Malam ini selepas isya. Mereka berkumpul di masjid, sebagai saksi. Lahirnya seorang muslimah baru.
Merry bersyahadat, di depan pak kyai Muklis juga para alim ulama lainnya.
Langit cerah menghiasi bumi. Bertabur bintang yang gemerlap.
Suara yang menggetarkan hati, tengah diucapkannya dengan yakin. Hingga kini gadis itu sudah memeluk agama Islam.
Hanya saran saja yang di berikan Kyai Mukhlis. Nama Merry di ubah menjadi Maryam, serta menghilangkan nama Angela di tengah, namun tetap menyematkan nama Chwa di belakang. Merr sendiri tidak keberatan, ia tetap menyukai nama barunya dan akan menggunakan nama itu di KTPnya yang baru nanti.
Sementara Nama Merry hanya ia simpan dalam ingatan sebagai doa dari kedua orangtuanya dulu. Saat dirinya baru dilahirkan.
*
*
*
Tiga bulan lebih Dia hidup sebagai wanita muslimah. Maryam kini merasakan hatinya lebih tenang. Hidup di tengah-tengah orang-orang salih yang amat menerimanya dengan terbuka.
Karena semenjak berpindah keyakinan. Tidak satupun keluarganya yang menyambanginya atau mungkin hanya sekedar menanyakan kabar via pesan chat.
Walaupun Dia sudah beberapa kali mencoba untuk mendatangi mereka, namun penolakan demi penolakan masih ia dapatkan.
Mencecar dirinya sebagai penyebab dari kematian Mami. Juga kondisi psikis Papi.
Kini ia hanya terus berusaha meminta ampun pada sang mahakuasa. Semoga Allah merahmatinya. Memudahkan setiap perjalanan hidupnya sebagai seorang muslimah.
Tidak apa-apa, ia tetap tidak menyesali keputusannya. Baginya, memilih keyakinan beragama adalah hak setiap individu. Sementara Islam adalah yang tepat baginya untuk menjatuhkan pilihan.
Malam ini, tepat di bulan suci Ramadhan pertamanya sebagai seorang muslimah. Gadis itu baru saja menyelesaikan tadarus Al-Qur'an di masjid Abdul Aziz, bersama Arshila dan para santriwati lainnya.
Ya, semenjak memutuskan memeluk Islam. Ia memilih untuk tinggal di dekat pondok pesantren. Katanya; biar lebih bisa menguatkan iman saja.
Arshila menutup Al Qur'an miliknya dan menoleh. Di pandangannya Maryam yang juga tengah mencium Al Qur'an-nya lantas menoleh juga.
"Kenapa, kok senyum-senyum?" Maryam merasakan dua hari ini sahabatnya terlihat aneh. Namun baru kali ini ia tanyakan, biasanya ia tidak peduli. Arshila tertawa sembari menutup mulutnya. "Kenapa, sih? Kamu jangan bikin aku ngeri."
"Nggak papa. Cuman, kayaknya. Mau ada yang ngajak kamu menikah, deh."
"Apa!!" Terkejut. Segera di bungkam pula bibir Maryam olehnya. Karena suara terkejutnya amat keras.
"Jangan keras-keras, kagetnya." Arshila cekikikan. Walaupun masjid sudah mulai sepi namun masih ada beberapa orang di sana. Ia kembali melepaskan tangannya yang membungkam mulut Maryam tadi.
"Kamu tadi ngomong apa sih? Bercandanya gitu banget."
"Aku serius!" Senyum-senyum lagi. Bahkan kini dia tengah menyentuh kedua pipinya membayangkan kisah romantis pasangan halal. "MashaAllah ... apalagi Dia laki-laki Soleh. Huhuhu."
"Jangan membayangkan! Dosa loh nanti." Maryam menoel pinggang langsing Arshila sembari geleng-geleng kepala. Sementara temannya itu kembali tertawa.
"Tapi aku berkata sungguh-sungguh."
Maryam tak mendengarkan, ia hanya berbenah. Melipat mukenanya lalu meletakkan Al Qur'an di rak. Setelah itu berjalan keluar melalui pintu samping. Yang di peruntukan bagi jama'ah wanita.
"Merr–" Arshila mengejarnya, namun seketika terhenti saat melihat Maryam tak sengaja menabrak lengan Akhri yang juga melewati jalan itu. Gerak cepat, menutupi mulut dengan kedua tangannya. Merasa senang bukan kepalang melihat pemandangan di depan.
"Ya Allah, maaf ya Ustadz." Maryam menundukkan pandangannya. Mundur dua langkah. Sementara Akhri hanya mengangguk sekali lalu melanjutkan langkahnya. Sembari tersenyum simpul.
Maryam menghela nafas, ia mengambil kembali mukenanya yang terjatuh. Belum lagi menerima pukulan gemas dari temannya itu.
"Ya Allah, Arshila! ngagetin tau–"
Arshila Nyengir jail, "Cieyeeeee ..."
"Astagfirullah al'azim. Nih anak, apaan sih." Maryam benar-benar masih bingung.
"Pokoknya mau bilang cieeee aja. Udah!" Ledeknya lagi.
"Aneh ... nggak jelas kamu." Maryam hanya geleng-geleng kepala. Tidak mau ambil pusing. Karena Dia memang tidak mengerti kode-kode seperti itu dari Arshila.
Hingga dirinya mendapatkan jawabannya langsung dari Kyai Mukhlis setelah hari raya. Yang menuturkan niatnya melamar Maryam untuk putra satu-satunya beliau dari sang istri pertama, yakni Ustadz Akhri Mumtaz Zulkarnain.
Gadis itu termenung, ia tak pernah tahu dengan jelas lelaki itu. Karena memang tak pernah memperhatikan.
"Bagaimana, Nak Maryam?"
Gadis itu mengangkat kepalanya. "Saya boleh meminta waktu, tidak? Karena jujur, saya sendiri masih ragu dengan iman saya. Apalagi, ustadz Akhri itu seorang hafidz. Apa tidak salah memilih saya yang baru mengenal Islam."
Kyai Mukhlis tersenyum. "Apa yang anak itu putuskan, pun sudah melalui banyak pertimbangan. Tentu Abah kasih kesempatan, Nak Maryam untuk berpikir juga. Ambillah waktu selama mungkin yang Ananda butuhkan. Ya ... kurang lebih satu bulan. Jangan lupa lakukan sholat malam," tutur beliau bijak, sebelum akhirnya mengalihkan pembicaraan ke yang lain.
–––
Selama berhari-hari, Maryam dilanda kebingungan.
Ia pun sudah menjalani sholat istikharah selama beberapa pekan. Hingga ia tak sengaja berpapasan lagi di lorong koridor.
Dirinya hendak menuju kelas Bu Nyai Salma. Ibunya Ustadz Akhri untuk mengikuti kajian khusus wanita.
Namun anehnya, pertemuan ini berbeda. Ia yang bisanya tidak peduli malah menjadi gugup.
Andai ada jalan lain, aku ingin memutar saja. Namun, lewat mana. Masa iya putar balik.
Langkahnya melambat. Kepalanya menunduk. Benar-benar tidak berani melihat pria yang semakin mendekat kearahnya.
Hingga akhirnya berpapasan, tanpa berucap apapun.
"Dik–" tepat di belakang Maryam, laki-laki itu memanggil. Seketika Maryam menghentikan langkahnya. "Abang harus menunggu jawabannya sampai kapan?"
Ya Allah ... aku harus jawab apa?
"Kamu jangan merasa terbebani, ya. Kamu boleh kok menolak saya." Akhri menoleh sedikit kebelakang, memastikan gadis itu masih di belakangnya.
Maryam yang masih dihingapi rasa gugup menghela nafas.
"Kenapa harus saya? A–apa alasannya memilih saya. Banyak kan, mereka yang lebih Solehah."
Akhri tersenyum. Beliau merasa senang, karena ini kali pertamanya bisa berbicara langsung dengan Maryam.
"Tidak ada yang bisa menolak. Ketika hati sudah menjatuhkan pilihan," jawabnya membuat Maryam tertegun. "Saya hanya manusia biasa, saya juga punya rasa tertarik pada lawan jenis."
"Apa yang membuat Ustadz tertarik dengan saya? Jangan bilang hanya karena tampang. Bagiku, itu klise." Potongnya tegas.
"Nggak Dik, sungguh bukan karena itu. Abang tahu kamu itu menarik soal penampilan dan tampang. Tapi bukan sebab itu aku mengagumi kamu. Wallahi."
Maryam menelan ludah. Kedua tangannya terasa dingin. Ingin segera ia kabur dan menjauh dari Ustadz Akhri. Namun ia tidak berani.
"Kamu seperti gemintang indah, untuk ku. Aku mengkhitbah mu bukan tanpa alasan. Bukan karena Abang itu guru ngaji yang tidak profesional. Tapi sikap tangguh mu memeluk agama ini dengan semua yang terjadi pada mu. Membuat ku kagum dan ingin melindungi mu. Boleh 'kan, kalau aku menjadi imam kamu?"
Maryam semakin tergugu. Ia bahkan tak bisa menjawab apapun selain diam. Meremas buku kitab dalam pelukannya.
"Astagfirullah al'azim," gumam lirih Ustadz Akhri yang masih di dengar oleh Maryam. "Saya permisi dulu, assalamualaikum."
Beliau berlalu begitu saja. Meninggalkan kebekuan dalam diri Maryam. Gadis itu lantas menoleh kebelakang, dilihat tubuh tinggi berbalut Koko dan sarung yang senada berwarna putih itu semakin menjauh. Lantas menghilang ketika ia berbelok ke arah kiri.
Ustadz Akhri.... Bibirnya tersenyum tipis. Ia merasakan dadanya berdegup kencang. Bergumam istighfar lalu melanjutkan langkahnya dengan perasaan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Nurma.W
so sweeeeeeeeet😘😘😘😘😘😘😘😘
2023-05-18
0
ai hyuna
masya Allah.. memang hanya Allah sjlah Yang maha Mengatur urusan hamba2 Nya yg beriman
2022-10-10
0
Ika Komala
MasyaAllah 🥰 terharuuu sumpahhhh dri dulu emang nunggu bgt ini novelnya picisan imut yang ceritain cik Mariam,maaciww othor😘aku sengaja baca nya pas tamat,biar g rindu terus pas nunggu up hehe
2022-08-11
0