Sebenarnya 2 hari sebelum festival olahraga Yuuei, para pemerintah yang mengisolasi ku dulu menjemput ku untuk di bawa ke lab.
Mereka tahu dari para guru Yuuei yang berhasil menerka cara kerja Quirk ini, akhirnya mereka ingin membuktikannya sendiri.
Sampai disana, dokter laboratorium langsung menuntun langkahku menuju sebuah ruang perawatan khusus.
Di ruang itu, terlihat seorang gadis kecil yang menderita sebuah penyakit dan hendak menuju ajalnya. Aku melihat ibunya yang menangis di dekatnya.
"Gadis kecil itu, ingin menjadi pahlawan. Tapi dia tahu saat ini impiannya harus hilang. Itulah kenapa, dia ingin Quirk-nya tetap hidup" ucap dokter lab itu.
Aku pun di persilahkan masuk, ibu anak itu melihatku. Mungkin dia tahu siapa aku. Tapi dengan air mata yang terus mengalir, ia memintaku untuk mengabulkan keinginan terakhir anaknya.
Mataku tertuju pada tubuh kecil itu yang bahkan tak membuka matanya. Rasanya hatiku sesak.
"Dulu, aku pernah ingin mati. Aku bahkan tidak tahu tujuan hidupku. Aku iri dengannya yang punya mimpi meski ajal menjemputnya. Bahkan punya ibu yang kuat berada di sampingnya" ucapku sambil tersenyum pada ibu itu.
"Jika dengan kamu mengambil Quirknya mimpinya menjadi nyata. Maka aku sangat memohon padamu" ibu itu lantas membungkuk padaku.
Aku menghela nafas berat, ini bukan lagi meniru tapi mengambil Quirk seperti 11 tahun lalu. Tak hanya itu, aku juga akan membuatnya meninggal.
Aku takut membuatnya kesakitan, tapi melihat ibunya yang begitu ingin anaknya bahagia aku harus mencoba menahannya.
Aku memegang tangan kecil itu "izinkan aku mengambil Quirk-mu meski aku tak berjanji bisa menjadi seorang pahlawan"
Setelah itu, aku merasa ada sesuatu yang masuk ke tubuhku. Berbeda seperti saat aku meniru Quirk, ini seperti aku sedang makan dengan lahap.
Aku terus menahan sekuat tenaga agar ia tak kesakitan. Saat itu juga, alat pendeteksi detak jantung menunjukkan kalau kini dia telah tiada.
Aku melepaskan tangan kecil itu, ibunya tersenyum padaku dan berterima kasih.
"Aku harap, kelak kamu menemukan cara hidup yang layak untukmu. Berjuanglah untuk Festival Olahraga Yuuei nanti"
Ibu itu lalu memeluk tubuhku erat, terasa begitu hangat dan menenangkan. Mungkin inilah rasanya pelukan seorang ibu yang tak pernah lagi kuingat.
*
*
*
*
Pertandingan pertama adalah Halang Rintang, ini gila. Kami saling berdesak masuk untuk mencapai finish lebih dulu.
Aku melihat Todoroki yang berhasil berlari paling depan, dia sangat kuat dan berambisi. Bahkan melawan para robot inferno pun bukan tandingannya.
Aku tidak mau terlalu mencolok, tapi demi anak yang sudah ku ambil Quirknya setidaknya aku harus lebih serius.
Quirknya adalah Pengendalian air. Kalau dia disini pasti dia akan jadi pahlawan yang hebat.
Kini aku bisa mengeluarkan air dari kaki, tangan, dan mulutku. Aku mulai dengan mengeluarkan air dan memusatkan tenaganya agar bisa mengiris robot inferno.
Lalu di depan, kami di sambut dengan jurang yang terpasang tali di setiap bebatuan.
Aku melihat teman-teman yang mudah melewatinya tak terkecuali Todoroki, Bakugo dengan sekuat tenaga juga berusaha menyusulnya.
Aku menciptakan sebuah ombak yang membuatku meluncur cepat melewat jurang.
Selanjutnya Ladang Ranjau. Aku memperhatikan teman-teman yang melangkah dengan hati-hati.
Sedangkan Bakugo sudah melesat menyusul Todoroki dengan ledakannya, mereka saling bertarung. Itu berbahaya untuk Todoroki, aku ingin membantunya.
Aku yang masih berdiam diri melihat Midoriya yang baru datang. Dia menggali tanah mengumpulkan ranjau.
"Mi-Midoriya, jangan bilang kamu akan menggunakan ranjau itu?" Tanyaku padanya yang masih sibuk menggali.
"Tentu saja" ia langsung melompat sambil memegang besi dari potongan robot inferno.
*Booooooom!!!!* ledakan besar terjadi.
Dia gila, lebih gila dari yang aku duga. Aku jadi terlambat karena syok melihat Midoriya.
Aku sudah mengingat bagian mana yang sudah meledak dan belum, tanpa Quirk aku berlari sekuat tenaga. Rasanya sangat berdebar, lama-lama terasa menyenangkan.
Pertandingan usai, urutan pertama berhasil di menangkan oleh Midoriya Izuku. Todoroki Shoto berada di peringkat 2 dan Bakugo Katsuki berada di peringkat 3. Dan aku yang tertinggal ini berada di peringkat 43.
Aku yang terengah-engah berjalan menuju Todoroki berada, aku ingin memberinya semangat tapi dari bangku penonton aku mendengar mereka yang membicarakan aku.
"Dia mirip dengan bocah yang 11 tahun lalu"
"Benar, aku tidak sadar.... Kenapa dia bisa ada disini?"
"Padahal beberapa hari lalu sekolah Yuuei diserang penjahat kan? Apa karena dia?"
"Pembuat masalah"
Aku berhenti dan kembali menunduk. Aku tidak mau membuat Todoroki di cap buruk karena diriku, lebih baik aku segera pergi. Lagi pula aku tidak lolos di babak selanjutnya.
"Yura...." Suara Todoroki memanggilku.
Aku menoleh padanya dan hanya mengepalkan tanganku ke atas sembari berkata lirih padanya "Semangat ya".
Aku langsung berlari ke bangku penonton khusus untuk para murid-murid Yuuei. Aku sangat senang melihat semua teman sekelas ku yang bisa lolos ke babak ini.
Meski para penonton mencaci keberadaan ku disini, untuk saat ini aku ingin menikmati pertandingan ini, untuk Todoroki Shoto sang pahlawanku.
*
*
*
*
Pertandingan dimulai, semua yang ada di lapangan mulai berebut satu sama lain. Mataku terus tertuju pada Todoroki yang berusaha keras melawan Midoriya.
"TODOROKI SHOTO! SEMANGAT!" Teriakku sekeras tenagaku. Membuatku ingin menangis, ini pertama kali aku berteriak.
Hal lain yang membuatku terkejut adalah ketika Midoriya berhasil memancing Todoroki menggunakan sisi kirinya. Ini mengejutkan ketika dia pernah berkata padaku kalau dia hanya akan menggunakan sisi kanannya saja.
Pertandingan mu selesai dan Tim Todoroki berhasil menduduki peringkat pertama. 4 tim yang lolos akan saling berduel. Aku ingin memberi Todoroki semangat.
Aku berlari mencoba mengejar dan mencari Todoroki, tapi aku tak berhasil menemukannya. Aku terus mencari hingga, aku mendengar suara Todoroki dan Midoriya. Di lorong yang gelap itu aku bersembunyi dan tak sengaja mendengar perbincangan mereka.
Saat mencoba untuk diam aku hampir tertawa ketika Todoroki menerka kalau Midoriya adalah anak hasil hubungan gelap All Might.
Saat aku hampir tertawa tiba-tiba sebuah tangan penuh keringat membungkam mulutku, siapa lagi kalau bukan Bakugo.
Aku menarik tangannya dari mulutku, ah sial mulutku jadi penuh keringat. Bakugo melotot padaku sebagai kode keras kalau aku harus diam.
Kami mendengar semua perbincangan Todoroki, tentang rencana Endeavor dan luka di wajahnya. Aku dan Bakugo terdiam, meski begitu rasanya sakit. Hanya karena sisi kiri Todoroki yang mirip Endeavor, ibunya bahkan tega menyiramnya dengan air panas.
Suara mereka perlahan menghilang, aku dan Bakugo melirik ke luar dan mereka sudah pergi.
"Ckh...." Bakugo berdecak.
"Kenapa? Kau kesal dengan Endeavor"
"HA?! BODO AMAT! AKU AKAN KALAHKAN MEREKA! MELAMPAUI ENDEAVOR DAN ALL MIGHT. AKU AKAN JADI NO.1 HERO!! AKAN KU HABISI MEREKA"
Ah, telingaku sakit sekali. Dia marah-marah di depan wajahku.
"Aku harus mengejar Todoroki" ucapku pada Bakugo sambil berjalan meninggalkannya.
"OI CEWEK PENGECUT! AKU JUGA AKAN MENGALAHKANMU! QUIRK-MU ITU MEMUAKKAN!" teriak Bakugo.
*
*
*
*
Aku melihat punggung Todoroki dan aku langsung meneriaki namanya. Punggungnya itu kemudian berbalik arah, Todoroki merentangkan tangannya dan menangkan tubuhku hingga membuatku jatuh ke pelukannya.
Aroma keringatnya sehabis bertanding membuatku nyaman, aku semakin kuat merasakan betapa kerasnya dia berjuang selama ini.
"Todoroki, maaf kalau tadi aku tak sengaja mendengar semua"
"...." Todoroki masih terdiam dan makin erat memelukku.
Aku mengelus punggungnya itu dengan lembut.
"Soal luka bakar itu, pasti saat itu sakit ya? Apa karena alasan itu juga hari itu kamu tidak kembali menemuiku?"
"Iya, maaf...."
Aku bingung harus mengatakan apa, tapi yang ku bisa saat ini hanya terus menerima pelukannya itu. Setidaknya inilah balasanku karena sudah menyelamatkanku dan berusaha untuk berada di sisiku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
simp scara wkwkwk
dia kayaknya terlalu terobsesi deh~ rada merinding
2023-06-29
0