"Are you ladies okay?" tanya Ali yang melihat ke belakang dan rasanya agak nyesek karena tidak berani memeluk Davina yang tampak gemetar seperti halnya Bara yang memeluk adik sepupunya.
"Aku oke kok, bang Al" jawab Arum santai karena dia tahu, Davina lebih membutuhkan tunangannya. Ali Khan tersenyum kecut mendengar ucapan Arum.
"Pistolnya sini mas Bara pegang" pinta Bara dan Davina menurut. Bara mengembalikan pistol PPK itu menjadi mode aman setelah tadi sempat dikokang oleh gadis itu. "Masukkan ke dalam tas mu."
"Ra, aku mau lihat pengawal yang dilumpuhkan oleh Ye-jun dulu." Ali hendak keluar tapi ditahan Bara.
"Kamu disini saja, temani Davina dan Gendhis. Kamu kan basicnya tinju, bukan bela diri khusus jadi lebih aman aku yang keluar" ucap Bara. "Kalau perlu, pinjam PPK Davina buat jaga-jaga."
Bara memeluk dan mencium pelipis Arum. "Telpon Arya suruh kesini. Kirim pengawal lagi karena pengawal dari Oom Javier sudah dilumpuhkan."
Arum pun mengangguk dan segera mengambil ponselnya sedangkan Bara keluar dari ruang VVIP itu.
"Gendhis, boleh bertanya sesuatu?" Ali Khan menatap dokter cantik itu setelah selesai menelpon Arya.
"Bang Ali mau tanya apa?" Arum duduk di sebelah Davina sambil memeluk calon iparnya.
"Bara bisa bela diri?"
Arum dan Davina saling memandang. "Keluarga kami semuanya bisa bela diri. Mas Bara bisa pencak silat dan Eskrima" jawab Davina.
"Kita-kita yang outsiders hanya bisa melongo, bang Ali. Wong mereka semua bisa menembak dan bela diri" kekeh Arum melihat Ali Khan melongo.
"Kalian keluarga mengerikan" komentar Ali.
***
Javier tampak gusar ketika mendengar Ye-jun berani mendatangi putrinya bahkan bisa melumpuhkan empat pengawal yang mengawal.
"Apa Oom harus tarik Vina ke Australia?" gumam Javier yang saat ini bersama Bara dan Arya setelah diberitahu kejadian siang ini. Davina sekarang sudah berada di ruangannya dengan dua pengawal wanita yang dikirim Arya.
"Sama saja Oom. Malah lebih sulit jika dia disana karena tidak ada saudara juga. Kalau disini setidaknya ada saya, ada Arya bahkan Fuji dan Ali masih di Jakarta. Masih ada papa dan Oom Gozali."
Sejujurnya Javier masih harus menyelesaikan pekerjaan di Sydney yang sekarang di handle oleh Agatha, istrinya. Javier memang melarang Agatha ikut ke Jakarta karena tahu betapa bar-barnya dia dan sudah pasti Ye-jun akan mati di tangan istrinya. Tak heran kalau Agatha cocok dengan Valora adiknya dan almarhum ibunya, Vivienne Lee Neville.
"Oom titip Davina kepada kalian ya. Bara, maaf merepotkan mu disaat kamu hendak menikah."
"Santai saja Oom" jawab Bara.
***
"Kamu ngapain kesini?" tanya Davina dingin kepada Ali Khan yang datang ke ruangannya.
"Aku yang akan menjadi pengawal mu" jawab pria tinggi itu kalem.
"Hah? Mas Arya sudah kirim pengawal tuh!" Davina menunjukkan dua orang pengawal wanita.
"Tapi aku yang akan mengantarkan mu pulang. Papamu sudah memberikan ijin padaku."
"Bagaimana dengan kantormu?"
"Aku kan CEO nya. Bebas lah!" cengir Ali Khan. "Mulai sekarang, aku yang akan antar jemput kamu."
"Tidak perlu, aku sudah ada pengawal sendiri!" Davina mengambil tas Gucci nya.
"Pengawalmu saja bisa dilumpuhkan oleh Ye-jun. Gitu yang dikatakan melindungi kamu?" sindir Ali Khan.
"Lalu? Kamu bisa apa?"
"Aku jauh lebih waspada dari pengawalmu. Aku bisa lebih menjaga mu."
"Kamu bisa apa?" tanya Davina lagi.
"Bisa menjagamu!" Ali Khan menatap mata hazel itu dalam. "Aku tidak jago menembak, Vina. Aku bukan seperti saudara mu yang semuanya bisa beladiri berbagai macam, basic aku hanyalah tinju dan gulat tapi aku bisa kamu andalkan!"
Davina menatap mata coklat milik pria India itu.
"Apa yang kamu katakan kepada papa? Bukannya kamu kemarin nyaris gagal melindungi aku?" Davina menatap dingin ke pria yang menurutnya sangat pede bisa melindunginya meskipun tanpa basic bela diri. Hanya modal nekad yang dia punya.
"Aku mengatakan pada Mr Arata bahwa aku akan membayar kelalaian aku kemarin dan kali ini aku tidak akan meleng lagi."
***
POV Ali Khan
"Mr Arata, boleh saya berbicara empat mata dengan anda?" Ali Khan masuk ke dalam ruang kerja Javier di gedung PRC group yang dulunya bekas ruangan Adrian Pratomo.
"Masuklah Al" ucap Javier. "Duduk."
Pria India itu pun duduk di hadapan Javier Arata.
"Ada apa kamu kemari? Apa pekerjaan kamu sudah selesai?" tanya Javier tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor. Kasus Davina memang membuatnya harus lembur.
"Pekerjaan saya sudah selesai Mr Arata."
"Lalu?"
"Mr. Arata, bolehkah saya meminta ijin."
Javier memandang pria yang berstatus duda cerai itu. Hasil screening Joshua Akandra menunjukkan bahwa pria ini bersih dan bukan tipe aneh-aneh.
"Kamu mau meminta ijin apa?"
"Saya meminta ijin untuk menjadi pengawal Davina."
Javier menatap Ali dengan wajah terkejut. "Are you serious?"
"Saya akan membayar kelalaian saya kemarin, Mr. Arata.
"Maksudmu?"
"Saya yang akan disisi Davina 24 jam."
"Kamu akan tinggal bersama putriku?"
"Jika saya diijinkan. Sejujurnya Sir, saya sudah jatuh cinta dengan putri anda tapi saya masih menahan diri dan saya cukup tahu diri bahwa saya bukan kandidat yang baik untuk anda."
Javier menatap Ali Khan. Tidak ada kepura-puraan di wajah pria itu.
"Karena kamu duda cerai? Karena kamu tidak memiliki basic bela diri?"
"Diantaranya itu tapi saya tetap berusaha melindungi putri anda apapun caranya dari pria psycho itu, Mr. Arata."
"Apakah kamu bisa menjamin kalau kamu tidak khilaf mengingat kamu memiliki perasaan spesial ke Davina."
"Insyaallah tidak Sir. Saya mencintai putri anda dan saya tidak mau merusaknya."
"Seminggu."
"Excuse me?"
"Seminggu kuberikan ijin kamu mengawal Davina karena aku harus ke Sydney selama itu. Setelah aku pulang dari Sydney, Davina akan bersamaku."
Wajah Ali Khan tampak senang mendapatkan ijin dari Javier Arata yang dikenal sangat sulit.
"Jika kamu gagal melindungi Davina selama seminggu ini, aku kirim ke hell week segera!"
*Hell week Navy Seals sebenarnya pelatihan khusus untuk anggota Navy Seals tapi orang sipil pun bisa ikut untuk merasakan bagaimana kerasnya pelatihan calon pasukan elit Amerika Serikat itu yang memang dibuat oleh mantan anggota Navy Seals.*
POV End
"Jadi? Selama seminggu aku bersamamu?" mata hazel Davina memincing ke arah pria yang 15 senti lebih tinggi darinya.
"Yup. Bahkan aku akan tinggal bersamamu di rumah milikmu, Davina."
Davina melotot tidak percaya.
"Satu Minggu, tujuh hari, 24 jam aku akan bersamamu" ucap Ali Khan yang entah kenapa membuat Davina merinding.
Apakah aku lepas dari Ye-jun lalu masuk ke perangkap pria India ini? Apa sih yang dipikirkan papa?
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Murni Agani
gagal gmn kl gagal udh dgagahin loe vina.bin salahny gak bs msk wc cwek😂
2022-03-10
0
wonder mom
jgn brenti nulis ttg klan Pratomo, mbak. mrk ttp menarik dgn sgala kegesrekan dan kehangatan mrk. disaat byk penulis, menulis dgn tema yg hmp seragam, crita gesrek dan hangat n menciptakan mood booster sndiri. gali lgi crita dri generasi ke 4 klan Pratomo, Giandra, Blair, AlJordan. qt tunggu😍😍😍
2022-03-08
1
wonder mom
4 chapter, tp brasa dikit✌✌✌✌
2022-03-08
2