Bab 6

Sari belum bisa memahami perkataan penjaga nya, berkali-kali ia mengulang perkataan sang Patih.

"Mereka yang berjalan dalam kegelapan, bersembunyi dalam bayangan dan hidup dalam kesengsaraan?"

"Apa maksudnya ya? Kenapa saya mikirnya, mereka ini immortal? Berjalan dalam kegelapan … hantu? Sembunyi dalam bayangan … musuh terselubungkah?" gumamnya lagi.

"Iiish, kebiasaan deh kalian para lelembut sukanya main teka teki dipikir lagi ngisi TTS kali ya! Bikin kepala saya pusing aja!" gerutu Sari.

Ponsel Sari berbunyi, mom Adeline memanggil. "Hallo Mom."

"Hoi schat, val je mama lastig? (Hai sayang, apa mom ganggu?)

"Nee, Sari heeft het niet meer druk mom.". (Nggak, Sari lagi nggak sibuk mom.)

"Al gegeten? Zorg daar voor je gezondheid." (Apa kamu sudah makan? Jaga kesehatan mu disana.)

"Het is oké, is papa oké?" (Sudah kok, apa dad baik-baik aja?)

"Je papa is in orde, Kania is genoeg om hem op te vrolijken." (Papa baik-baik saja, Kania cukup membuatnya terhibur.)

"Kania? Wow Sari heeft nu een rivaal he." (Kania? Wah, Sari punya saingan sekarang ya.)

Tawa mom Adeline dari seberang sana terdengar. Ia paham putrinya mulai cemburu karena perhatian Dad Barend mulai terbagi untuk Kania, putri Danique.

"Sari, kamu tetap putri kami … Kania sudah mom anggap seperti adik kamu. Makanya kamu pulang kesini biar bisa manja-manja sama mom." 

"Mom, Sari udah gede kali masa harus manja-manja gitu?"

"Naah itu tahu kalo kamu sudah besar. Eh, gimana Bagas? Kalian sudah mulai nyiapin pernikahan belum?"

"Sedikit, kita mau liputan dulu ke Banyuwangi mom. Ibu Bagas juga sedang sakit, jadi … ada beberapa yang kita tunda dulu."

"Sakit? Semoga beliau lekas sembuh, sampaikan salam mom untuk ibunya Bagas."

"Ja mam, later zal Sari het vertellen." (Ya mam, nanti Sari sampaikan.)

"Sari, hati-hati ya sayang … mom khawatir, kamu selalu berhubungan dengan masalah gaib! Mom takut!"

"Mom, tenang ada Doni yang bantuin Sari kok! Dia juga nggak kalah seperti Mang Aa sama Mas Hendra."

"Ya, tetap aja mom khawatir sayang. Als er iets met je gebeurt, mam, stuur dan meteen iemand om je op te halen terug naar Nederland?"

(Kalau sampai terjadi sesuatu sama kamu, mom langsung kirim orang buat jemput kamu ke Belanda.)

"Mom Sari is geen kind." (Mom, Sari bukan anak kecil!)

"Kalo gitu kamu harus janji sama mom dulu, kalo kamu bakalan baik-baik aja kali ini sayang! Mam gaf me een waarschuwing!"

(Mom sudah kasih peringatan!)

"Iya … Sari janji! Udah dulu ya mom, Sari ditungguin yang lain nih."

"Oke, mama hou van je." (Mom sayang kamu.)

"Sari ook, doei mom." (Sari juga, bye mom.)

Sari menutup panggilan, "Mom selalu khawatir, aku bukan anak kecil lagi! Tapi … mom benar juga, aku juga sedikit khawatir sama liputan kali ini. Semoga firasatku salah."

Sari hendak melangkahkan kakinya keluar dari area tangga darurat ketika ia merasakan energi kuat menyapanya dengan sengaja.

"Siapa itu? Apa ada orang lain disini?" 

Sari mencari sumber energi itu. Ia berusaha melihat ke area atas dan bawah tangga tempatnya berada. Tak terlihat seorang pun disana. Tapi energi itu begitu kuat, seolah memancingnya keluar untuk melintasi dimensi.

"Ok, siapa pun kamu aku datang menerima undangan mu."

Sari berkonsentrasi, mengatur nafasnya dan memusatkan seluruh energinya untuk melintasi dimensi. Dan dalam sekejap ia tiba di di suatu tempat yang sangat asing baginya. Sari seolah melayang di ketinggian, dan ia bisa melihat jelas pemandangan mengerikan dibawahnya.

Api berkobar dimana mana, mayat-mayat bergelimpangan beberapa tampak terpenggal kepalanya dan membanjiri tanah dengan darah. Ada juga yang tertembus puluhan anak panah, terluka karena sabetan pedang hingga usus terburai. Bau anyir bahkan tercium begitu pekat dihidung Sari.

"Dimana ini, apa ini perang? Tapi dimana?"

Sari mencoba melihat dari sisi lain, ia mengitari area pertempuran yang sangat luas. Begitu banyak korban yang mati dibawah sana dan Sari masih belum memahami dimana posisinya.

"Itu bukannya simbol kerajaan ya? Pakaian prajurit itu beneran kaya jaman dulu. Kayak di film kolosal."

"Eh, apa saya ada di dunia film? Nggak mungkin juga kan? Lah terus ini apa ya?!"

Pertanyaan demi pertanyaan terus bergelayut di pikiran Sari. Peperangan itu telah usai, hanya menyisakan tubuh-tubuh tak bernyawa yang tewas dengan berbagai luka. 

Sari memutuskan untuk turun, dan berjalan diantara mayat-mayat itu. Sesekali Sari menutup hidungnya karena bau menyengat dari mayat yang mulai membusuk.

"Ngeri banget, siapa lawan siapa ini?"

 Sari memperhatikan salah satu Panji yang tergeletak di tanah. Ia berjongkok dan membuka bagian yang terlipat.

"Simbol kerajaan yang ini berbeda sama yang ada diujung sana. Aku nggak paham sama simbol begini."

Sari hanya mengamatinya dan kemudian kembali berjalan. Ia dikejutkan dengan gerakan dari mayat yang menumpuk di depannya. Sari mundur dan bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

Tumpukan mayat itu bergerak gerak sendiri. Sari bergidik ngeri membayangkan harus menghadapi mayat hidup. Ia mengaktifkan medan energi miliknya. Sebuah tangan menyembul dari balik tumpukan mayat berusaha menggapai sesuatu, perlahan tangan itu semakin leluasa untuk menjangkau mayat lain dan tiba-tiba keluarlah seorang pria penuh luka dengan mata sayu.

Sari mengatur jaraknya agar tidak terlalu dekat dengan pria itu. Jantung Sari seolah berhenti melihat pria itu semakin mendekatinya dan berjalan tertatih.

"Wow, jangan mendekat! Siapa kamu?!" Sari berseru pada pria penuh luka itu.

Pria itu seolah menatap Sari, matanya menyiratkan kesedihan dan juga amarah. Sari berjalan mundur seiring dengan semakin mendekatnya pria itu. 

Dekat dan semakin dekat membuatnya sedikit gugup. "Haruskah aku kenalan dulu sama pria itu? Nggak mungkin juga kan?!"

Dan ketika jarak mereka hanya menyisakan sejengkal saja, pria itu melewati Sari tanpa mengatakan apa pun. Sari heran, ia memberanikan diri mengikuti si pria dan bertanya.

"Maaf, siapa kamu? Ada dimana ini?"

Pria itu tak bergeming ia terus berjalan, "Mas, pak, om, hallo … apa kamu denger saya?"

Tangan Sari digerakkan di depan wajah pria penuh luka itu, tapi tetap tidak ada respon. Seolah pria itu memang tidak mendengarnya.

Akhirnya Sari berhenti, dan menatap punggung sang pria hingga menghilang, yang terdengar jelas ditelinga Sari hanya Isak tangis dari pria malang itu.

Dia nggak lihat aku ya … terus apa maksudnya ini semua? Its like a puzzle? 

Terpopuler

Comments

Puspa Elok

Puspa Elok

Bagus jg untuk sklian bljr sejarah secara aku zonk blas pljrane hawane ngantukan pas sekolah biyen 😝

2022-10-28

0

Winna

Winna

Yg bangun itu raja hayam wuruk kah?

2022-06-21

1

Andre Oetomo

Andre Oetomo

dari alur ceritanya semakin menarik..bisa ku lanjutkn baca ya thor...semangat

2022-05-03

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 105 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!