Tragedi U.S.J dan Mengenali Quirk

"Kenapa? Apa kau lupa cara memakai Quirkmu? Apa kau mau ku ajari lagi?" Bisiknya padaku.

Todoroki kembali menyerang Tomura, esnya berhasil mengenai tangan yang mencekik leherku. Todoroki terlihat sangat marah.

"YURA.... DIA BUKAN PENJAHAT! DIA ADALAH SEORANG CALON PAHLAWAN" Teriak Todoroki dengan sangat lantang meski tubuhnya sempoyongan.

Ucapan Todoroki seakan menusuk ke dalam hatiku, mataku tak henti memandanginya. Aku yang tenggelam dalam kegelapan hati kembali di selamatkan oleh Todoroki.

Tomura menggaruk-garuk lehernya sendiri, wajah psikopatnya itu tak bisa aku lupakan. Sekilas ingatan lamaku terlintas di otakku membuat kepala sangat sakit. Tomura.

Tak berselang lama, All Might datang dengan gagah berani. Dia menyerang Tomura namun tiba-tiba seekor monster buatan menyerang All Might sampai membuatnya babak belur.

"Aku ingin menghabisi mu All Might dan akan aku dapatkan alat kami kembali" ucap Tomura sambil menggaruk lehernya hingga lecet.

Alat katanya? Jadi aku adalah alat untuk rencananya? Tapi kenapa? Aku kesal. Aku merasa di dunia ini baik paman jahat, pemerintah, dan penjahat ini tidak pernah melihatku sebagai seorang manusia.

Tomura meminta para pasukannya kembali, apa yang ia rencanakan. Tapi perbuatanya sudah sangat mengacau kami, para guru kami tumbang kecuali All Might yang masih berusaha berdiri dengan senyum andalannya.

*

*

*

*

Sekolah Yuuei ditutup untuk sementara dan Esok harinya saat aku berangkat ke sekolah. Aku terus teringat dengan semua yang di katakan Tomura.

Pembunuh sepertiku apakah boleh menjadi pahlawan. Bahkan alasan aku masuk Yuuei bukan keinginanku sendiri. Tanganku terus gemetar mengingat semua korban yang dulu tewas di tanganku.

Dalam rasa takutku tiba-tiba saja ada yang menggandeng tanganku erat, tangan yang sudah biasa kurasakan hingga membuatku hafal.

Todoroki berjalan di sampingku sambil menggandeng tanganku. Senyumnya yang tipis membuatku salah tingkah, lagi-lagi aku menarik tanganku dan menyembunyikannya dalam saku.

"Jangan takut" Ucapnya padaku.

Kami berjalan bersama menuju ruang kelas kami, sesampainya Midoriya sudah menyambut kehadiran kami.

Wajar saja, kalau Midoriya penasaran dengan apa yang di ceritakan oleh Tomura. Bahkan Bakugo juga terus mencaci diriku karena berada di Yuuei.

Todoroki masih tetap berada di sampingku, semua teman kelas menunggu diriku untuk mulai bercerita. Aku menarik nafasku menguatkan hatiku, tenang Todoroki ada di sampingku.

"11 tahun lalu, aku seperti kehilangan kendali atas kekuatanku sendiri. Tomura benar, aku ini seorang pembunuh. Aku tidak tau siapa diriku, bahkan aku tak ingat tentang namaku atau keluarga. Setelah kejadian itu, aku di isolasi oleh pemerintah. Mereka bilang kalau semua Quirk yang ada di tubuhku sudah di keluarkan. Aku tak mengerti, hanya saja rasanya sangat menyiksa saat mereka berusaha mengeluarkan Quirk di dalam tubuhku"

Aku melihat wajah sedih mereka saat mendengar ceritaku, aku kembali berkata pada mereka bahwa aku tak pantas menjadi seorang pahlawan seperti mereka. Untuk diriku yang pernah merenggut nyawa orang di sekitarku.

Todoroki menepuk punggungku dan tersenyum padaku, ia berkata "Kamu masih punya kesempatan, kamu adalah murid dari SMA Yuuei. Aku tak akan membiarkanmu jatuh lagi ke dalam kegelapan"

Semuanya setuju dengan ucapan Todoroki kecuali Mineta yang masih ketakutan akan Quirk-ku, di ikuti oleh Takoyami yang mengatakan kalau aku harus bisa mengendalikan kekuatanku.

Tak lama dengan keadaan penuh perban, Pak Aizawa masuk ke kelas membuat kami langsung kembali ke tempat duduk kami.

"Yura sudah menceritakan semuanya, memang cepat atau lambat kenyataan itu tidak bisa di tutupi. Termasuk Quirk milik Yura, Yura harusnya kamu sadar saat Todoroki menyentuh tubuhmu. Dia tidak terluka, cobalah keluarkan Quirk milik Todoroki dari tanganmu" ucap Pak Aizawa.

Lalu aku pun mencobanya, ternyata baik es maupun api tidak ada yang keluar satupun. Pak Aizawa pun menyimpulkan bahwa Quirk-ku akan bertindak menggila apabila aku sedang terancam.

Dan aku punya syarat lain untuk meniru Quirk orang di sekitarku. Bagaimana kalau cara kerjanya seperti Quirk Gravity milik Uraraka.

Pak Aizawa mengizinkanku mengaktifkannya, aku mencobanya pada Yaoyorozu.

"Momo, bolehkah aku mencoba Quirkmu?"

"T-tentu"

Aku mencoba menenangkan diri, menyentuh tubuh Yaoyorozu sebentar "Aktifkan" ucapku.

Setelah itu aku bisa membuat sebuah boneka dari tanganku. Aku kembali bertanya padanya apakah dia kesakitan karena seingat ku saat itu para korban tampak kesakitan.

Namun dia menjawab tidak sambil menggelengkan kepala. Lalu aku mencoba untuk melepaskan Quirk Creati dari tubuhku "Lepaskan" dan setelah itu aku tak dapat menggunakannya lagi.

Kenapa bisa begini? Aku bisa mengontrolnya. Tapi kenapa saat tes fisik, Quirk milik paman meronta keluar, apakah ada batas waktu Quirk itu ada di tubuhku.

Atau tubuhku sebagai wadah Quirk terlalu lemah sehingga tidak bisa menopang Quirk yang semakin kuat.

Aku merasa semenjak Todoroki sering mencoba berada di dekatku, perasaanku jadi lebih aman.

Seakan memang tidak akan ada yang membuatku terancam, sebelum itu memang aku selalu merasa takut.

Pak Aizawa merasa cukup menjelaskannya dan itu juga cukup membuat teman sekelas lega dan tenang dengan kemampuanku meski aku masih harus mencari tahu Quirk apa yang aku miliki.

Kemudian Pak Aizawa memberi pengumuman bahwa Festival Olahraga Yuuei akan segera dimulai.

Festival yang membuat para agensi pahlawan melihat bakat-bakat para calon pahlawan masa depan di Yuuei. Bagi yang beruntung mereka akan mendapatkan penawaran agar mereka bergabung dengan Agensinya.

Inilah kesempatan bagi mereka kecuali aku yang tak terlalu ingin menjadi pahlawan.

Jam istirahat, semua orang berjalan keluar kelas. Aku yang selama ini hanya terus berada di kelas duduk diam di bangku, tak lama Todoroki berdiri dari bangkunya mengajakku untuk makan di kantin.

"Ayo ke kantin, aku ingin makan Soba Dingin"

"Pergilah, aku disini saja"

Sesaat setelah aku mengatakannya, tangan Todoroki langsung menggapai ku. Aku merasa kalau tidak ku ikuti maunya dia akan terus memaksaku.

Kantin sangat ramai dipenuhi murid-murid yang sudah lapar. Mencium aroma yang sedap membuat perutku jadi keroncongan.

"Todoroki, disini terlalu ramai. Aku takut kalau aku tidak sengaja mengaktifkan Quirk-ku karena rasa cemas ku"

"Tidak akan ada yang terjadi selama aku disini, denganmu.... Yura" jawabnya dengan pipinya yang sedikit memerah. Apakah dia malu mengatakannya?

Kami pun mengambil makanan yang kita ingin tentu saja Todoroki sudah mengincar soba untuk ia santap. Todoroki mengajakku untuk duduk bersama Tsuyu, Iida, dan Uraraka.

Mereka terlihat senang melihatku untuk pertama kali makan bersama mereka. Aku duduk berhadapan dengan Todoroki, ternyata wajahnya sangat imut ketika sedang makan.

Aku baru menyadari pipinya yang menggemaskan itu saat ia mulai mengunyah soba miliknya.

"Yura, kenapa kamu terus memandang Todoroki?" Tanya Uraraka dengan jahil padaku.

Aku kaget tersentak lalu menundukkan wajahku, aku juga mendengar suara Todoroki yang tersedak karena ucapan Uraraka.

Meja makan kami akhirnya dipenuhi gelak tawa Uraraka. Iida dengan tegas segera menyuruhku untuk segera makan.

Ternyata begini ya rasanya makan dengan teman-teman, selama ini aku selalu sendiri. Terima kasih Todoroki, sekali lagi kamu menolongku

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!