If you want my future, forget my past
If you wanna get with me, better make it fast
Now don't go wasting my precious time
Get your act together we could be just fine
I'll tell you what I want, what I really, really want
So tell me what you want, what you really, really want
I wanna, (ha) I wanna, (ha) I wanna, (ha) I wanna, (ha)
I wanna really, really, really wanna zigazig ah
If you wanna be my lover, you gotta get with my friends
(Gotta get with my friends)
Make it last forever, friendship never ends
If you wanna be my lover, you have got to give
Taking is too easy, but that's the way it is
Lagu lawas milik Spice Girls berjudul Wannabe terdengar di dalam mobil Land Rover Defender milik Davina. Gadis itu duduk manis di kursi penumpang karena Ali yang menyetir mobilnya sedangkan Range Rover milik pria itu diparkir di gedung PRC group.
"Really? Spice Girls?" lirik Ali Khan.
"So? Keberatan? Ini mobil siapa?" balas Davina.
"Kukira kamu lebih memilih lagu model Dua Lipa atau Billie Eilish" kekeh Ali.
"Aku menerima semua genre musik termasuk Prodigy, The Chemical Brother's sampai Limp Bizkit."
"Bagaimana lagu India?" tanya Ali Khan.
"Maksudmu yang dari film Kuch Kuch Hota Hai?"
Ali Khan terbahak. "Kenapa semua orang hanya tahu film itu?"
"Hanya film itu dan Kabhi Khushi Kabhie Gam yang aku tonton karena roomate aku waktu kuliah di Stanford fansnya Shah Rukh Khan dan dia memaksaku untuk nonton dua film itu."
"Kamu tidak suka nonton film India?"
"Aku lebih suka membaca buku. Nonton film jika ingin."
"Banyak film India yang bagus-bagus, tidak hanya dua itu" Ali menoleh ke arah gadis cantik yang sedang menatap lurus ke jalan.
"Hhhmm."
"Kamu ingat ketika kita pergi ke hutan mangrove bersama dengan saudaramu?" Ali Khan berkonsentrasi ke jalan lagi sambil melihat GPS di layar ponselnya.
Davina menoleh menatap pria tampan itu. "Kenapa?"
"Ketika kamu terkejut ada monyet loncat dan kamu reflek memelukku."
Pipi Davina sedikit merona. "Kenapa memangnya?"
"Aku suka memelukmu" ucap Ali Khan tanpa filter. "Harummu enak."
Davina melotot. Nggak Ye-jun, nggak Ali kenapa pada meributkan harum tubuhku? Dasar pria!
"Kamu..!"
"Kenapa? Kan memang kenyataannya begitu." Ali tersenyum kepada Davina.
Mobil hitam itu sampai ke sebuah komplek perumahan mewah dan penjaga mengenali mobil milik Davina lalu mempersilahkan jalan.
"Rumahmu yang mana?" tanya Ali.
"Pojok."
Mobil hitam itu berjalan hingga ke pojok jalan utama dan Ali melihat Davina memencet tombol pagar yang ada di dalam mobilnya dan pagar hitam itu terbuka. Pertama kalinya Ali melihat rumah milik Davina.
Sebuah rumah klasik khas Amerika dengan batu alam disana bewarna broken white. Pintu garasi yang berada di bawah rumah pun terbuka dan Ali membawa mobilnya masuk ke dalam. Ali melihat bersihnya garasi milik Davina, sangat berbeda dengan garasi rumahnya di London dan Mumbai yang penuh oli dan sebagainya.
Davina pun menutup pintu garasinya dari dalam mobil lalu keluar mobilnya. Ali pun melakukan hal yang sama dan mengambil duffle bag Bottega Veneta nya yang dia letakkan di kursi belakang. Pria itu mengikuti Davina masuk ke dalam rumah melalui pintu sambung garasi.
Ali Khan kagum dengan interior rumah Davina yang simpel namun elegan dan nuansanya semua broken white. Wallpaper, sofa semua bernuansa sama dengan batu alam yang ada di depan rumah.
"Ini kamarmu" Davina menunjukkan sebuah kamar tamu yang berada di lantai bawah.
"Lalu kamarmu?" tanya Ali.
"Diatas, pojok kanan."
"Baik." Davina pun menaiki tangga. "Makan malam jam setengah delapan."
***
Ye-jun tersenyum melihat Davina masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua. Pria itu minum whiskey nya sambil menatap rumah klasik di hadapannya.
Pria itu memang sengaja membeli rumah kosong yang berada di seberang rumah milik Davina. Ye-jun sudah memeriksa semua tentang Davina Blaze Arata dan dia akan mendapatkan gadis itu bagaimana pun caranya.
Mata hitam Ye-jun melotot ketika melihat Ali Khan keluar dari pintu utama rumah itu.
Mau apa pria India itu di rumah Blaze? Apakah dia yang akan mengawal Blaze? Bisa apa dia?!
Ye-jun duduk di jendela besar di kamarnya yang sengaja dipasang kaca cermin dua arah yang membuat orang lain tidak bisa melihat dalam kamarnya tapi dia bisa leluasa melihat keluar.
Kita lihat saja apakah kamu bisa melindungi Blaze dariku karena Blaze adalah milikku.
***
Ali Khan dan Davina menikmati acara makan malam mereka di ruang makan yang bernuansa biru putih. Pelayan gadis itu memasak semur daging dan menyediakan kerupuk beserta tumis brokoli bawang putih.
"Masakan pelayanmu enak" puji Ali.
"Iya" jawab Davina.
"Apakah kamu bisa memasak?" tanya Ali.
"Bisa meskipun tidak jago tapi setidaknya aku bisa memasak meskipun tidak seahli Aidan maupun sepupu perempuan ku yang lain" sahut Davina ketus.
"Bukan bisa masak air dan ramen saja kan?" kerling Ali Khan.
"Aku bukan Arya Ramadhan yang masak Indomie saja bisa bikin rumah hampir kebakaran!"
Ali Khan terbahak. Arjuna memang pernah bercerita tentang Arya yang selalu bermusuhan dengan kompor dan ternyata memang menjadi rahasia umum keluarga.
"Sepertinya soal Arya menjadi trending topik di keluarga kalian ya?"
"Hu um."
Ali Khan menatap wajah cantik yang sedang menikmati makan malamnya. "Kamarku tidak aku kunci kalau kamu membutuhkan sesuatu."
Davina mengangkat wajahnya. "Apa?"
"Eh maksudku... Jika kamu ada..."
"Kamarku terkunci Al, tenang saja" sahut Davina cepat meskipun dia tahu maksudnya Ali.
"Maaf jika sedikit ambigu tapi aku benar-benar ingin melindungi mu" ucap Ali serius.
Davina hanya mengangguk.
***
Davina masuk ke dalam kamarnya yang bernuansa putih, pink dan abu-abu. Baginya kamar ini adalah tempat dia berlindung, tempat dia merasa aman.
Davina mengganti gaun rumahnya menjadi lingerie bewarna merah maroon, lalu membersihkan wajahnya. Bayangan Ye-jun semasa kuliah dan sekarang, sangat jauh berubah. Ye-jun sekarang, dia tidak mengenalinya. Kemana Ry yang selalu tersenyum dan menatapnya teduh bukan sekarang yang penuh sinis, dendam dan... nafsu.
Davina menatap wajahnya sendiri. Tidak dipungkiri cinta pertama selalu tersimpan di lubuk hati terdalam tapi cinta pertama seperti ini juga membuatnya sakit.
Tangan halusnya mengambil sebuah Glock dari lemari besinya dan meletakkan di nakas. Davina berjalan menuju jendela kamarnya dan hendak menutup gordennya. Mata hazelnya melihat rumah yang berada di seberangnya yang sudah berpenghuni sebulan ini namun dia tidak tahu siapa tetangga barunya.
Entah kenapa aku merasa seperti diperhatikan. Davina lalu menutup jendelanya.
Kamu seksih sekali dengan lingerie seperti itu, Blaze. Pria itu menghabiskan whiskey nya sembari melihat melalui jendelanya. I'm gonna make you mine.
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
wadduuuuhhhhh
2023-12-11
1
Heni Hariyati
itu ambisi bukan cinta ye-jun.sadar kau akan menyakiti orang yg kau cintai
2022-10-24
1
ꍏꋪꀤ_💜❄
dasar pria gila😡😡😡😡
2022-04-02
1