Ali Khan masih setia menunggu di ruang tengah mansion Giandra dengan kompres es di wajahnya yang tampan akibat bogem dari Javier. Pria itu rela menerima Omelan dan bogem dari Ayah Davina itu karena tahu dia yang salah, lalai melindungi putrinya.
"Masih sakit Al?" tanya Alexandra sambil mengecek wajah bengkak Ali yang mulai membiru.
"Nggak begitu Tante" jawab Ali sambil diam saja wajahnya diperiksa Alexandra.
"Masih bagus kamu hanya dibogem, Al daripada dikirim ke hell week Navy Seals" kekeh Bara.
Ali Khan menatap horor ke arah rekan bisnisnya. "Hell Week? Navy Seals?"
"Oom Javier itu tujuh kali ikut hell week dan lima kali lolos" jawab Bara santai.
"Mampus aku" bisik Ali, pria berdarah India berusia 32 tahun.
"Apa kamu sudah menemukan Lee Ye-jun?" tanya Ghani ketika melihat Gozali keluar dari ruang kerjanya.
"Dia memang ada di Jakarta, G. Dan dia salah satu undangan acara pernikahan Gasendra dan Rani."
"Tapi yang diundang oleh Raka adalah relasi yang kita juga banyak yang kenal" gumam Ghani.
"Dia salah satu pembeli batu bara dari keluarga Pradipta karena dia mempunyai bisnis club, cafe dan resort yang tersebar di Miami. Tidak menutup kemungkinan dia juga punya bisnis haram di balik semua itu. Kita tahu kan Miami seperti apa?" Gozali menatap keluarganya di ruang tengah.
"Dengan berani dia membawa chloroform ke pesta itu berarti dia sudah persiapan dan untungnya bukan ghb atau roffie" gumam Bara.
"Dan dia tidak membawa ke kamar hotel karena tahu pengawal dan pengawas pesta keluarga Pradipta juga ketat apalagi perusahaan Oom Gozali salah satu yang disewa oleh keluarga Oom Raka" ucap Bara.
"Tangga darurat memang tidak ada yang menjaga disana jadi dia bisa melakukan hal itu" ucap Gozali.
Suara pintu kamar Davina terbuka dan tampak Javier keluar dari sana dengan wajah lebih relaks dibandingkan tadi.
"Bagaimana Vina?" tanya Ghani.
"Well, dia mengakui kalau itu Ye-jun dan dia tidak mengenali pada awalnya lalu ketika Ali masuk ke toilet pria di sebelahnya, Ye-jun menyusup masuk ke toilet wanita melihat Vina sedang cuci tangan dan langsung menyekapnya dengan saputangan yang sudah disiapkan dengan chloroform." Javier menatap Ali yang masih mengompres wajahnya. "Sorry, tapi aku harus melakukannya karena kamu lalai menjaga Davina."
Ali Khan hanya mengangguk. "It's okay Mr Arata. Saya memang pantas mendapatkannya."
"Dia masih ada di Jakarta, J karena dia salah satu buyer batu bara dari perusahaan milik keluarga Pradipta" ucap Ghani.
"Menurut mu apakah dia berani menemui Davina lagi?" tanya Gozali.
"Dia akan berani melakukannya." Javier menatap serius. "Jika dia mendatangi Davina, akan aku hajar!"
***
Dua Minggu setelah kejadian di pesta pernikahan Gasendra
Davina Arata sedang menikmati kopi cappuccino nya sembari menunggu Arum yang berjanji akan datang menemaninya. Gadis itu berada di sebuah restauran yang dekat dengan rumah sakit tempat Arum bekerja karena Davina baru saja bertemu dengan seorang klien di daerah sana. Sengaja dia meminta ruang VVIP jadi dia bisa private untuk ngobrol dengan Arum nanti.
"Assalamualaikum" sapa Davina ketika ponselnya berbunyi.
"Wa'alaikum salam. Vina, maaf aku agak telat setengah jam karena ada pasien ngeyel minta diperiksa ini" omel Arum. "Soalnya suaminya nggak mau istrinya dipegang dokter laki. Ih, sok posesif bangets sih!"
Davina tertawa. "Yaaaaa kan ada pria yang seperti itu, sok chauvinist."
"Sabar ya Bu. Kan aku kesana nggak sampai sepuluh menit. See you."
Davina tersenyum dan memasukkan ponselnya ke tas Gucci miliknya. Namun senyum itu menghilang ketika melihat seseorang duduk di hadapannya dan menatap tajam kepadanya.
"Halo, Blaze" sapa pria itu.
"Ye-jun" bisiknya. Seketika Davina panik karena dirinya sendirian. Kemana semua pengawal?
"Kalau kamu mencari pengawalmu, sudah aku bereskan semua" senyum Ye-jun.
"Hah? Apa kamu..."
Ye-jun tertawa. "Tidak, Blaze, aku tidak membunuh mereka tapi membuat mereka tertidur dan sudah berada di mobil mereka. Tenang, sudah aku buka jendelanya agar mereka tidak keracunan CO2."
Davina memegang pistol yang dia simpan di tas Gucci nya. Sudah lama dia tidak membawa PPK nya tapi semenjak bertemu dengan Ye-jun dan pria itu belum bisa ditangkap oleh polisi karena bukti-buktinya kurang apalagi alasan Ye-jun pun lebih diterima hingga Javier geram tidak bisa menghukum pria yang sudah melecehkan putrinya.
Gendhis Arum. Gadis itu tidak bisa bela diri atau pun menembak. Davina menjadi panik.
"Kamu tambah cantik, Blaze. Apakah kemarin bisa kita ulangi lagi?" Ye-jun menatap dalam ke mata hazel Davina.
Gadis itu mengacuhkan omongan Ye-jun dan dia langsung menghubungi Bara melalui ponselnya dan membiarkan di loudspeaker ketika mendengar suara Bara.
"Kamu menghubungi siapa Blaze!" bentak Ye-jun yang hendak meraih tangan Davina dan reflek gadis itu menodongkan pistolnya.
"Don't touch me!" bentak Davina dengan nada gemetar. Bayangan dia dilecehkan sedemikian rupa oleh Ye-jun berkelebat di matanya.
"Blaze. Come on. Don't be like this." Ye-jun masih mencoba meraih tangan Davina.
"Jangan maju Ry. Don't you dare!"
"Davina?" suara feminin membuat keduanya menoleh.
"Berdiri di belakangku, Gendhis!" perintah Davina. Arum pun paham lalu bergegas berdiri di belakang gadis itu.
"Kamu tunangan Bara Giandra? Hahahaha, this is getting better and better" Ye-jun tertawa.
"Pergi, Ry. Aku tidak mau bertemu denganmu!" Davina masih mengacungkan pistolnya dengan nada gemetar. "Akhirnya aku tahu kenapa papa melarang aku berhubungan denganmu!"
"Hah! Khas keluarga Pratomo! Screening SEMUA orang yang berhubungan dengan anak dan cucunya!"
"Memang! Karena itulah aku tahu kenapa kamu tidak lolos! Karena ayahmu adalah pembunuh bayaran, Ry!" ucap Davina dingin yang membuat Ye-jun terkejut.
"Kamu tahu?"
"Harusnya kamu mati waktu kecelakaan di Miami! Kenapa kamu masih hidup?" Davina mengacuhkan pertanyaan Ye-jun.
"Karena jika aku tidak memalsukan kematian ku, aku tidak bisa seperti sekarang! Aku punya kekayaan yang bisa aku banggakan di depan tuan Javier Arata yang terhormat!"
"Mr Arata bukan orang yang silau oleh harta!" suara bariton terdengar di depan pintu. Tampak Ali Khan dan Bara berdiri di sana.
"Pergilah Ye-jun. Kami masih berbaik hati tidak membunuhmu!" ucap Bara dingin sambil berjalan mendekati tunangan dan adik sepupunya.
"Atau apa, Giandra?"
"Atau aku akan menghajarmu sampai mati!" Ali Khan berdiri di hadapan Ye-jun melindungi Davina.
Ye-jun hanya tersenyum smirk. "Kita lihat siapa yang bisa hidup lebih lama, aku atau kau, Khan." Ye-jun pun berjalan keluar ruang VVIP. "Ngomong-ngomong, harum tubuhmu masih seperti yang dulu ya Blaze." Ye-jun tertawa kecil. "Dan aku suka sekali harum tubuhmu."
Ali hampir menarik Ye-jun jika Bara tidak menghalangi pria yang memiliki tinggi sama dengannya.
"Biarkan dia pergi."
***
Yuhuuu Up Sore Yaaaaa
Lagi pengen genre complicated, semoga nggak bosen.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
lele geprek ganteng ganteng psyco
2024-08-31
1
nobita
yuhuii cerita yg menarik... apik thor
2023-07-27
1
ꍏꋪꀤ_💜❄
terobsesi dia😡😡😡😡
2022-04-02
2