Sebelum pulang, Bang Akhri sempatkan mendatangi rumah Arshila lebih dulu.
Karena ia mendapat pesan dari Maryam bahwa dirinya sedang berkunjung ke rumah sahabatnya, sekaligus adik sepupu Akhri.
Dengan mengendarai sepeda motor. Mereka menyusuri kompleks yang tidak begitu banyak orang berlalu lalang di sana. Ada beberapa mobil juga yang masih terparkir di dalam pagar. Karena ini hari Minggu. Mungkin mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dalam. Walaupun tak semuanya.
Beberapa kali Akhri membunyikan klakson. Menyapa mereka yang berpapasan. Tengah melakukan olahraga dengan berjalan santai atau mungkin dengan sepeda.
Gumaman merdunya, menjadi teman asik di tengah deru motor yang mereka tunggangi. Menembus cahaya dan udara pagi. Mendendangkan sholawat nabi sehingga menciptakan suasana syahdu.
Sampailah mereka ke salah satu kedai yang menjual nasi uduk dan lontong sayur. Warung yang cukup ramai, karena masakan yang di sajikan memang benar-benar enak. Itu sebabnya dijadikan tempat langganan Akhri jika ingin menyantap lontong sayur.
"Tadi habis dari rumah Ummi, ya?" Tanya beliau setelah duduk di meja yang kosong.
"Iya. Ummi tadi kasih aku kurma muda. Katanya biar cepat jadi." Maryam tersenyum polos, tangan kanannya mengusap-usap perutnya yang masih rata.
"MashaAllah..." Akhri menyentuh lembut pipinya yang kemerahan. Tersengat panasnya matahari pagi.
"Ummi sepertinya sudah sangat ingin punya cucu."
Akhri tersenyum. "Ummi memang sudah ingin punya cucu. Soalnya, Abah kan sudah punya cucu satu dari Ummi Nuri. Di tambah kemarin Ummi juga dapat kabar bahwa anak Abah yang dari Ummi Nida sedang mengandung. Mungkin jadi pemicu keinginannya juga, supaya kita bisa memberikan cucu untuk Abah dengan segera."
Maryam manggut-manggut. Karena Abah kyai Mukhlis memang memiliki tiga istri. Ummi Salma sendiri adalah istri pertama Kyai Mukhlis, yang memang usianya sudah tidak muda lagi. Istri keduanya beliau tinggal di Bogor, sementara istri yang nomor tiga tinggal di Bandung.
Dan di keluarga itu, hanya Ummi Salma yang memiliki satu anak. Sementara dua istri yang lain rata-rata empat sampai enam anak.
Sebenarnya agak ngeri juga, saat tahu fakta itu. Ia sendiri takut bahwa Akhri akan melakukan hal yang sama.
Yang pernah mereka berdua bahas, juga. Ketika di tanya apakah Beliau akan seperti Abah atau tidak? jawabnya hanya tawa renyah sang suami. Hingga mengundang rasa ingin tahunya Maryam yang lantas mencecarnya terus-terusan.
"Aku tidak akan berani punya istri lebih dari satu, Dik. Membagi cinta juga waktu agar bisa adil itu tidak mudah, kalau aku pikir di saat-saat sekarang."
"Mengingat selama ini, Abang cukup sulit loh bertemu Abah. Dalam satu bulan bisa di hitung jari ketemunya. Belum lagi kalau ada acara penting sekolah atau kampus. Yang mengharuskan datangnya kedua orang tua. Abah sering absen tidak bisa hadir."
"Kadang ada rasa sedih juga, karena sulitnya Abah untuk di ajak berkumpul. Jadi Abang mikir, masa iya anak ku harus merasakan hal yang sama. Jarang ketemu Abinya."
Jawaban itu cukup membuat Maryam merasa tenang. Belum lagi ending dari percakapannya.
"Tenang saja, Abang itu punya prinsip. Bahwa satu istri saja sudah cukup untukku. Yang mudah-mudahan sampai janah."
Maryam tersenyum senang jika mengingat itu. Semoga saja Bang Akhri menepati janjinya. Ia memandangi sang suami yang duduk di hadapannya, mulai menyantap lontong sayur yang baru saja di hidangkan oleh Abang pemilik kedai.
"Bang, kira-kira kalau aku punya anak? Bakal mirip siapa, ya?" Maryam menopang kedua pipinya dengan tangannya. Membayangkan bayi lucu yang hadir di tengah-tengah kebahagiaan mereka.
"Mungkin mirip Abang, atau mungkin mirip kamu. Sipit gitu." Akhri terkekeh sembari mencubit pipinya. Sebelum menyantap makanannya lagi.
"Abang mau laki-laki atau perempuan?"
"Apa saja. Yang penting sehat, Dik. Kalau bisa kembar."
"Aku nggak punya gen kembar."
"Jangan mendahului takdir. Kalau rupanya kita memang punya kembar bagaimana?"
Bibir Maryam mengembang sempurna. "Ummi pasti akan bahagia sekali, ya."
"Tentu saja, sayang. Sekarang makan dulu, ya. Kita harus segera pulang. Jam satu nanti Abang kan mau ada tausiyah."
"Iya, Bang. Nanti pulangnya bawain asinan Bogor, ya."
"Tumben tanya asinan?" Akhri tersenyum.
"Abang tahu aku suka asinan, kan?"
"Iya juga, ya? Hampir saja Abang bersorak-sorai, loh. Kirain kamu sudah itu." Ledeknya.
"Belum, Bang. Semoga secepatnya, ya?"
"Aamiin..."
"Jangan lupa mangga-nya di banyakin."
"Iya, Dik. Seperti biasa."
"Yeaaay." Serunya lirih, sembari memegangi sendoknya lagi. Membuat Akhri lantas mengusap kepala Maryam, gemas.
***
Sudah lewat satu tahun pernikahan Maryam dan Ustadz Akhri. Bahkan hampir memasuki tahun kedua.
Namun perut Maryam masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Membuatnya dirundung kerisauan.
Pagi itu Ummi mengunjungi rumah mereka. Memberikan makanan kesukaan Akhri yang di buatnya sendiri. Karena jaraknya tidak jauh, jadi Ummi bisa datang kapan saja.
"Akhri belum pulang, ya?" Tanya beliau. Sembari mengeluarkan boks makanannya dari dalam tas.
"Belum Ummi, tadi katanya sampai malam." Maryam menjawab sembari meletakkan mangkuk besar. Yang segera digeser Ummi lebih mendekat.
Wanita itu diam saja, sembari menuangkan makanannya ke dalam mangkuk. Lalu menoleh kearah meja yang nampak kosong. Selain tempat sendok, tiga kaleng selai, juga kotak berisi roti tawar.
"Nggak ada makanan lain. Kamu nggak masak?"
"Emmm ... kebetulan hari ini nggak masak. Soalnya Bang Akhri nggak di rumah. Biasanya kalau Abang lagi di luar kota, Merr nggak masak Ummi. Takut mubasir."
"Terus kamu makannya?"
Maryam tersenyum. "Beli, Ummi."
"Ini– nih ... gimana mau cepet jadi. Kamu sendiri makannya saja serampangan."
"Nggak juga kok, Mi. Seringnya Merr masak, sesuai menu yang Ummi saranin."
"Masak apa? Ummi tuh merhatiin, setiap kali kesini nggak pernah ada makanan di atas meja!"
Ummi datangnya tepat di saat aku tidak masak. Jadi Ummi tidak tahu kalau aku lebih banyak masak daripada jajannya.
Maryam menunduk, ia tidak bisa membantahnya. Karena memang, seperti sebuah kebetulan yang berulang-ulang.
Ummi datang ketika rumah belum di bereskan, atau bahkan saat tidak ada makanan di rumah.
Itulah sebab dirinya kadang sering kena ceramah panjang ibu mertuanya.
"Ummi nyaranin masak itu buat kebaikan kamu juga, sama suami kamu. Nggak salah, kan?"
"Enggak Ummi. Tapi, mungkin karena makan menu itu setiap hari, kadang Merr bosan."
Ummi Salma menghela nafas, sembari geleng-geleng kepala.
"Itu ruang depan juga lantainya ngeres dan sedikit kotor. Kalau suami kamu pulang terus bawa tamu, apa nggak malu-maluin!"
"Iya Ummi maaf, nanti Merr beresin."
"Ya sudah, Ummi pulang dulu. Jangan lupa jamunya di minum rutin. Nggak usah banyak jajan di luar! Fokusin dulu, program kehamilan kamu. Ummi mau secepatnya dengar kabar baik dari kalian. Paham, ya!"
"Iya, Ummi. Paham."
"Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam warahmatullah." Maryam mengantarkan ibu mertuanya sampai ke pintu depan setelah itu menghela nafas. Saat motor itu sudah melaju, menjauh dari pagar rumahnya. "Ya Allah, aku terlalu banyak pekerjaan menulis. Jadinya lupa belum bersih-bersih. Keduluan Ummi datang."
Segera Maryam masuk, mengambil sapu setelah itu menyapu dan mengepel ruangan tamu tersebut.
Sebenarnya Akhri menyarankan untuk mencari asisten rumah tangga. Namun ketika membahas itu di depan ibunya. Ummi Salma malah justru tidak setuju.
Beliau bilang, di rumah itu belum ada anak-anak. Maryam seharusnya bisa mengurusnya sendiri. Toh rumah itu juga tidak terlalu lebar.
Dan hal itu pula di setujui Maryam. Yang menganggap ucapan ibunya ada benarnya.
Namun memang pekerjaan seorang penulis novel online, yang harus memenuhi deadline setiap hari. Membuatnya kadang lupa waktu, saking asiknya dengan pekerjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Herlina Lina
untung g serumah
emang baikny setelah menikah itu pisah rmh demi menjaga 2 hati wanita yg d cintai (1 ibu dan 1 lg istri) krn keduany sm2 mulia😌
2023-12-15
0
Herlina Lina
hmm ini nih tipe2 mertua yg d takutin sm menantu,krn keikut sertaanny dlm setiap lini kehidupan ank mantu
2023-12-15
0
🍲🍲 saRINGMIN seleraku👍
Ga tinggal sama mertua tp rumah mertua deket
2023-07-15
0