Bab 18

Sari terbangun saat Bagas mengguncangkan tubuhnya. "Sar, bangun … kita rehat dulu di rest area."

"Rest area? Cepet banget nyampe rest area." gumam Sari.

"Pak Lingga minta kita berhenti, tadi sopirnya bilang. Lagian udah jam makan malam juga." Bagas membuka headset yang masih menempel di kepala Sari.

"Tuh mereka nunggu disana?" kata Bagas lagi menunjuk ke arah pak Lingga dan yang lainnya.

Sari mengikuti arah tangan Bagas menunjuk. Tampak pak Lingga dan timnya menunggu Sari dan Bagas di pelataran rumah makan.

Doni dan Ahmad baru keluar dari toilet rumah makan, Rara sedari tadi tampak asyik mengobrol dengan Atika. Ia bahkan tidak memperdulikan Sari yang berdiri didekatnya. Rara sudah benar-benar berubah.

Aneh, nggak biasanya Rara begini? Apa ada yang menyinggung perasaannya? Ahmad atau Doni atau malah aku?

Atika mencuri pandang ke arah Sari. Ada senyuman sinis yang tersungging di sudut bibirnya. Kilatan merah di mata Atika tertangkap oleh mata batin Sari.

"Matanya … aku pernah lihat mata itu dalam mimpiku? Apa mungkin dia …"

Hati Sari berdesir, perasaannya tidak karuan. Rara memang telah berubah, Sari bisa merasakan aura kehitaman tipis yang mulai menyelimuti Rara.

"Rara … aku hanya berharap semoga kita bukan menjadi musuh. Siapa yang telah mengubahmu begini?" Sari menatap Rara dengan hati sedih.

Pak Lingga mendekati Sari dan Bagas, ia mengajak mereka bergabung bersama dalam satu meja makan.

"Kita makan malam dulu, perjalanan masih panjang."

Bagas bergabung dengan yang lain yang sudah bersiap di meja pesanan pak Lingga. 

"Boleh saya tanya sesuatu?" tanya Sari yang belum beranjak dari tempatnya, pak Lingga yang semula hendak mengikuti Bagas menghentikan langkahnya.

"Mbak Sari mau nanya ke saya?"

"Bukan, orang lewat." Jawaban Sari membuat pak Lingga tersenyum.

"Bapak tertarik bener kita ke Jawa Timur? Apa ada yang dicari disana?" 

Pak Lingga tersenyum miring,

"Jawa Timur … siapa yang nggak tahu tentang daerah sana mbak Sari? Journey to the East, program liputan mistis yang ratingnya bagus. Jadi apa salahnya kalo kita kesana? Lagi pula itu kan usulan teman kamu Doni."

"Saya tahu itu usulan Doni, tapi … "

Pak Lingga menatap Sari, menunggu Sari kembali mengajukan pertanyaan. 

"Tapi?"

Sari sedikit ragu dengan pertanyaan yang akan diajukan tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengatakannya, "Saya tahu bapak bukan orang biasa, begitu juga sama mereka."

"Maksud kamu gimana?"

Sari yang menatap ke arah tim pilihan pak Lingga melanjutkan perkataannya, "Kenapa bapak menyerang saya kemarin? Untuk apa ... salah saya apa?"

Sari beralih menatap pak Lingga, ia sadar pertanyaannya akan menimbulkan masalah baru tapi ia ingin memastikan siapa yang akan menjadi musuh atau kawan.

"Menyerang kamu? Saya nggak ngerti apa maksudnya?" Raut wajah pak Lingga menunjukkan rasa terkejutnya.

"Iya, bapak kan yang menyerang saya waktu di kantor kemarin? Luka ini masih berbekas, dan saya masih mengingatnya jelas!" Sari memperlihatkan luka gigitan di lehernya.

Pak Lingga tidak bisa lagi menyembunyikan rasa terkejutnya saat melihat luka yang ditunjukkan Sari.

Sialan … siapa yang berani menyentuh anak ini?! pak Lingga geram melihat luka Sari.

"Ada apa? Apa pak Lingga lupa, atau mungkin …"

"Itu bukan perbuatan saya! Kamu yakin saya yang menyerang kamu?!" Pak Lingga memotong perkataan Sari dan bertanya balik.

"Ik twijfel niet aan mijn ogen, je viel me aan!". (Saya tidak meragukan mata saya, anda yang menyerang!)

"Echt? Ik betwijfel dat, en bedankt voor het eraan herinneren!". (Benarkah? Saya meragukan itu, dan terimakasih sudah memperingatkan saya!)

"Wow, pak Lingga bisa bahasa Belanda juga?" Sari bertanya dengan nada sinis.

"Banyak hal yang kamu belum tahu tentang saya."

"Laten we eens kijken wat meer verrassing van je is!" (Kita lihat kejutan apalagi dari anda!)

Pak Lingga yang merasa mendapat tantangan dari Sari menanggapinya dengan tenang.

Belum Sari … belum saatnya kamu tahu siapa saya? 

"Kita bicara lagi lain kali, sekarang lebih baik kita bergabung sama mereka dulu. " Pak Lingga berlalu meninggalkan Sari yang masih termangu.

Aku penasaran sama pak Lingga, dia kelihatan kaget waktu aku tanya penyerangan kemarin … kalo bukan dia, trus siapa yang serang aku kemarin? Apa ada musuh lain dalam tim?

Sari menatap rekan-rekannya yang sedang asyik menikmati makan malam. "Semoga firasatku salah, aku nggak mau membahayakan mereka."

Sari membuka memorinya tentang Mang Aa, sampai detik ini ia menyesali kematian paman kesayangannya itu. Dan ia tidak ingin hal serupa terjadi lagi karena kelalaian dirinya.

Aku bersumpah akan menjaga kalian dengan nyawaku sendiri!

Terpopuler

Comments

Nur Aliya Hikmah

Nur Aliya Hikmah

ada gunting dalam lipatan...

2022-05-30

1

BANG Jo GANTENG🤭

BANG Jo GANTENG🤭

jago juga bahasa Belanda ya.

2022-04-15

2

winda hikari

winda hikari

lnjutt lagii yuks...

2022-04-09

3

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 105 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!