelagapan, sebab terkejut. Tiba-tiba ada wanita di sebelahnya.

"Walaikumsalam warahmatullah. Ya?" Akhri menjauhkan ponselnya ke dada.

"I– ini. Map dari Bu Nyai Salma."

"Loh, kok di kamu? Kirain sama pak Didi." Akhri menerimanya.

"Saya tadi nggak ketemu pak Didi. Jadi di bawa langsung saja."

Maaf saya harus berbohong, Ustadz. (Kania)

"Oh ... kalau begitu terima kasih, ya?"

"Sama-sama Ustadz." Nia tersenyum senang. Sementara Akhri langsung masuk sembari menyambung panggilan teleponnya.

Ya Allah kenapa Dia harus sudah menikah, sih...

Kania benar-benar bahagia, karena baru kali ini Dia bisa berbicara langsung dengan ustadz yang menjadi pujaannya.

Ya ... sebaik-baik akhlak seorang manusia. Dia tetap memiliki sifat manusia pada dasarnya.

Terpopuler

Comments

Herlina Lina

Herlina Lina

wahh jd inget adegan d novel ayat2 cinta😊

2023-12-15

0

adning iza

adning iza

klo udh bca part umii salma dn kania pgin tak cubit ginjaly tuh

2023-05-04

0

Bian Brahmana

Bian Brahmana

Nabi Muhammad tidak mengakui org yg merusak rumh tangga org lain sebagai bagian dr umatnya dan golongannya,,

2023-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 berselindung awan hitam
2 pertemuan pertama
3 keyakinan baru
4 Ujian
5 di lamar
6 menikah
7 awal pernikahan
8 keinginan Ummi
9 santri baru bernama Kania
10 sebuah janji
11 hasil yang menyesakkan
12 keinginan Ummi Salma
13 Ego yang terpenjara
14 rumor yang beredar
15 permintaan lagi
16 keputusan Bang Akhri
17 pernikahan tak di inginkan
18 kabar bahagia dari Nia
19 masalah yang mulai muncul
20 tertikam fakta
21 tertikam fakta 2
22 hati yang mulai menyerah
23 janji yang tak pernah di tepati
24 luapan kekecewaan
25 talak yang di ucapkan
26 bertemu wanita bercadar
27 menata hati
28 luka penyesalan.
29 Murkanya Bang Hamid pada Kania
30 menikmati status baru
31 keluarga Isti
32 masa lalu
33 mengajak Ummi jalan-jalan
34 memulai hidup yang baru.
35 pertemuan
36 pertemuan dengan orang masa lalu
37 saling berusaha melupakan
38 membaca novel Maryam
39 kembali terjerat masa lalu
40 Pesona sang penulis
41 bidadari cantik
42 Restu Ummi
43 niat baik yang terpatahkan
44 berselindung risau
45 cahaya yang mulai terbuka
46 pertimbangan hati
47 akhir dari sebuah ikhtiar
48 lamaran
49 Pertikaian
50 perkara besar
51 masalah di dunia Maya
52 kekasih halal
53 lembaran baru bersama Sayyid
54 sarapan pagi
55 penyesalan Ummi Salma
56 permohonan maaf Nia
57 bertemu keluarga Ustadz Akhri
58 mendatangi yayasan khusus penyandang disabilitas
59 bahagia yang menyertai
60 jalan-jalan ke pantai
61 sambungan jalan-jalan
62 hanya pengumuman libur update
63 perhatian khusus
64 tragedi
65 bayi mungil
66 kabar baik
67 malam penuh kasih
68 bertemu Ummi Salma
69 izin kembali kerumah Aiman
70 kesedihan
71 Bertemu KH. Irsyad Fadhillah
72 Nia sakit
73 penyakit yang di derita Kania
74 keikhlasan Akhri
75 olahraga ala Bilal
76 umroh
77 perjalanan umroh
78 masih perjalanan umroh
79 Cinta halalku
80 kondisi Nia yang semakin memburuk.
81 penyesalan Nia
82 harapan yang masih tertunda
83 permintaan maaf Kania
84 tawadhu
85 marahnya Bilal
86 aku yang akan lebih dulu menua
87 ujian seseorang 1
88 ujian seseorang 2
89 berkunjung
90 keinginan A'a
91 wisata religi bersama Ummi Isti
92 wisata religi bersama Ummi Isti 2
93 berpulangnya Kania.
94 menyambangi rumah Ustadz Akhri
95 cemburu
96 mengharapkan sebuah jawaban atas doanya
97 jajan
98 jawaban dari segala doa
99 kolaps
100 lihatlah dulu kebahagiaan ini
101 kado bahagia
102 rindu 1
103 rindu 2
104 bab Akhri
105 ketika rahmatNya mendahului takdir.
106 menggenggam kebahagiaan
107 alasan memilih ku
108 fiqih
109 tamu tak terduga
110 obrolan di atas sajadah
111 nasi kuning
112 pertemuan tak terduga
113 obrolan
114 kontraksi
115 lahirnya kebahagiaan
116 jarak yang tak dapat di tempuh (Akhri)
117 penyesalan yang masih menjalar (Ummi Salma)
118 Jangan pergi-pergian dulu, A'....!
119 istri dalam rumah tangga
120 keinginan untuk pindah rumah
121 mendatangi rumah Gus Wahyudi
122 jawabnya
123 kedatangan Debby
124 tausyiah A' Bilal
125 keinginan sederhana Maryam
126 kabar dari A'a
127 kedatangan Bu Karimah
128 Akhir perjalanan ini..
129 ending...
130 promosi Novel
131 promosi Novel Baru
132 info novel baru
Episodes

Updated 132 Episodes

1
berselindung awan hitam
2
pertemuan pertama
3
keyakinan baru
4
Ujian
5
di lamar
6
menikah
7
awal pernikahan
8
keinginan Ummi
9
santri baru bernama Kania
10
sebuah janji
11
hasil yang menyesakkan
12
keinginan Ummi Salma
13
Ego yang terpenjara
14
rumor yang beredar
15
permintaan lagi
16
keputusan Bang Akhri
17
pernikahan tak di inginkan
18
kabar bahagia dari Nia
19
masalah yang mulai muncul
20
tertikam fakta
21
tertikam fakta 2
22
hati yang mulai menyerah
23
janji yang tak pernah di tepati
24
luapan kekecewaan
25
talak yang di ucapkan
26
bertemu wanita bercadar
27
menata hati
28
luka penyesalan.
29
Murkanya Bang Hamid pada Kania
30
menikmati status baru
31
keluarga Isti
32
masa lalu
33
mengajak Ummi jalan-jalan
34
memulai hidup yang baru.
35
pertemuan
36
pertemuan dengan orang masa lalu
37
saling berusaha melupakan
38
membaca novel Maryam
39
kembali terjerat masa lalu
40
Pesona sang penulis
41
bidadari cantik
42
Restu Ummi
43
niat baik yang terpatahkan
44
berselindung risau
45
cahaya yang mulai terbuka
46
pertimbangan hati
47
akhir dari sebuah ikhtiar
48
lamaran
49
Pertikaian
50
perkara besar
51
masalah di dunia Maya
52
kekasih halal
53
lembaran baru bersama Sayyid
54
sarapan pagi
55
penyesalan Ummi Salma
56
permohonan maaf Nia
57
bertemu keluarga Ustadz Akhri
58
mendatangi yayasan khusus penyandang disabilitas
59
bahagia yang menyertai
60
jalan-jalan ke pantai
61
sambungan jalan-jalan
62
hanya pengumuman libur update
63
perhatian khusus
64
tragedi
65
bayi mungil
66
kabar baik
67
malam penuh kasih
68
bertemu Ummi Salma
69
izin kembali kerumah Aiman
70
kesedihan
71
Bertemu KH. Irsyad Fadhillah
72
Nia sakit
73
penyakit yang di derita Kania
74
keikhlasan Akhri
75
olahraga ala Bilal
76
umroh
77
perjalanan umroh
78
masih perjalanan umroh
79
Cinta halalku
80
kondisi Nia yang semakin memburuk.
81
penyesalan Nia
82
harapan yang masih tertunda
83
permintaan maaf Kania
84
tawadhu
85
marahnya Bilal
86
aku yang akan lebih dulu menua
87
ujian seseorang 1
88
ujian seseorang 2
89
berkunjung
90
keinginan A'a
91
wisata religi bersama Ummi Isti
92
wisata religi bersama Ummi Isti 2
93
berpulangnya Kania.
94
menyambangi rumah Ustadz Akhri
95
cemburu
96
mengharapkan sebuah jawaban atas doanya
97
jajan
98
jawaban dari segala doa
99
kolaps
100
lihatlah dulu kebahagiaan ini
101
kado bahagia
102
rindu 1
103
rindu 2
104
bab Akhri
105
ketika rahmatNya mendahului takdir.
106
menggenggam kebahagiaan
107
alasan memilih ku
108
fiqih
109
tamu tak terduga
110
obrolan di atas sajadah
111
nasi kuning
112
pertemuan tak terduga
113
obrolan
114
kontraksi
115
lahirnya kebahagiaan
116
jarak yang tak dapat di tempuh (Akhri)
117
penyesalan yang masih menjalar (Ummi Salma)
118
Jangan pergi-pergian dulu, A'....!
119
istri dalam rumah tangga
120
keinginan untuk pindah rumah
121
mendatangi rumah Gus Wahyudi
122
jawabnya
123
kedatangan Debby
124
tausyiah A' Bilal
125
keinginan sederhana Maryam
126
kabar dari A'a
127
kedatangan Bu Karimah
128
Akhir perjalanan ini..
129
ending...
130
promosi Novel
131
promosi Novel Baru
132
info novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!