Menjadi Pahlawan?

Festival olahraga Yuuei telah selesai di selenggarakan, dengan Todoroki yang berhasil mendapat juara 2 meski sedikit mengecewakan bagi Bakugou tapi aku melihatnya, dia sudah berusaha keras.

Di kelas kami, Pak Aizawa memberi kami libur selama 2 hari sekaligus untuk memulihkan diri. Ah hari libur ya.... Aku tidak tau harus ku gunakan untuk apa hari liburku.

Kami pun berjalan pulang, aku yang berjalan sambil menundukkan kepala langsung terkejut ketika Todoroki menepuk bahuku. Ah, wajahnya seperti kecewa karena aku mendahuluinya. Sebenarnya aku berusaha menjauhinya karena malu soal ciuman itu.

"Hari libur kau ada rencana?" Tanya Todoroki.

"Tidak, aku rasa hanya ingin di rumah saja"

"Kau memang anak yang sering menarik diri dari lingkungan ya, kalau begitu bagaimana kalau menemaniku?"

*

*

*

*

Esok harinya, Todoroki sudah menunggu di depan rumahku. Ia tak mengatakan apapun ingin mengajakku kemana dan pakaiannya hari ini membuatnya terlihat berbeda juga jauh lebih keren.

Aku yang hanya memakai baju simple merasa tidak cocok berjalan berdampingan dengan cowok paling keren di SMA Yuuei ini.

Akhirnya kami tiba di sebuah rumah sakit. Sebelum masuk ke rumah sakit, ia menceritakan semua niatnya untuk menjenguk ibunya. Aku merasa dia mencoba mengumpulkan keberanian sekarang, aku menggandeng tangannya yang gemetar itu. Saat itu juga, gemetar di tangannya berhenti. Todoroki membusungkan tubuhnya menarik ku untuk ikut menjenguk ibunya.

Ini pertama kali baginya menjenguk ibunya setelah kejadian yang ia alami dulu.

"Sosok ibu itu menurutku hebat. Ia mampu menimbulkan rasa hangat dan tenang. Memberi harapan untuk anaknya meski aku sendiri lupa bagaimana rasanya memiliki seorang ibu" ucapku sambil terus menggenggam tangan Todoroki.

"Apa sekarang kamu sedang berusaha menguatkan ku? Mungkin ini pilihan yang tepat untuk mengajakmu bersamaku, Yura"

Todoroki dan aku berdiri di sebuah pintu kamar. Todoroki yang terus menggandengku membuka pintu tersebut, terlihat ibu Todoroki yang tengah duduk menghadap keluar jendela. Lalu sosoknya itu menoleh pada kami, di mataku ibu Todoroki sangat cantik. Dengan rambut putihnya bagaikan salju.

Todoroki melepaskan tanganku, mungkin aku sudah cukup menemaninya sampai disini. Aku ingin dia punya waktu berdua dengan ibunya, aku membungkuk pada ibu Todoroki "Saya permisi" ucapku sambil menutup pintu. Aku akan menunggu di luar, aku harap sikapku tadi sudah cukup sopan.

*

*

*

*

Todoroki keluar dari kamar itu, ia melihatku dengan senyum sembari berkata "Ibuku, menitipkan salam untukmu". Aku tak tahu harus membalas apa, rasanya sangat malu.

Todoroki mengantarku pulang kerumah, hari ini membuatku berpikir untuk mengunjungi keluarga anak itu. Tapi apakah tidak apa kalau aku datang menemuinya? Namun Quirk anaknya sudah membantuku melewati Festival Olahraga Yuuei.

Aku menghela nafas dan lalu menceritakan tentang anak yang aku ambil Quirknya pada Todoroki. Ia diam mendengarkan ku bercerita, saat aku menceritakan keinginanku untuk menemui ibu itu. Lantas ia menawarkan diri untuk menemaniku sebagai balasan karena sudah menemani Todoroki hari ini.

Setelah ini aku akan menanyakan alamat rumah ibu itu pada pihak laboratorium.

Di keesokan harinya, Todoroki pun sudah menungguku di depan rumahku. Wajahnya terlihat lebih segar. Mungkin setelah mengunjungi ibunya, bebannya menjadi lebih ringan. Aku turut senang.

Kami pun menuju alamat yang tertera di surel, aku dan Todoroki berharap semoga kami tidak tersesat.

Sampailah kami di rumah itu, aku mengetuk pintunya dan untunglah ibu itu yang membukanya. Aku sedikit lega.

Kami di persilahkan masuk dan di sajikan masing-masing secangkir teh. Aku melihat tempat untuk berdoa dan juga foto anak itu.

"Sebelumnya kami belum memperkenalkan diri ya, nama saya Kaori Tora dan anakku bernama Asuna Tora. Aku juga melihatmu di tv saat menggunakan Quirk milik anakku, terima kasih banyak. Rasanya seperti melihat anakku disana" ucap Bu Tora.

"Aku juga berterima kasih. Quirk anak anda juga hebat" jawabku.

"Aku harap kelak kamu bisa jadi pahlawan yang hebat" lanjut Bu Tora.

Aku menundukkan kepalaku "Aku mungkin tidak akan menjadi pahlawan"

Todoroki melihatku dan dia memegang tanganku "Yura, tanpa kamu sadari kamu sudah menolong Bu Tora dan anaknya. Kamu memberi harapan untuk mereka, kamu juga selalu menguatkan ku itu seperti seorang pahlawan"

Apa yang di katakan Todoroki? Aku yang sudah membunuh banyak orang tidak mampu mengemban kewajiban sebagai pahlawan.

Bu Tora kemudian memberikan senyuman padaku dan sekali lagi mengucapkan terima kasih sambil membungkuk. Todoroki seakan memberi kode padaku untuk memeluk ibu itu.

Kakiku melangkah dan memeluk Bu Tora dan juga memunculkan Quirk anaknya agar serta ikut memeluk Bu Tora yang juga sudah menjadi pahlawan untuk anaknya.

Setelah berpelukan Bu Tora mengatakan suatu hal yang membuat wajah kita memerah.

"Apakah kalian berpacaran ya? Maaf jika saya salah"

"KAMI TIDAK PACARAN" Todoroki dan Aku menjawab dengan kompak. Semakin membuat kita saling malu.

*

*

*

*

Todoroki mengantarku sampai di depan rumah, hari itu tak terasa sudah sore hari. Todoroki memperhatikan rumahku yang seperti terlalu luas untuk ku tinggali sendirian.

Todoroki bertanya apa aku kesepian? Kata kesepian itu sudah menjadi hal biasa untukku, aku sudah biasa dengan kesepian sejak dulu.

"Kalau begitu, sampai bertemu di sekolah besok, Yura"

"Iya Todoroki...."

"Yura...."

"Iya?"

Todoroki terdiam sambil memandangku beberapa detik lalu ia memalingkan wajahnya.

"Bukan apa-apa. Aku pergi"

Sosoknya pun perlahan hilang dari pandanganku, aku menghela nafas dan menyandarkan tubuhku pada pintu rumah. Apa-apaan pandangan itu, aku tidak bisa mengontrol detak jantungku.

*

*

*

*

Esok harinya hujan turun di pagi hari, aku membuka payungku dan segera berangkat ke sekolah. Sesampainya, seluruh teman sekelas sedang mengobrol tentang mereka yang jadi pusat perhatian.

Aku berjalan menuju bangku milikku, baiklah aku ingin mulai merubah diriku sedikit. Aku mengucapkan salam pagi pada Todoroki, meski di jawab lirih olehnya tapi aku sudah senang. Yaoyorozu menoleh padaku dan menggodaku "Yura, sejak kapan kamu jadi lebih percaya diri?"

"Eh? A-aku tidak tahu" jawabku malu sambil mengeluarkan buku tulis ku.

Pak Aizawa masuk ke kelas, kali ini pak Aizawa meminta kita membuat nama pahlawan. Inilah yang tidak aku suka, aku masih tidak bisa memutuskan apakah aku akan jadi pahlawan atau tidak. Lalu Midnight pun masuk ke kelas, dia ingin membantunya karena Pak Aizawa sensei tak begitu pandai soal nama.

Satu persatu teman-teman sudah mulai memilih nama mereka, aku sedikit tertawa gemas pada Todoroki yang memilih nama "Shoto".

Tersisa aku dan Bakugou, nama yang menggambarkan diriku ya. Yura sendiri adalah nama yang diberi Shoto untukku artinya masa depan yang kelak terwujud. Aku tidak tau harus pakai nama apa

Akhirnya Midnight meminta kami berdua untuk tetap tinggal di kelas sepulang sekolah nanti. Sungguh aku tidak cocok jadi pahlawan.

*

*

*

*

Aku dan Bakugou berada di kelas berdua dibimbing oleh Midnight. Bakugou bersikeras memilih nama aneh yang mengandung kata "ledakan".

"OI CEWEK PAYAH! CEPAT PILIH NAMAMU BODOH! KAU TIDAK BERNIAT JADI PAHLAWAN HA? KU BUNUH KAU!!"

"Ba-Bakugou... Eh enn.. aku tidak tahu. Bagimana dengan Fanshira"

Midnight tersenyum padaku "Apa itu dari kata Fancy dan Yura? Apakah maksudmu Keinginan untuk punya mimpi yang bisa di wujudkan"

Aku mengangguk lalu Midnight menyetujui nama itu. Bakugou masih tetap tidak menyerah dengan nama "ledakan" membuat Midnight menyerah dan menyuruhnya pulang untuk memikirkannya ulang.

Wajah Bakugou begitu menyeramkan, ia berjalan keluar kelas lebih dulu dariku. Saat aku melewati lorong sekolah, tiba-tiba saja seorang murid dari jurusan lain menghampiriku.

"Kau....pelaku pembunuhan 11 tahun lalu?" Ucapnya yang membuat firasat buruk padaku.

Ia menarik kerah seragamku membuatku gemetar ketakutan, aku terus menyembunyikan tanganku dan mencoba menahan kekuatanku agar tidak mengamuk.

"Kau pasti ingat dengan beberapa polisi yang mengejar pencuri kecil lalu di temukan tewas mengenaskan? Asal kau tau, salah satu korbannya adalah ayahku!"

Aku hanya diam mendengarkan segala amarahnya, itu pantas kuterima karena sudah mengambil nyawa orang lain dan membuat keluarga korban membenciku.

"KAU TAK PUNYA HARAPAN UNTUK JADI PAHLAWAN, DASAR KEPARAT!!" ia melempar ku.

*Haaaaap*

Aku di topang oleh seseorang hingga aku tak terjatuh ke lantai. Bau keringat ini, Bakugou.

"OI BA****T, GARA-GARA KAU MELEMPARNYA JALANKU TERHALANG BODOH!! KU HABISI KAU!!" Teriak Bakugou yang berhasil membuatnya lari terbirit-birit.

"Ckh, dasar pengecut. Oi kau, kalau tidak terluka cepat berdiri sendiri!!" Lanjutnya

"B-BAIK!" Aku langsung berdiri tegap dan melihat punggungnya berjalan di depanku.

"OI KENAPA KAU DIAM!! CEPAT BERJALAN DI BELAKANGKU, AKU TIDAK MAU JALANKU TERHAMBAT LAGI!!"

eh, maksudnya dia mau menjagaku?

Bersambung

...Wah gak terasa episode 10 ya.... Terima kasih untuk yang berkenan membaca karyaku ini....

...Btw, aku seorang fanartist yang jarang gambar lagi. Pas senggang aku nyoba gambar lagi dengan karakter Todoroki Shoto, gimana guys menurut kalian?...

Terpopuler

Comments

erika_shioriii

erika_shioriii

gambarnya bagus Thor, cuman kalo menurutku yang bagian tangannya sih perlu perbaikan dikit lagi. semangat teross

2022-08-21

1

🄷🄸🄰🅃🅄🅂~🕊

🄷🄸🄰🅃🅄🅂~🕊

gambarannya bagus thor btw semangat:>

2022-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!