Todoroki melepas pelukannya, aku harap dia sudah jauh lebih tenang. Todoroki seperti dijadikan sebuah alat oleh Endeavor, karena itu ia ingin membangkang dan tak akan pernah menggunakan sisi kirinya.
Kamu sungguh berani melawan hal yang tak berkenan di hatimu, tidak sepertiku yang sampai sekarang hanya terus menuruti permintaan dan kemauan pemerintah itu.
Meskipun aku memiliki keinginan sekali pun, aku masih tetap tidak bisa pungkiri tentang masa laluku ini.
Setelah itu, aku pamit meninggalkan Todoroki untuk kembali ke tempat penonton, aku berjanji padanya untuk memberi semangat seperti tadi meski aku sedikit malu melakukannya.
"Terima kasih, aku akan menunggunya" ucapnya dengan wajah datarnya
*
*
*
*
Aku berjalan menyusuri koridor, aku merasa ada yang aneh denganku. Rasanya aku merasa lapar, lapar sekali. Apa karena aku melewatkan istirahat di aula.
Langkahku semakin berat, samar-samar aku mendengar suara derap kaki. Saat itu juga, tiba-tiba kaki ku tak mampu berjalan lagi hingga membuatku terduduk di lantai
"T-tolong aku..." Ucapku lirih.
Terasa panas di dekatku, aku seperti melihat api.
"Kau... Kau anak yang waktu itu kan?!"
Ternyata Endeavor, aku kesal karena mengetahui perbuatannya pada Todoroki. Rasanya aku ingin memakannya bulat-bulat.
"Aku....lapar" aku menyentuh tangan Endeavor. Saat itu perlahan aku melihat api Endeavor masuk ke tubuhku. Saat itu terjadi, Endeavor langsung menarik tangannya dariku dan melangkah mundur menjaga jarak aman dariku. Tunggu, aku tak pernah ingin memakannya.
Tiba-tiba aku teringat bagaimana lezatnya Quirk milik Todoroki, pikiranku kacau. Ada sesuatu yang berusaha menguasai diriku. Aku melihat Endeavor yang terdiam bingung karena tak tahu harus bagaimana.
Tiba-tiba, di luar kendaliku. Aku mengeluarkan es dan api bersamaan.
"Quirk milik Shoto?! Apa yang kau lakukan pada anakku!!" Api Endeavor semakin membesar karena amarahnya.
Aku baru ingat kalau aku belum melepas Quirk milik Todoroki, rasanya seperti saat Quirk paman yang meronta keluar. Sekuat tenagaku aku menahan dan mengucap kata kunci pelepasan.
Akhirnya es dan api hilang dari tubuhku, Quirk ku sangat aneh. Aku sulit memahaminya, Endeavor mendekatiku sepertinya dia ingin menghajar ku karena aku mengeluarkan Quirk Anaknya.
Tiba-tiba muncul All Might mencegah Endeavor.
"Tenanglah, dia sudah melepas Quirk anakmu. Di tubuhnya tak ada lagi Quirk milik anakmu" ucap All Might.
"Jangan ambil kekuatan anakku Shoto, atau aku tak akan segan membunuhmu saat itu juga. Camkan itu" Endeavor melangkah pergi.
All Might langsung menenangkan ku, air mataku menetes. Rasanya Quirk ku semakin mengganas.
"All Might, aku ingin melihat Todoroki. Aku sudah berjanji padanya, jadi kumohon jangan katakan kejadian ini pada pemerintah itu. Aku tidak mau di isolasi lagi" ucapku sambil tersedu-sedu.
All Might mengiyakan permintaanku, dia terlihat senang karena inilah pertama kali aku berani mengatakan keinginanku yang sebenarnya. Bahkan aku sendiri baru menyadarinya
*
*
*
*
Aku berjalan menuju bangku penonton bersama All Might, sekali lagi ia terus bertanya apakah aku sudah baikan. Aku mengangguk karena sudah untuk ke 50 kalinya ia menanyakan hal yang sama.
Setelah membuatnya yakin dan pergi meninggalkanku, aku menguatkan diri sembari menahan rasa lapar menggila di diriku. Aku tidak mau menyakiti teman-temanku.
Aku mengambil tempat duduk di dekat Uraraka dan Iida. Tiba-tiba Mineta dan Kaminari berteriak menunjukku.
"KAMI MELUPAKAN SATU ASET LAGI DI KELAS!!!" ucap mereka dengan kompak.
*Duuuuag*
Pukulan keras dari Jiro langsung menerjang kepala mereka berdua, membuat mereka kesakitan.
"Yura, jangan dipikirkan. Kelakukan mereka memang bodoh" ujar Jiro
"Ahaha i-iya" aku menggaruk kepala bingung.
*
*
*
*
Pertandingan pertama ialah Deku vs murid jurusan umum yaitu Shinso Hitoshi yang memiliki Quirk mengendalikan pikiran. Aku yakin itu Quirk yang kuat dan menguntungkan bagi pihak pahlawan.
Tapi kenapa dia tidak masuk ke jurusan pahlawan? Setelah Melihat pertarungan mereka, aku merasakan sebuah sinkronisasi. Rasanya aku merasakan penderitaan yang sama.
*
*
*
*
Pertarungan selanjutkan adalah Todoroki melawan Sero Hanta, aku sangat yakin dialah yang menang. Hingga pertandingan itu diakhir oleh Todoroki yang menciptakan bukit es tinggi menjulang yang membuat Sero terjebak.
Aku melihat Todoroki yang melelehkan es miliknya dengan tangan kirinya. Baik aku dan Midoriya kurasa kita melihat hal yang sama.
Aku ingat betapa lemahnya punggung Todoroki saat ia memelukku. Mereka hanya melihat betapa kuatnya anak dari pahlawan No. 2 itu tapi tidak tau betapa beratnya beban yang harus ia pikul.
Setelah usai bertanding, aku pergi menyusul Todoroki. Aku ingin memberi ia semangat untuk pertandingan selanjutnya.
"Todoroki!" Aku berteriak ketika melihat sosoknya yang berdiri di sebuah lorong.
"Yura.... Ada perlu apa?" Tanya nya dengan wajah yang tak tersenyum sedikitpun.
"Aku harus mengatakan ini, pahlawanku Todoroki Shoto!"
Pipi Todoroki Shoto memerah seketika.
"Kamu selalu menggenggam tanganku ketika aku kedinginan. Rasa hangat dari tangan kiri itu, masih ku ingat. Antara panas dan dingin, rasa hangatnya sangat seimbang. Aku tertolong karena itu" lanjut ku
"Lalu apa yang ingin kamu katakan"
"Jangan ragu! Kamu adalah kamu, kekuatanmu adalah milikmu! Berusahalah pahlawanku!" Lanjut ku sambil memegang pundaknya yang gagah itu.
Sekilas cahaya yang menerangi punggung Todoroki membuatku hanya bisa melihat senyum tipisnya. Perlahan keningnya menyatu dengan keningku, aku bisa mendengar helaan nafasnya saat itu.
Aku ingin menangis, pasti menyakitkan bagimu. Maafkan aku yang tak pandai memberi semangat. Aku ingin menyelematkan pahlawanku.
Bodohnya aku karena tindakanku, bibirku mengecup bibir Todoroki yang terasa dingin itu.
"Aku mendukungmu!" Aku mengepalkan tanganku memukul pelan dada Todoroki.
"Pasti.... Aku akan buktikan pada Orang tua bodoh itu!"
*
*
*
*
Berbagai pertandingan di lewati dengan penuh ambisi dan semangat, termasuk pertarungan antara Uraraka dan Bakugo. Bakugo benar-benar tiada ampun pada lawannya meski dia seorang perempuan sekaligus.
Pertandingan mereka telah usai, aku melihat Bakugo berjalan menuju tempat duduk di sebelahku. Aku mendengarnya Bakugo, kau mengakui lawanmu yaitu Uraraka.
Tiba saatnya pertarungan Todoroki dan Midoriya, Midoriya memang gila. Dia terus memaksakan diri meski jari-jarinya patah satu persatu.
Kirishima membahas soal kekuatan Todoroki yang seakan tak ada kelemahan.
"Itu salah, Todoroki punya batasnya. Baik sekuat apapun dia, benarkan Bakugo?" Jawabku karena aku sudah pernah melihat batas kekuatan Todoroki.
Ia tak melihat padaku tapi ia setuju dengan ucapanku, tunggu sejak kapan aku berani mengobrol dengan Bakugo.
*
*
*
*
"Itu kekuatanmu! Itu Kekuatanmu tolol!!" Teriak Midoriya pada Todoroki. Midoriya tolong sadarkan Todoroki, aku ingin dia menerima dirinya. Kumohon....
Tanpa ku sadari air mataku menetes bersama dengan air mata Todoroki yang juga ikut menetes.
"CKH CEWEK PENDIAM! KENAPA KAU MENANGIS? DASAR CENGENG!!" Teriak Bakugo padaku hingga membuat semua teman-teman menoleh padaku.
"Yura, apa kau tak apa?" Tanya Tsuyu padaku.
"Aku.... Hanya merasakan apa yang Todoroki rasakan.... Aku sulit menjelaskannya" jawabku sambil menyeka air mata.
"MAJU TODOROKI SHOTO!!!!" Spontan aku berdiri dan berteriak dari bangku penonton, aku yakin para penonton yang tengah fokus menonton malah jadi memperhatikanku. Aku tak peduli sekarang, mendukungnya adalah prioritasku.
Ucapan Midoriya sebenarnya juga mengajarkanku kalau aku harus lebih menerima diriku, semenjak datang ke Yuuei aku merasa lebih baik. Bahkan adanya Sosok Todoroki di sampingku selama ini menyadari kalau di hidup ini aku tak merasakan penderitaan ini sendirian. Di luar sana, ada yang memiliki takdir yang sama atau lebih buruk dariku.
*
*
*
*
Pertandingan Todoroki usai, aku bergegas menuju Todoroki.
"Aku rasa Yura perhatian sekali dengan Todoroki" ucap Tsuyu yang membuatku tersipu malu, Tsuyu memang orang yang seperti itu.
Di ruang tunggu, aku melihat Todoroki yang duduk di kursi sendirian. Aku melihat bajunya yang robek, ternyata dia punya tubuh yang terbentuk dengan bagus ya. Pantas saja saat memelukku terasa nyaman.
Eh tunggu....
Ini pertama kalinya aku melihat tubuh laki-laki!!!
Aku langsung bersembunyi di luar dekat pintu, ternyata Todoroki menyadari keberadaan ku "Yura?"
Tanpa mengatakan apapun aku langsung merentangkan tangan memberikan baju olahraga pengganti untuknya.
Aku dengar langkah kakinya, aku merasakan tangannya yang mengambil seragam yang ku beri. Rasanya berdebar....
"Yura, terima kasih. Rasanya punggungku jauh lebih kuat" ucapnya.
"Tidak, itu juga berkat Midoriya. Aku juga menyadari sesuatu berkatnya"
"Bukan itu, begini.... Kamu selalu membelai punggungku. Itu terasa nyaman, rasanya seperti kau menguatkan diriku. Bahkan tadi, itu.... Menepuk pundak dan.... Ciuman... Itu"
Todoroki gugup?! Moment langka sekali. Pasti wajahnya sekarang juga memerah sepertiku.
"Todoroki, kurasa kamu terlalu banyak bicara tidak seperti biasa" aku menahan gugup ku.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
🄷🄸🄰🅃🅄🅂~🕊
yura yang teriak teriak aku yg malu;-; lanjut thor semangat✨
2022-03-19
2