Ketiga orang tambahan tim itu masuk dengan penuh percaya diri. Jangankan Sari dan timnya, pak Arya pun merasa kurang senang dengan tambahan anggota tim baru itu. Ketiganya memperkenalkan diri sebagai Atika, Rey, dan Bram.
Sari melihat perbedaan aura mereka bertiga dengan Pak Lingga, tampak jelas kekuatan ketiganya berada dibawah pria berkulit putih itu. Saka mendekati ketiganya dan membisikkan sesuatu. Mereka mengangguk dan mengambil posisi duduk disebelah pak Lingga berhadapan dengan Sari dan timnya.
Feelingku nggak enak, siapa sebenarnya mereka ini?
"Jadi kemana kita rencananya? Apa sudah ada plan dari kalian?" tanya pak Arya.
Doni menoleh ke arah Bagas, ia meminta Bagas untuk bicara. "Rencananya kami mau ke Banyuwangi. Setelah kemarin berada di Jawa Barat, kami mau eksplor daerah timur."
"Dan apa alasan kalian memilih Banyuwangi, banyak kan tempat lain di Jawa timur yang bisa kalian eksplor?" tanya pak Arya.
"Mitos disana banyak menarik minat orang pak, beberapa bahkan sangat terkenal." jawab Bagas singkat.
Pak Arya mengangguk tanda setuju, "Gimana pak Lingga? Setuju?"
"Bagus juga, saya setuju. Kalian eksplor mana yang akan kita angkat. Cari semua bahan yang diperlukan, saya kasih waktu sampai besok sore!" Pak Lingga memberikan ultimatum pada Sari dan timnya.
Sari mengernyit, ia heran mengapa hanya timnya yang bekerja mencari data sementara tiga orang lainnya tidak.
"Maaf boleh saya nanya? Kenapa mereka nggak ikut cari berita juga. Mereka bagian dari tim kan?" tanya Sari pada pak Lingga.
"Mereka ada di tim saya, dan mereka bekerja dengan cara yang berbeda dari kalian para jurnalis."
"Ooh …" Sari tidak ingin menanyakan lebih jauh.
Tatapan yang diberikan ketiganya cukup membuatnya tertekan, ia hanya ingin satu segera keluar dari ruangan meeting.
"Apa sudah selesai, kita mau cari bahan dulu?!"
"Silahkan, saya tunggu kabar baiknya besok." Pak Lingga menyunggingkan senyumnya pada Sari.
"Gila, ini meeting nggak nyaman bener sih?!" bisik Ahmad beberapa langkah setelah keluar dari ruangan.
"Ssst … jangan keras-keras, kita ke lobby yuuk!" ajak Sari segera.
Di lobby, mereka memilih duduk di salah satu sudut kafe. Sari memesan makanan dan minuman untuk rekan satu timnya.
"Sar, feeling gue jelek ni!" Ahmad memulai pembicaraan.
"Jelek gimana?"
"Lo nggak liat tuh mukanya tiga orang itu tadi? Ngeri sumpah!"
"Ngeri gimana cantik ma ganteng gitu kan? Salah liat kali kamu?!" Sari berusaha meredam kekhawatiran Ahmad. Padahal jauh di lubuk hatinya. Apa yang dikatakan Ahmad memang benar.
"Beb, emang kamu nggak terasa ada yang aneh sama mereka?" Bagas ikut bertanya.
Sari meminum kopinya seteguk, lalu ia menatap satu persatu rekannya dari mulai Doni, Ahmad, Rara dan tentu saja Bagas.
"Liputan kali ini memang sedikit berbeda, itu yang aku rasain. Apalagi tujuan kita Banyuwangi, daerah yang … cukup berbahaya buat orang awam kayak kita."
"Duh merinding gue jadinya. Don, gimana menurut Lo? Jangan diem-diem aja nih!" tanya Ahmad pada Doni yang masih asyik memainkan game di ponselnya.
"Noh, suhunya udah jawab kan?! Gue idem ma dia!" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari game.
"Idem, idem aja Lo nti giliran ada yang salah aja Lo ngamuk dah! Lo kan sakti sekarang Don?!"
"Sakti dari Hongkong Mad, gue cuma bisa adu game aja nih. Yaaah …. Kalah dah gue! Lo sih Mad ngajak ngobrol Mulu?!"Doni berteriak kesal sendiri.
"Rasain kalah, lagi ngobrol serius malah Nge-game! Sar … Gas, jadi gimana nih?!" Ahmad tampak bingung dengan keadaan baru.
"Kita jalanin aja, ngapain bingung?! Gue bagi tugas deh, Lo ma Doni cari tempat-tempat yang punya banyak mitos dan yang direkomendasikan sama banyak orang. Sari sama Rara cari seni budaya yang menarik disana. Kita harus angkat seninya juga bukan cuma mistisnya aja."
"Siiiap bos! Gue demen ketua yang model beginian dah, kagak kayak si Lingga itu bikin asem, dilihat juga kagak enak bener!" sahut Ahmad senang.
"Sar, menurut kamu gimana itu tim tambahan dari si Lingga?" tanya Bagas penasaran, karena Sari dan Doni tampak begitu tegang saat di ruangan meeting.
"Aku nggak tahu Gas, baru meraba-raba aja. Tapi … memang ada yang aneh sama mereka. Aura mereka kuat banget, aku rasa ada sesuatu yang mereka sembunyiin."
"Kalo Lo gimana Don?"
Doni berubah menjadi serius, ia meletakkan ponselnya sejurus kemudian ia berkata. "Sari bener tuh, gue juga punya feeling kagak enak ini. Tapi gimana lagi, maunya kantor gitu. Semuanya tolong berhati-hati, gue nggak mau kalo harus nyelamatin Lo pada pas liputan!"
"Eh, jangan nakutin dong Don … kok jadi merinding sih aku?!" Rara yang sedari tadi diam akhirnya ikut membuka suara.
Sari merasakan energi yang menekan dirinya, cukup besar untuk ukuran manusia biasa. Biasanya yang bisa mengeluarkan energi sebesar ini hanya orang-orang dengan kekuatan superior. Sari mengedarkan pandangannya, mencari sumber energi yang sengaja dikeluarkan untuk menggodanya.
Siapa … seseorang sedang mengintai tapi dimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Citraresmi
hemh
2022-07-20
1
maya ummu ihsan
masih belum bisa move on dr balada sang penari
2022-06-11
1
maya ummu ihsan
bari masuk di seri ini thor...
2022-06-11
1