Bab 10

Malam ini kota Semarang diguyur hujan gerimis merata hampir di seluruh kota. Membuat temperatur kota Semarang sedikit turun dan dingin. Mereka tiba di rumah Sari. Mbak Pur yang sedari tadi menunggu kedatangan Sari, mengembangkan senyumnya saat melihat mobil Bagas memasuki pelataran rumah.

"Saya kira mbak Sari lembur?" sambut mbak Pur saat Sari turun dari mobil.

"Nggak mbak, cuma kemaleman dikit. Oya mbak bisa minta tolong buatin minum buat mereka?"

"Siap mbak Sari." Mbak Pur bergegas ke dapur menyiapkan makanan dan minuman untuk teman-teman Sari.

Mbak Pur sudah hafal dengan kebiasaan mereka, juga makanan dan minuman kesukaan masing-masing. 

Malam memang belum terlalu larut, jadi Bagas dan yang lainnya masih leluasa mengobrol. "Gas, menurut lo mana yang bakalan disetujuin sama si Lingga?" Ahmad bertanya sambil memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.

"Gue juga nggak tahu nih, semuanya bisa jadi pilihan. Cuma gue kok ngerasa aneh aja ya ma tu orang?!" 

"Aneh gimana Gas?" tanya Ahmad lagi.

"Bukan gue cemburu nih Mad, cuma si Lingga kok atensinya gede banget ke Sari ya? Beberapa kali gue lihat dia merhatiin Sari dari jauh."

"Aah, perasaan Lo aja kali Gas! Itu mah cemburu namanya kali, beda tipis sama curiga!" sahut Ahmad.

"Mad, kalo orang ngeliatin pacar Lo trus ada rasa kan keliatan dari mukanya tu?! Ini lain Mad, tiap gue nge-gap si Lingga itu yang gue lihat mukanya nahan marah iya tegang juga iya, sedih juga iya."

"Nah lho kenapa mukanya bisa rubah-rubah gitu? Kek bunglon aja tu orang." Ahmad tidak terlalu menanggapi perkataan Bagas.

"Cckk, Lo diajakin ngomong malah becanda mulu sih?!"

"Lagian Lo juga lucu Gas, orang mukanya bisa berubah-ubah kek apa aja. Buruan gih nikahnya ma Sari biar nggak digaet orang."

"Gue juga maunya cepet, tapi … tau ndiri kan ibu lagi sakit, kayaknya bakalan diundur acaranya Mad." ekspresi Bagas berubah suram.

"Sori Gas, bukan maksud gue tapi semakin lama ditunda biasanya ujian semakin banyak. Makanya Lo mikir macem-macem ke Sari." Ahmad sedikit menyesal dengan perkataannya.

"Iya juga sih, tapi tetep aja gue curiga sama pak Lingga and team. Ada yang aneh dari mereka."

"Gue setuju kalo ini Gas, dari awal meeting gue juga dah bilang kan ke Sari. Serem bener mereka. Lo liat aja wajah pucatnya udah kek dracula modern yang di film-film itu, apa sih namanya ehm … Twilight!"

"Naaah, itu die Mad!" Bagas berteriak sambil menepuk keras punggung Ahmad membuatnya menyemburkan kopi yang hampir saja ditelannya.

"Sialan Lo Gas, bikin kaget aja! Biasa aja kali sampe ngagetin segala?!"

"Sori Mad, gue juga baru keingetan itu pas Lo bilang film Twilight. Bener mereka mirip bener sama yang di film, pucat, dingin, hiii … kok gue jadi merinding Mad." Bagas merasakan perubahan suhu disekitarnya.

Ahmad yang memang penakut terpengaruh dengan perkataan Bagas, ia perlahan merapatkan tubuhnya ke Bagas.

"Diih Gaaaas, Lo bikin gue gimana gimana ini! Merinding gue bayanginnya. Tapi … iya juga sih, jangan-jangan?!"

Bagas dan Ahmad saling berpandangan mereka ngeri membayangkan jika seandainya dugaan mereka benar tentang Pak Lingga dan timnya. Bayangan wajah mereka yang pucat dihiasi taring yang mencuat cukup menciutkan nyali mereka.

"Woi … " Rara datang mengagetkan keduanya.

"Astaghfirullah … Rara!" teriak mereka berbarengan.

"Sialan Lo! Gue masih pengen hidup kali Ra! Jantungan ini gue!" sungut Ahmad.

"Sori, habisnya kalian serius amat sih? Lagi cerita apaan, ikut dong?!" 

"Diiih, males … yang ada Lo nangis ketakutan!" sahut Ahmad lagi

Mereka bertiga kembali melanjutkan obrolan ringan yang mengalir dengan akrab. Sementara itu di ruangan lain Sari dan Doni berdiskusi tentang sesuatu.

"Sar, sekarang Lo cerita ke gue ada apa?!"

Sari menatap Doni lalu menghela nafas panjang. Ia kemudian menyibakkan rambutnya yang menutupi leher putihnya.

"Lihat ini Don!"

Doni ikut menyibakkan rambut Sari, masih terlihat jelas luka bekas gigitan yang tampak meninggalkan dua buah lubang yang hampir menutup sempurna. Kulit disekitar luka itu meninggalkan jejak pembuluh darah halus yang berwarna merah kebiruan. Doni langsung terasa ngilu melihatnya.

"Ini … "

Sari melihat situasi berharap tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka. "Pak Lingga."

Doni memiringkan kepalanya, " … "

Sari kembali menghela nafas panjang, "Pak Lingga masuk ke mimpi aku Don, dia … nyerang aku."

"Yakin kalo dia si Lingga?"

"Awalnya itu wajah dia, tapi terus berubah mengerikan. Dan seperti yang kamu lihat, dia ninggalin luka ini."

"Iblis kan gitu Sar, berubah wujud dengan mudahnya. Jadi maksud lo si Lingga itu … bukan manusia?!"

"Mungkin aja, meskipun sosok dia yang masuk dalam mimpiku tapi seperti yang kamu bilang bisa jadi itu bukan dia. Hanya menyerupai dirinya." 

"Parah … parah banget, belum juga kita berangkat dah macem-macem gini! Apalagi besok, kita satu tim dan ada ditempat yang sama juga!" Doni mulai cemas.

"Itu yang aku takutin Don, apa motif dibalik dia nyerang aku gini. Aku juga khawatir sama keselamatan tim kita. Dari lima orang cuma kita berdua yang ngerti beginian. Aku takut Don, sesuatu atau seseorang sedang mengintai salah satu dari kita." Sari mencoba berargumen.

Doni terdiam dan memutar otaknya, ia juga merasakan hal yang sama dengan Sari. "Apa penjaga kamu kasih petunjuk?"

"Hati hati dengan mereka yang berjalan dalam kegelapan, bersembunyi dibalik bayangan dan hidup dalam kesengsaraan."

Doni mengerutkan keningnya, menatap Sari dengan penuh tanya, "Vampir?"

" … "

Terpopuler

Comments

Sri Bayoe

Sri Bayoe

lanjutt

2023-02-12

0

uutarum

uutarum

iki lokasi nengdie, aku yo wong semarang loh

2022-04-22

1

winda hikari

winda hikari

next...silver fans yuk...😁😁😁

2022-03-24

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 105 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!