Bab 13

Hari ini meeting penentuan lokasi liputan dijadwalkan pada pukul sepuluh pagi. Sari dan timnya masih berada dirumah, menikmati sarapan bubur ayam yang disediakan mbak Pur. 

"Mbak Sari mau nambah teh manisnya nggak?" Tanya mbak Pur sambil membawa teko kaca berisi teh manis yang masih mengepul asapnya.

"Boleh mbak, isi aja di gelas. Mbak Pur dah makan belum?"

"Udah mbak, tadi sebelum kesini udah makan dirumah." jawab mbak Pur sambil menuangkan teh hangat ke gelas Sari.

"Mas Bagas sama mas Doni mau tambah juga?" 

"Saya kopi item aja deh mbak, sepet bener ni mata masih pagi juga." pinta Doni.

"Siap mas Doni, mas Bagas pie? Kopi juga?" 

"Nggak mbak, teh anget aja." sahut Bagas tanpa melihat mbak Pur, ia asyik mengecek beberapa email masuk di notebook kesayangannya.

"Mbak, pilih kasih ni saya kenapa nggak ditawarin?" protes Ahmad dengan mulut yang penuh makanan.

"Iiish, mas Ahmad kalo mau ngomong ditelan dulu itu mbok keselak mas?!" Mbak pur mengingatkan Ahmad.

"Saya request kopi susu ya mbak, kalo nggak ada capucino aja!" 

"Siap mas Ahmad, le request kok koyok di warkop to mas?" Mbak Pur menggerutu.

"Mbak Rara nggak sekalian request susu coklat? Biasanya kalo nginep sini minta itu?!" tanya mbak pur pada Rara yang cengengesan sendiri.

Mbak Pur memperhatikan Rara, dan menggelengkan kepalanya. "Hmm, gek nonton drakor to pantesan ditakoni malah ngguya ngguyu dewe ik tak kiro kumat jebule gek kebucinan oppa Korea!"

Sari tertawa mendengar gerutuan mbak Pur, "Udah jangan diganggu, nti dia juga ambil sendiri di dapur mbak."

"Iya mbak Sari, Nek wis ndelok oppa Korea wes jan setan lewat wae rak wedi dekne!" Mbak Pur berlalu meninggalkan mereka berlima.

"Sar, jadi pilihan kamu kita kemana nih?" tanya Bagas menutup notebook nya.

"Kamu kan ketua tim kita Gas biarpun not officially, ya terserah kamu aja deh."

"Options terbaik kamu dimana?" tanya Bagas lagi.

"Desa Blambangan mungkin?"

"Kenapa mau kesana, di proposal kita itu bukan option utama lho?!" Bagas heran, ia.merasa Sari mengetahui sesuatu.

"Ehm, entah … feeling?!"

"Gas, kalo si Lingga nolak gimana? Kita kan ngajuin beberapa nih selain tariannya juga?" tanya Ahmad dengan nada khawatir.

"Makanya aku tanya Sari apa option terbaiknya, nanti tinggal kita giring mereka ke pilihan Sari." jawab Bagas.

"Ramenya disana itu cerita desa penari kan? Terus alas Purwo segala, selain itu kayaknya kurang." Ahmad berkata lagi.

"Alas Gumitir juga bagus kok, katanya disana ada patung yang bisa gerakan tangan sendiri. Hiii … ngeri aku bayanginnya!" Rara menimpali perkataan Ahmad.

Sari hanya terdiam, dalam benaknya alas Purwo bukan tempat yang baik untuk ketiga rekannya. Terlalu beresiko bagi orang awam seperti mereka. Ini akan merepotkan Sari, jadi ia memilih tempat lain yang lebih 'ramah'.

"Dah kita lihat nanti aja mau kemana liputannya. Apa kata yang jadi sponsor aja deh." Bagas akhirnya tidak mau ambil pusing kemana tujuan mereka kali ini. 

...----------------...

Tepat pukul sepuluh pagi, kubu Bagas dan tim sudah siap dengan proposal mereka. Sementara kubu pak Lingga masih belum terlihat satu pun. Pak Arya terburu-buru masuk ke dalam ruangan meeting, ia kecewa karena ternyata pak Lingga dan timnya belum datang.

"Lho, mereka belum datang?" Pak Arya bertanya sambil merapikan dasinya yang belum terpasang sempurna.

"Belum pak, dari tadi kita masih nungguin juga." jawab Sari.

"Cckk … saya paling nggak suka begini ini, ngaret!" gerutunya.

"Apa kita mulai saja dulu pak?" Sari menawarkan solusi.

"Lebih baik gitu, kita juga kejar waktu tayang kan semakin cepat kalian berangkat semakin baik." Pak Arya menerima tawaran Sari.

"Siap pak, Don … tolong proposalnya." Sari meminta Doni untuk memberikan proposal pada pak Arya.

Pak Arya menerima proposal dan mulai membacanya. Ia mengerutkan keningnya, lalu menatap Sari.

"Sar, kenapa kamu nggak ulas desa penari? Kan viral itu?!"

"Viral? Yes, memang desa penari viral tapi berapa banyak stasiun televisi yang sudah mengulas tentang itu, atau bahkan program televisi yang secara maraton bahkan bikin seriesnya? Ratusan."

Pak Arya masih menatap Sari, "Apa program acara kita mau mengikuti kelatahan mereka? Jawabnya no! Kita bikin sesuatu yang berbeda pak, sesuatu yang anti mainstream. Sekarang dari A to Z semua bercerita tentang desa penari trus apa yang mau kita ulas?" 

Sari kembali menerangkan alasannya memilih kota Banyuwangi dan membeberkan seni budaya yang bisa diliput disana. Beberapa tempat dijadikan pilihan liputan. 

"Ehm, banyak juga ya tempat yang menarik disana. Sayang mistis, saya agak ngeri juga, kalo nggak saya mau ikut kesana." Pak Arya mengatakan keinginannya melihat banyaknya daftar tempat dan seni kebudayaan yang diajukan Sari.

"Pak Arya bisa ikutan kok, tenang aja ada kita yang jagain bapak." sahut Ahmad.

"Ehm, nggak deh makasih. Saya cukup memantau kalian dari sini aja." 

"Jadi gimana pak, mana yang bapak setujui?" Sari bertanya dengan harap-harap cemas.

"Saya setuju semuanya sih, ini bisa untuk stock liputan kalian juga. Kalian mau mulai dari mana?"

"Dari …"

"Desa Blambangan dulu." Seseorang memotong perkataan Sari, mereka yang berada di ruang meeting sontak menoleh ke arah pintu meeting yang terbuka.

"Pak Lingga." gumam Sari.

"Kita akan mulai dari sana Sar!" kata Pak Lingga pada Sari.

Sari memiringkan kepalanya, "Darimana bapak tahu kalo salah satu tujuan kita desa Blambangan? Bapak kan belum baca proposalnya?!" 

"Saya? Denger tadi dari luar?"

"Ohya, daritadi bapak diluar kenapa nggak masuk? Kita nungguin tim bapak daritadi lho?" Sari tampak kesal dengan sikap Pak Lingga.

"Maaf saya terlambat, ada perlu sedikit tadi." Pak Lingga menyatakan permohonan maafnya.

"Kita satu tim pak, kalo memang anda terlambat harusnya kami juga diberitahu! Jangan seenaknya sendiri! Keberhasilan liputan juga berasal dari tim yang solid bukan tercerai-berai!" 

"Sekali lagi saya minta maaf."pak Lingga menatap tajam Sari.

"Saya tekankan sekali lagi pak, kerjasama tim sangat dibutuhkan di lapangan. Kalo pak Lingga mau masuk dan terlibat dalam tim liputan berbaur dan menyatu dengan kami. Tidak ada yang namanya tim saya atau tim anda tapi yang ada tim kita!"

Sari merasa perlu menjelaskan posisi pak Lingga dan timnya. Profesional kerja diutamakan bukan kepentingan pribadi.

Mereka berdua masih terus bertatapan seolah enggan mengalah. Suasana sedikit menegangkan ditambah dengan ketiga anggota tim tambahan yang terkesan tidak ramah.

"Don, kok suasananya jadi nggak enak gini?" bisik Bagas.

"Calon makmum Lo tuh yang bikin panas!"

"Tapi kan Sari bener Don, dilapangan kita butuh kekompakan." Bagas mendukung sikap Sari.

"Iya sih, lagian mereka juga udah dateng telat malah nantangin. Liat aja tuh si muka pucet udah kek serigala mo nerkam ayam." 

Doni bersiap memberikan dukungan pada Sari. Ia melihat perubahan medan energi yang diciptakan Pak Lingga. Ketiga orang tambahannya pun juga dalam posisi siaga.

Ini ruang meeting kali bukan tempat adu kekuatan tenaga dalam begini! 

Gondes tenan ki wong!

 

Terpopuler

Comments

maya ummu ihsan

maya ummu ihsan

gondes bukane kelapa digoreng campur tepung?

2022-06-13

1

winda hikari

winda hikari

lnjut disini.....yeayyy👏👏👏👏👏

2022-04-05

2

winda hikari

winda hikari

gondes kii artine opo jall kak lia🤔🤔🤔

2022-04-05

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 105 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!