Bab 16

Hari ini Sari bersama tim Journey to the East siap bertolak ke kota Banyuwangi. Mereka akan menempuh perjalanan darat selama kurang lebih sembilan atau sepuluh jam jika lancar.

"Kalian siap berangkat?" Pak Arya memastikan kesiapan  timnya sebelum berangkat di ruangan meeting.

"Insyaallah siap pak!" Bagas menjawab mewakili timnya.

"Pak Lingga, apa sudah siap juga?" tanya pak Arya.

"Kami siap." Saka menjawab.

"Kita berangkat sore ini, silakan kalian bersiap dan kita kumpul jam lima sore. Tidak boleh terlambat sedikitpun, ok?!" Pak Lingga mengingatkan.

Sari dan yang lainnya berjalan keluar ruangan. Bayangan kerumitan liputan kali ini bergelayut di benak Sari.

"Kenapa, kok diem aja?" tanya Bagas menyamakan langkah disebelah Sari.

"Ehm, nggak apa-apa kok? Ibu gimana Gas, udah baikan?" 

"Udah, ni dah pulang kerumah. Semoga lekas membaik jadi acara kita nggak ditunda lagi." jawab Bagas sambil tersenyum.

"Syukurlah kalo gitu. Iya nih, mom juga udah nanyain kapan acaranya."

Doni tiba-tiba saja menyela, "Sar, gue numpang mandi dirumah Lo bentaran yak?!"

"Emang kamu nggak pulang kerumah Don? Ibu kamu nggak nyariin nanti? Kita kan lama lho liputannya?" tanya Sari heran.

"Wah kalo pake pulang, nanti kayak tempo hari Sar, ribet! Pake semua makanan dibawain kan berat tas gue?!" Doni membayangkan persiapan saat liputan mereka ke Cirebon.

"Kan bagus Don, komplit pake segala sambel pecel plus dendeng gepuk dibawain semuanya. Kenyang kita?!" Bagas ikut berkomentar dan terkekeh.

"Iya sih komplit, tapi berasa anak kosan gue Gas! Selain itu, gue nggak mau bikin emak gue pikiran kalo tau gue ke Banyuwangi." Doni menerawang jauh kedepan, sesuatu mengganjal hatinya.

Rara tiba-tiba berjalan mendahului mereka bertiga meninggalkan Ahmad sendiri dibelakang.

"Eh, kenapa tu bocah? Aneh bener?!" ujar Doni keheranan.

Sari menangkap sesuatu yang aneh dari tubuh Rara. Hawa iblis. Ia menoleh kebelakang dan dilihatnya Ahmad memasang wajah masam. "Mad, kenapa muka kamu gitu? Rara kenapa itu kok tau-tau kayak orang kesetanan gitu?" tanya Sari heran.

Ahmad mengedikkan bahunya, "Tau tuh, sensi bener jadi anak?! Padahal gue tadi cuma nanya, dia kemana kemarin eh dianya nyolot. Aneh kan?!" 

"Lo juga sih udah tau Rara dari kemarin aneh pake acara ditanyain segala!" Doni ikut kesal dengan Ahmad.

"Lho apa salahnya nanya coba? Gue peduli sama dia Don! Dan juga tadi di ruangan meeting Rara sikapnya aneh." Ahmad mencoba mengingat sikap Rara.

"Aneh gimana maksud Lo?" Doni menghentikan langkahnya, menanti Ahmad bicara.

"Gue denger dia jelas banget ngeluarin suara kaya mendesis gitu, tadinya gue nggak ngeh kalo itu dia. Pas gue coba lihat ke wajah Rara, gue kaget si Rara kaya menyeringai gitu ke Lo, Sar?!"

"Eh, ke aku? Seriusan kamu Mad?!" Sari terkejut.

Doni dan Bagas pun tak kalah terkejutnya mendengar cerita Ahmad, "Eh onta … jangan ngawur Lo kalo ngomong?! Masa iya si Rara mendesis gitu, kek kerasukan siluman uler aja?!"

"Don, sumpah gue kagak bohong!" Ahmad meyakinkan Doni.

Sari menatap ke arah punggung Rara yang masih terlihat sejauh matanya memandang. Sari bisa melihat jelas debu tipis kehitaman yang menyelimuti Rara.

"Kemarin dia nggak gitu, ada apa sama Rara?" gumamnya.

"Dah positif thinking aja, kita konsentrasi dulu sama kerjaan kita. Lo dah siapin semuanya Don?" tanya Bagas.

Doni mengangguk, Bagas menanyakan hal serupa pada Ahmad. "Lo gimana, dah beres?"

"Siap bos, tinggal angkut aja." 

"Oke, kita ketemu nanti jam lima sore ya!"

Mereka berempat berpisah di lobby. Dari kejauhan seseorang mengawasi gerak gerik mereka. "Bagus, sejauh ini rencanaku berhasil."

"Apa si tua Bangka itu tahu rencanamu?" tanya seseorang lainnya yang datang tiba-tiba.

"Tentu saja tidak, dia hanya memikirkan pusaka itu. Dia bahkan tidak menyadari perbuatan kita pada kedua gadis itu." jawabnya dengan senyuman yang mengerikan.

"Kenapa kita memerlukan yang lain? Bukankah Sari sudah cukup?"

"Sari adalah kuncinya sementara gadis itu bisa menjadi umpan bagi yang lain. Jika sudah tidak kita perlukan, bunuh dia!"

"Dengan senang hati?! Lalu bagaimana dengan Sari?"

"Gadis itu … terlalu berharga, aku akan menjadikannya sekutuku tapi, jika dia menolak jadikan dia bernasib sama dengan yang abadi."

Mereka yang bersembunyi dalam bayangan menghilang secara perlahan. Musuh Sari kali ini tidak bisa dianggap enteng. 

****

Di lain dimensi, Bayu masih setia mengawasi Sari. Para penjaga Sari juga berada bersama Bayu, mereka berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Seseorang dari masa lampau telah kembali muncul." Bayu membuka matanya setelah beberapa saat menerawang.

"Dendam masa lalu?" tanya Abiyaksa.

Bayu terdiam, dan menatap jauh ke depan lalu menjawab, "Dendam yang membawa Angkara dan kutukan keabadian yang mengikuti kesalahan para pendahulu kita."

"Apa kita perlu membantunya?" tanya sang Patih.

"Pada saatnya nanti, kita harus bertarung dengan mereka melindungi Sari sampai titik penghabisan."

"Sari sudah masuk dalam perangkap." Sang Patih berujar sambil memejamkan matanya.

"Kita hanya bisa mengawasi dan melihat saja, jalan takdir ada ditangan Sari sendiri." Bayu menutup pembicaraan dan kembali bersemedi.

Terpopuler

Comments

Nur Aliya Hikmah

Nur Aliya Hikmah

mudahan gak terlalu berat ya ini konflik nya...

2022-05-30

1

Ririn Rahayu Ekawati

Ririn Rahayu Ekawati

serasaaa nnton vkm vmpir.

2022-05-21

1

winda hikari

winda hikari

agak takut baca tp kog pnasaran,☹️☹️☹️

2022-04-07

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 105 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!