Kegiatan belanja pun selesai meski telingaku harus kelelahan menerima semua teriakan Bakugou itu. Aku pun tak ingin semakin membuatnya kesal maka aku putuskan untuk menyelesaikan pembayaran dan keluar dari toko.
Aku berjalan sendirian di ramainya kota hari ini tapi rasanya hatiku begitu gelisah, seakan ada seseorang yang sedang mengikuti dari belakang.
Kakiku pun terhenti karena perasaan ini sangat menggangguku. Tiba-tiba sebuah jari menepuk pundakku, orang itu langsung merangkulku.
Tubuhku gemetar ketakutan, hanya dengan mendengar helaan nafasnya aku sudah tahu kalau dia adalah Shigaraki Tomura.
"Jika kau tak ingin semua orang disini menjadi korban, ayo ikut aku dan bicara" ucapnya pelan tapi terdengar jelas olehku.
Di sebuah bangku yang terletak di bawa pohon, kami duduk dan dia masih tetap merangkulku seakan ia sedang mengancam ku agar aku tak berontak.
Quirk miliknya sama berbahayanya dengan milikku dan dalam ingatanku orang ini adalah ketakutan terbesarku.
"Apakah kamu senang bisa menjadi pahlawan? Kenapa kamu kabur hari itu? Padahal kami sangat menyayangimu termasuk aku" ucapnya.
"Aku tak ingat satupun...."
"Aku dan kau itu sama. Kita punya nasib yang sama. Lihatlah tanganmu dan tanganku, sekali sentuh mereka akan mati. Tapi tenang, aku tidak akan meletakkan 5 jariku padamu"
Aku hanya terdiam sambil memandang tanganku yang terkutuk ini, Shigaraki memang benar. Tangan kita sama, bahkan kami juga pernah membunuh.
Hanya saja aku tahu perbedaan besar dari kita berdua, aku masih punya harapan untuk hidup lebih baik.
"Apapun yang akan terjadi. Aku takkan pernah kembali. Demi kehidupanku yang kini lebih baik" jawabku.
Namun saat itu Shigaraki malah menekan leherku dengan satu jarinya. Sakit sekali sampai membuatku sulit bernafas.
"Kamu memang alat yang gagal dan perlu di perbaiki lagi" ucap Shigaraki.
Aku tak mampu berbicara dan berteriak, aku tak tahu harus bagaimana. Kumohon seseorang tolong aku, Todoroki.... Tolong aku.
Tiba-tiba angin terasa dingin perlahan Shigaraki melepas jarinya dari leherku. Sebuah suara itu membuatku sedikit tenang, suara itu memanggil namaku sambil berjalan kearah kami.
"Apa kau bisa menjauh dari Yura" ucap Todoroki dengan wajah marah namun tetap berusaha bersikap tenang.
Shigaraki langsung berdiri, aku melihatnya yang menatap kesal pada Todoroki.
Tak lama, teriakan yang amat bising juga terdengar dari arah depanku. Melihat Bakugou yang menghampiriku.
"Teman-temanmu sudah datang. Aku akan pergi, jaga dirimu ya Yura" ucap Shigaraki sambil menampakkan senyum yang memuakkan. Ia akhirnya pergi dari pandangan kami bertiga.
Todoroki langsung memeluk tubuhku yang saat itu sudah gemetar hebat. Aku merasa takut, rasa takut ini kembali membawaku teringat saat aku membunuh mereka di masa lalu.
Bakugou terlihat kesal dan ingin mengejar Shigaraki, dia ingin menghajar habis-habisan Shigaraki. Namun Todoroki mencegahnya untuk tidak bertindak sesuka hati. Karena yang terpenting tak ada satupun korban, hanya saja traumaku kembali lagi.
"Setengah-setengah, papah Cewek Payah itu! Kita antar dia sampai rumah. Aku akan mengawal jika saja nanti orang lusuh itu datang lagi!" Ucap Bakugou
"Baik, itu rencana yang bagus untuk saat ini"
Aku pun pulang dengan diantarkan oleh mereka. Todoroki sudah menyelamatkanku, begitu juga dengan Bakugou.
Sesampainya di rumahku, Todoroki menawarkan diri untuk menemaniku dirumah.
Tawaran Todoroki itu malah disahut oleh Bakugou yang beranggapan kalau Todoroki tidak akan mampu menjaga ku.
Lagi-lagi aku harus melerai mereka dengan mengambil keputusan, aku meminta mereka kembali ke rumah masing-masing. Aku merasa kalau Shigaraki tidak akan mengejar ku lagi.
Sebagai jaminan aku berjanji pada mereka jika terjadi sesuatu padaku, aku akan langsung menghubungi mereka.
"Ckh, menyebalkan!" Bakugou langsung keluar dari rumahku tanpa mengatakan apapun lagi.
Todoroki masih berdiri terdiam di depanku, aku tau dia sangat khawatir padaku. Lalu hal ini terjadi tanpa ku duga, sebuah kecupan mendarat di keningku.
Todoroki tak begitu lama mengecup keningku namun rasanya waktu terhenti begitu lama.
Setelah itu ia membelai kepalaku dan pulang kerumahnya. Setiap kali Todoroki melakukan hal yang tak pernah aku sangka, dadaku terasa berdetak lebih kencang hingga membuat suhu tubuhku seketika meningkat.
Rasa tak nyaman itu terkadang seperti bunga yang sedang mekar, membuat diriku bingung dengan perasaan yang aku rasakan.
*
*
*
*
Waktu pun berlalu hingga hari dimana perkemahan musim panas di adakan, tak ada satupun dari kami yang mengetahui dimana tempat kami melaksanakannya.
Sepanjang perjalanan bus yang berisi kelas A begitu riuh dengan kegirangan kami. Kebetulan aku duduk di bangku yang sama dengan Todoroki.
Tanpa di ketahui orang-orang, Todoroki terus memegang tanganku sembari sesekali mengelusnya dengan jempolnya. Perasaan tegang yang kurasakan semakin menggila.
"Yura" aku menoleh pada Todoroki yang tengah memperhatikanku.
"Jangan pergi...." Lanjutnya yang aku tak paham apa maksud ucapannya itu. Lagi pula, dia terus saja menggenggam tanganku sejak duduk di bis ini.
Setelah 1 jam perjalanan bis kami berhenti di tepian jurang, sejenak aku terlupa kalau saat ini kita bersekolah di Yuuei.
Tak lama Pak Aizawa memperkenalkan pada kami 2 anggota Wild Wild PussyCat yang datang entah dari mana. Mereka bertugas dalam penyelamatan gunung dan hutan.
Mereka menjelaskan bahwa tempat penginapan kami berada di sebuah markas yang perlu di tempuh selama 3 jam. Mereka yang ketakutan berlari menuju bis namun belum sempat mereka kabur tiba-tiba tanah bergerak yang membuat kami semua terjatuh ke dalam jurang.
"Kenapa kita harus mengalami ini!!!" Teriak Mineta yang sudah tak tahan ingin kencing.
Dari gelapnya hutan keluarlah monster besar yang hendak menyerang kita, Quirk milik Kouda bahkan tak mampu membuatnya mundur.
Dari atas kami mendengar bahwa kami di izinkan untuk memakai Quirk sebebas kami. Itu berarti kami harus mati-matian menerjang para monster di hutan.
Todoroki berdiri di depanku, ia memintaku untuk tetap berada di belakangku apapun yang terjadi.
Dengan dipimpin Iida, Midoriya, Bakugou, dan Todoroki kami mulai menyerang monster-monster di depan kami.
Todoroki terlalu menjagaku, aku tak mau membuatnya tidak fokus hanya karena diriku.
Membangkang perintah Todoroki aku ikut maju menerjang ke depan, mengeluarkan gelombang air yang kencang sehingga mampu menerjang dan membuat monster itu hancur seperti lumpur.
"Begitu rupanya! Mereka monster tanah yang dibuat oleh salah satu hero Pussycat itu!" Ucap Midoriya yang memukul monster yang ingin menerjang ku dari samping.
"JANGAN MENGHALANGIKU!!!" *BOOOOOOM!!!* ledakan Bakugou berhasil mengagetkanku.
Todoroki membuat sebuah es yang mampu mengunci pergerakan monster di lanjutkan oleh Iida yang menendang monster itu.
"SEMUANYA KITA HARUS KERJA SAMA! TUJUAN KITA ADALAH SAMPAI KE TEMPAT PERKEMAHAN SECEPAT MUNGKIN" teriak Midoriya membuat kita lebih bersemangat.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments