Bab 3 Papah dimana? pulang Pah pulang...

Bau busuk itu sangat menyengat, aku yang terpaku tidak bisa berkata-kata, hanya bisa menyaksikan semua kejadian aneh itu, tapi hanya suara dan bau tidak ada wujudnya, perlahan bau busuk menyengat itu menghilang.

Papah mengendong ku ke ruang keluarga, semua mengikuti Papah dengan masih melantunkan ayat ayat suci Al-Quran, Papah mendudukan aku di sopa sambil berkata.

"Kalian jagain Liya, Papah mu ngambil dulu air minum".

Papah kembali cepat dengan segelas air, Papah duduk, dan membacakan ayat suci Al-Quran ke dalam gelas, lalu menyuruh ku untuk meminum nya.

"Minum nak ".

Katanya sambil mengelus rambut ku, malam itu kami tidur bersama di ruang keluarga, sampai subuh kami terbangun, dan lalu pergi wudhu untuk solat subuh berjamaah, dan pagi itu seperti biasanya kami mengerjakan rutinitas seperti biasa.

Aneh kan selalu begitu seolah tak pernah terjadi apa apa, seingat ku sampai sekarang belasan tahun kami tinggal di rumah itu, hampir Dua belas thn sampe umur ku menginjak Tujuh belas - Delapan belas thn kami tinggal di rumah itu.

Tak pernah sekali pun kami mengadakan acara pengajian atau pun tawasulan, untuk mengusir makhluk halus yang menempati rumah itu, padahal teror teror yang kami alami begitu nyata.

jangan kan untuk mengadakan pengajian, Mamah ingin bercerita kepada Kakek ku saja selalu lupa, tapi kalo kami di luar rumah itu, smuanya teringat kembali tapi klo kami di rumah, seperti tidak pernah terjadi apa apa, dan teror horor pun datang lagi, dan lagi mengganggu kami.

Sampai pada suatu hari Adik ku menangis tidak berhenti, tapi tidak mengeluarkan air mata, sampe berjam jam dia menangis, setelah itu dia tertidur.

Tapi tidur nya dari jam Sebelas siang sampe jam Empat dia belum bangun juga, biasa nya dia cuman tidur selama Dua jam.

Mamah berpikir mungkin Adik ku kecapean karena menangis dari pagi sampai siang tidak berhenti, tapi ketika Mamah mencoba membangun kan nya karena khawatir, dari berhenti menangis sampe tertidur Adik ku belum makan apa apa.

Mamah membangun kan Adik ku, tapi Adik ku tidak bergeming, ketika Mamah membangun kan Adik ku menggoyang kan tubuh nya, seluruh tubuh nya bergerak, dan mukanya tidak ada expresi gerakan sedikit pun seperti meninggal.

Mamah terus menggoyang goyangkan tubuh Adik ku dengan segala cara, berusaha membangun kan Adik ku, tapi tidak bangun juga, Mamah panik lalu beranjak pergi menelpon Papah yang masih di kantor, biasanya Papah pulang jam 5 sore.

" Pah Julian Pah.. Julian gak bangun bangun Pah, dari tadi dia tidur dari jam sebelas siang sampe sekarang belum bangun Pah...Mamah udah coba bangunin tapi gak bangun bangun, mana dia belum makan dari pagi menangis Pah, Papah pulang Pah...Mamah khawatir juliaan seperti.... ".

Mamah berhenti berkata, yang ada air matanya keluar menangis sesegrukan.

" Sabar Mah tenang Mah... Kita harus usir makhluk halus itu dari rumah kita, Papah akan membawa Pa Ustad dari Subang ke rumah, Mamah tunggu yah tenang..paling dua jam lagi Papah sampe rumah, bawa Pa Ustad dan murid murid nya untuk mengusir mahluk itu".

Kata Papah di sebrang telepon lalu menutup teleponnya, lalu Mamah kembali ke kamar menghampiri Adik ku, aku, dan Kakak-kakak ku hanya bisa menangis karena kami takut Adik ku tidak bangun lagi Mamah menenangkan kami.

"Sudah kalian jangan menangis, kalian bantu dengan mengaji berdo'a minta pertolongan sama Allah yaa".

Sudah dua jam berlalu tapi Papah belum pulang juga.. Tiga jam berlalu aku sudah tidak sabar menunggu Papah, aku keluar sambil menangis aku mau nunggu Papah di luar pikir ku.

Aku keluar rumah sambil sesegukan menahan tangis, aku memperhatikan ke jalan setiap mobil yang melintas aku berharap itu Papah, sampai melintas lah sebuah delman.

Di Lembang Bandung banyak delman atau andong atau kereta kusir sampe sekarang masih ada, kusir delman waktu itu seorang Kakek- kakek, dia melihat ku menangis di pinggir jalan, dia memberhentikan delman nya dan turun menghampiri ku.

" Kunaoan neng?".

Dia bertanya pada ku dengan bahasa Sunda (kenapa neng), aku bukan nya menjawab malah menangis makin menjadi.

" Kunaon nangis tos wengi, kunaon di jalan?bumi na dimana?".

(Kenapa menangis? udah malam rumah nya dimana?).

Kata kakek itu khawatir,aku menunjukkan rumah ku yang tidak jauh dari jalan, hanya Lima ratus meteran dari jalan karena rumah ku memang deket jalan depan jalan raya.

"Eta bumi na? Sok atuh lebet ka bumi tong di jalan kunaon nangis?".

( Itu rumahnya nya sok masuk ke rumah jangan di jalan kenapa menangis) kata Kakek itu menyuruh ku masuk ke rumah.

"Tolong Kek Adik ku gak bangun bangun kata ku".

Untung nya Kakek itu mengerti yang aku ucapkan.

"Orang tuanya ada di rumah?".

Kata Kakek itu bertanya.

"Ada Mamah".

Kata ku sambil masih menangis.

"Ya udah ayo kita masuk".

Kata kakek itu sambil menungtun ku masuk ke rumah.

"Asalamu alaikum...".

Kakek itu memberi salam ketika masuk, Kakak-kakak ku keluar dari kamar melihat siapa yang datang, lalu terdengar suara Mamah dari kamar.

"Siapa Teh?".

Kata Mamah masih dari dalam kamar, lalu Kakak ku menghampiri Mamah ke kamar, dan memberitahu Mamah.

"Gak tau mah, itu liya bawa Kakek-kakek".

Kata Kakak ku, lalu Mamah keluar sambil menggedong Adik ku yang masih tidur.

"Ini Bu anak nya menagis tadi di luar, saya khawatir ada apa mungkin saya bisa bantu?".

Kata Kakek itu langsung menjelaskan, Mamah tidak bisa menahan air matanya, lalu menjelaskan yang terjadi, lalu Kakek itu meminta ijin untuk mengobati Adik ku.

"Coba saya lihat, boleh saya pangku anak nya yah Bu?".

Kata Kakek itu, lalu Mamah membuka gendongan nya dan, menyerah kan Adik ku kepada Kakek- kakek itu, lalu Kakek itu menyerah kan lagi Adik ku ke Mamah.

" Sebentar Bu saya mau wudhu dulu dimana yah kamar mandi nya?".

Kata nya lagi, Kakek itu menanyakan kamar mandi untuk berwudhu, lalu Kakak ku mengantarkan Kakek itu ke kamar mandi.

"Ayo Kek aku antar ".

Kata Kakak ku sambil mengantarkan Kakek itu ke kamar mandi, setelah berwudhu lalu Kakek itu solat dua rokaat di ruang tamu, lalu dia meminta segelas air.

Lama sekali dia berdoa di depan segelas air itu, lalu Kakek mengambil sebuah sendok meminum kan air ke Adik ku memakai sendok, menumpahkan air ke telapak tangan nya dan mengusapkan nya ke wajah Adik ku lalu dia berkata,.

" Aku tidak akan pulang sebelum anak ini kembali".

Entah Kakek itu berbicara dengan siapa, setelah itu selang setengah jam kami tidak tau apa yg dilakukan Kakek itu kepada Adik ku, akhirnya Adik ku terbangun.

" Bu ini anak nya bangun kasih susu atau makanan dia pasti lapar".

Kata Kakek itu.

" Alhamdulillah Terima kasih Pak...".

Sambil menangis Mamah memeluk Adik ku, Kakak ku langsung membuat kan segelas susu untuk Adik ku.

"Jangan berterima kasih sama saya Bu, saya hanya pelantara semua pertolongan dari Allah , saya pulang yah Bu, hati hati yah Bu".

Kata Kakek itu berpamitan.

"Pa tunggu ini ada sekedar nya untuk beli kopi".

Kata Mamah menawarkan beberapa uang kepada Kakek itu.

" Gak usah Bu, kalian lebih membutuhkan nya saya ikhlas ko, klo saya di bayar saya gak dapet pahala nya dong Bu".

Kata Kakek itu sambil tersenyum lalu berpamitan pulang, sampe ke esokan harinya Papah belum juga pulang... Kemana Papah....

Udah dua hari Papah gak pulang... bilang nya tunggu dua jam lagi Papah nyampe rumah bawa Ustad, tapi udah dua hari Papah belum pulang juga

"Gak usah bawa Ustad Pah.., Adik udah sembuh pulang Pah... Aku kangeun Papah.. Aku butuh Papah.. gak ada yang imamin kita solat Pah.. gak ada yang ngajarin kita ngaji".

Batin ku kala itu.., setiap hari aku diam mematung di jendela, menunggu Papah pulang.

Mamah mau lapor Polisi tapi, Mamah gak bisa ninggalin rumah ninggalin kami, masa harus di bawa ke kantor polisi, waktu itu kami tinggal di Lembang Bandung tidak punya sanak keluarga, tetangga pun tak ada.

Yang aku ingat, yang aku lihat ada Empat rumah besar dekat rumah kami, rumah yang pertama mungkin dekat nya sekitar Lima ratus meteran, tapi rumah itu besar, di benteng, gerbang nya besar, berpagar teraris seperti memberi jarak kepada kami agar tidak mendekat.

Kami tidak bertetangga, kami hidup masing masing, tidak pernah tahu dan tidak ingin tau kehidupan tetangga kami, beberapa hari kemudian, Mamah menelpon Kakek ku yang di Bogor, menceritakan bahwa Papah ku tidak pulang sudah berhari hari.

Kakek menyuruh Paman ku Adik nya Mamah untuk mengunjungi kami, dan membantu membereskan masalah kami.

Pergilah Paman ku dari bogor mengendarai motor ke rumah kami di Bandung, singkat cerita sampai lah Paman ku di Bandung, sesampainya di rumah, Paman turun dari motor membuka pagar memasukan motor ke halaman rumah.

Rumah terlihat begitu sepi, tak ada suara anak-anak padahal kan Mamah Kakaknya punya anak empat, bahkan masih punya balita Adik ku, seharusnya ramai setidak nya ada suara anak-anak, tpi rumah saat itu katanya sepi sekali.

Paman mengucapkan salam berkali kali, menekan bel pintu mengetuk pintu, mengetuk pintu garasi, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah, Paman kemudian mengintip lah dari jendela ruang tamu, ingin melihat kedalam memastikan apa benar tidak ada siapa pun.

Di dalam jendela memang ada tirai nya, tapi kalo kita melihat dari luar dengan mendekat ke jendela, menempelkan wajah ke jendela bisa terlihat keadaan di dalam rumah.

Ketika Paman mulai menyelidik dengan mendekatkan wajah nya ke jendela, tiba tiba Paman melihat ada badan besar sekali, dia melihat nya dari perut ke atas sampai ke kepala, paman melihat mata makhluk itu merah menyorot menantap tajam kepada nya.

Paman ku badan nya tinggi besar dia pemain voli, tpi dia melihat makhluk itu sampai menengadahkan kepala, kata Paman makhluk itu tinggi melebihi pintu dan besar sekali, hitam legam ada tanduk di kepala nya, matanya merah.

Seketika Paman terpaku terkejut shock, dan ketika sadar yang ada dalam pikiran nya lari secepat nya meninggal kan rumah, untung dia masih ingat motor nya, dia masih berpikir dengan motor lari nya akan lebih cepat.

Tanpa sadar dia udah sampai di padalarang dengan sepedah motor nya, lalu Paman berhenti dulu di warung nasi pinggir jalan.

Paman baru sadar kalo dia udah nyampe di padalarang, dia memesan air putih lalu meminum nya, dan menerus kan perjalanan pulang ke Bogor ke rumah Kakek ku.

Sesampainya di rumah Kakek, Paman menyampaikan kejadian yang dia alami, lalu Kakek mengajak nya untuk kembali ke Bandung ke rumah Mamah ku bersama Kakek, tapi Paman tidak mau, karena masih shock dan dia bilang.

"Aku gak akan pernah mau pergi lagi ke rumah itu walaupun Bapa memaksa".

Katanya kepada Kakek ku, pergilah Kakek bersama Adik Mamah ku yang perempuan, waktu itu Tante ku belum menikah, Kakek naik bus dari Bogor ke Bandung di temani Tante ku.

Singkat cerita sampai lah Kakek dan Tante ku di rumah Mamah, Kakek memasuki gerbang, masuk ke halaman dengan berdoa, lalu mengucapkan salam.

Menekan bel pintu aku yang ada di dalam rumah waktu itu sedang bermain bersama Adik ku di ruang keluarga,aku senang berharap itu Papah, aku memanggil Kakak ku memberitahu Papah pulang.

"Teh bukain pintu itu Papah pulang".

Kata ku kepada Kakak ku, Kakak ku tidak berkata apapun dia langsung menuju pintu ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.

Mamah keluar dari kamar nya menyusul Kakak ku ke ruang tamu, ketika pintu di buka Kakek dan Tanteku, Mamah langung mencium tangan Kakek ku, dan memeluk Tante ku sambil menangis.

Mereka masuk ke dalam rumah, Kakek tidak menceritakan apa pun soal kejadian Paman ku, Kakek berencana melaporkan orang hilang ke kantor Polisi dengan harapan Papah di ketemukan keberadaan nya, dan menyarankan kan agar kami pindah dulu ke Bogor sebelum Papah di temukan.

"Sekarang sudah malam besok pagi kita ke kantor Polisi melaporkan orang hilang semoga suami mu di ketemukan secepatnya, sudah berapa hari suami mu tidak pulang?".

Kata Kakek.

"Sudah Lima hari Pak".

Kata Mamah.

"Terakhir dia pergi berangkat ke kantor kan? Kita tidak bisa menceritakan hal hal yang di luar nalar kepada Polisi, mereka hanya akan menanyakan kapan suami mu terkhir kali terlihat dan mau kemana".

Kata Kakek ku menjelaskan.

"Tapi Pak suami ku bilang katanya dia mau ke Subang dulu untuk menemui Ustad, itu harus kita cerita kan".

Kata Mamah ku.

"Ya tentu kita bisa cerita kan itu pada Polisi, jadi Polisi bisa menyelidiki ke tempat Ustad itu, kamu tau alamat ustad itu di Subang tepat nya tempat nya dimana?".

Kata Kakek bertanya.

"Tau pak".

Kata Mamah.

"Untuk sementara ini sebaiknya kamu dan anak-anak ke Bogor dulu sebelum suami kamu di ketemukan".

Kata Kakek sambil melirik ke setiap ruangan rumah.

"Gak bisa Pak, saya dan anak- anak akan tetap di sini menunggu Papah nya anak anak pulang, saya yakin Papah nya anak anak akan cepat pulang, bagaimana kalo dia pulang di rumah gak ada siapa siapa? dan juga Eli ma Kakaknya Herti sekolahnya gimana?".

Dengan alasan itu Kakek terpaksa menyetujui.

"Kamu punya tabungan kan untuk biaya hidup kalian?".

Kata Kakek Mamah tersenyum dan berkata.

"Ada ko Pak gak usah khawatir".

Itulah Mamah, tak pernah bercerita soal masalah ekonomi kepada keluarga nya.

Malam itu Mamah memasak untuk makan malam di bantu Tante ku, sambil bercerita- cerita, tanpa sengaja tante menceritakan smua yang terjadi kepada Paman ku ke Mamah, Mamah kaget mengetahui bahwa Paman ku pernah datang ke rumah.

"Yang bener Ana? Dani ke sini kemarin? Gak ada kok dia gak pernah sampai ke sini".

Kata Mamah ku meyakin kan.

"Tapi Ka, Dani gak mungkin bohong Ka".

Kata Tante ku lagi tak kalah meyakinkan, Mamah tertegun tapi Mamah sudah tau apa yang terjadi ini semua pasti ulah makhluk itu.

Mamah terdiam lalu melanjutkan memasak, setelah makan malam kami ke ruang keluarga menonton tivi, Kakek pergi ke kamar ku untuk beristirahat, Kakek selalu tidur di kamar ku kalo datang ke rumah.

Ketika kami sedang menonton tivi sambit bercerita kenangan bersama Papah, Tante ku yang duduk di sopa memangku Adik ku merasa pusing kepala nya.

" Ka ini tolong Julian nya, kepala ku pusing".

Kata Tante ku, Mamah langsung mengambil Adik ku dari pangkuan Tante ku.

"Kenapa kamu Ana? Minum obat ya, bentar aku ambil kan obat sakit kepala".

Kata Mamah ku sambil beranjak mau pergi mengambil obat.

"Ka gelap ka... Aahhhkkk kaa tolongggg".

Kata Tante ku histeris dan tak sadarkan diri, Mamah terkejut melihat keadaan Tante ku, dan langsung memberi kan Adik ku kepada Teh Eli Kakak ku, sambil berusaha membangun kan Tante ku.

"Ana kenapa Ana,? bangun istighfar Ana".

Kata Mamah ku sembil menggoyang goyang kan tubuh Tante ku, aku waktu itu langsung langsung berlari ke kamar ku membangunkan Kakek yang sedang tidur di kamar ku.

Aku mendengar Tante ku sedang menangis seperti nya sudah bangun, tapi sekarang sedang menangis dan, suara nya seperti bukan suara Tante ku..

" Kek Kakek bangun Kek... ".

Aku berusaha membangun kan Kakek ku, dan Kakek ku terbangun dengan terkejut.

"Ada apa Liya kenapa?".

Kata Kakek ku dengan khawatir.

"Itu kek Tante Ana..... ".

Aku tidak melanjutkan perkataan ku, Kakek ku langsung beranjak dan berlari ke ruang keluarga menghampiri Tante ku, dan semuanya yang ada di sana.

Mamah ku dan, Kakak-kakak ku sedang dalam keadaan kebingungan melihat tingkah tante Ana yang kadang menangis lalu tertawa cekikan menangis lagi....

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Indri Wulandari

Indri Wulandari

dah tau ada penunggunya bkn pindh dlu mlh g mau jd aja tantenya kesurupan dech ngeyel di kasih tau nya

2023-07-12

1

Author yang kece dong

Author yang kece dong

Lanjut kakak

2022-06-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 pindahan rumah
2 Bab 2 TEROR MAHLUK GHAIB
3 Bab 3 Papah dimana? pulang Pah pulang...
4 bab 4 makan dengan minyak jelantah
5 bab 5 kesetiaan
6 bab 7 TV baru
7 bab 8 mas ami
8 bab 9 bangun andri...
9 bab 10 julian kangen andri
10 bab 6 kesetiaan
11 bab 11 tersesat
12 bab 12 pertemuan terakhir
13 bab 13 jin khorin abah
14 bab 14 pekerjaan untuk papah
15 bab 15 vila misterius
16 bab 16 malam pertama
17 bab 17 lukisan yang tersenyum
18 bab 18 rahasia
19 bab 19 teror lagi..
20 bab 18 rahasia
21 Bab 20 penampakan
22 Bab 21 terhipnotis
23 Bab 22 mimpi yang nyata
24 Bab 23 Penasaran
25 Bab 24 Rahasia yang terungkap 1
26 Bab 25 Rahasia yang terungkap 2
27 Bab 26 Rahasia yang terungkap 3
28 Bab 27 Mayang sari
29 Bab 28
30 Bab 28 Meyakinkan Mamah
31 Bab 29 Cemburu
32 Bab 30 Uang hasil pesugihan
33 Bab 31 pertemuan
34 Bab 32 pertemuan 2
35 Bab 33 Om Toni 1
36 bab 34 Om Toni 2
37 Bab 35 Bidadary surga untuk Om Toni
38 Bab 36 Datanglah ke mimpi ku 1
39 Bab 37 datang lah ke mimpi ku 2
40 Bab 38 dia bukan Papah ku.
41 Bab 39 Pertengkaran
42 Bab 40 pengakuan Papah
43 Bab 41 awal baru
44 Bab 42 Kembali 1
45 Bab 43 Kembali 2
46 Bab 44 Adik bayi
47 Bab 45 Ikhlas
48 Bab 46 Pernikahan Tante Ana dan kepergian Kakek
49 Bab 47 Teteh
50 Bab 48 Ziarah kubur
51 Bab 49
52 Bab 50 Pengorbanan seorang istri
53 Bab 51 Ijinkan
54 bab 52
55 Bab 53 Teror terakhir
56 Bab 54 Tamu Papah
57 Bab 55 dilema
58 Bab 56 Si belang 1
59 Bab 57 Si belang 2
60 bab 58 Abah Kardi 1
61 Bab 59 Abah Kardi 2
62 Bab 60 Janji 1
63 Bab 61 Janji 2
64 Bab 62
65 bab 63
66 Bab 64 Malam Perpisahan
67 Bab 65 Tante Ana melahirkan
68 Bab 66
69 Bab 67 Nenek korengan 1
70 Bab 68 Nenek korengan 2
71 Bab 69 Aku ingin pulang 1
72 Bab 70 Aku ingin pulang 2
73 Bab 71 Kesurupan
74 Bab 72 Di dunia lain
75 Bab 73 Si Yuni
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76 Mengetuk dinding kamar kosong
79 Bab 77 Tamat
80 novel terbaru ku misteri penulis novel horor
81 Ucapan terimakasih
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 pindahan rumah
2
Bab 2 TEROR MAHLUK GHAIB
3
Bab 3 Papah dimana? pulang Pah pulang...
4
bab 4 makan dengan minyak jelantah
5
bab 5 kesetiaan
6
bab 7 TV baru
7
bab 8 mas ami
8
bab 9 bangun andri...
9
bab 10 julian kangen andri
10
bab 6 kesetiaan
11
bab 11 tersesat
12
bab 12 pertemuan terakhir
13
bab 13 jin khorin abah
14
bab 14 pekerjaan untuk papah
15
bab 15 vila misterius
16
bab 16 malam pertama
17
bab 17 lukisan yang tersenyum
18
bab 18 rahasia
19
bab 19 teror lagi..
20
bab 18 rahasia
21
Bab 20 penampakan
22
Bab 21 terhipnotis
23
Bab 22 mimpi yang nyata
24
Bab 23 Penasaran
25
Bab 24 Rahasia yang terungkap 1
26
Bab 25 Rahasia yang terungkap 2
27
Bab 26 Rahasia yang terungkap 3
28
Bab 27 Mayang sari
29
Bab 28
30
Bab 28 Meyakinkan Mamah
31
Bab 29 Cemburu
32
Bab 30 Uang hasil pesugihan
33
Bab 31 pertemuan
34
Bab 32 pertemuan 2
35
Bab 33 Om Toni 1
36
bab 34 Om Toni 2
37
Bab 35 Bidadary surga untuk Om Toni
38
Bab 36 Datanglah ke mimpi ku 1
39
Bab 37 datang lah ke mimpi ku 2
40
Bab 38 dia bukan Papah ku.
41
Bab 39 Pertengkaran
42
Bab 40 pengakuan Papah
43
Bab 41 awal baru
44
Bab 42 Kembali 1
45
Bab 43 Kembali 2
46
Bab 44 Adik bayi
47
Bab 45 Ikhlas
48
Bab 46 Pernikahan Tante Ana dan kepergian Kakek
49
Bab 47 Teteh
50
Bab 48 Ziarah kubur
51
Bab 49
52
Bab 50 Pengorbanan seorang istri
53
Bab 51 Ijinkan
54
bab 52
55
Bab 53 Teror terakhir
56
Bab 54 Tamu Papah
57
Bab 55 dilema
58
Bab 56 Si belang 1
59
Bab 57 Si belang 2
60
bab 58 Abah Kardi 1
61
Bab 59 Abah Kardi 2
62
Bab 60 Janji 1
63
Bab 61 Janji 2
64
Bab 62
65
bab 63
66
Bab 64 Malam Perpisahan
67
Bab 65 Tante Ana melahirkan
68
Bab 66
69
Bab 67 Nenek korengan 1
70
Bab 68 Nenek korengan 2
71
Bab 69 Aku ingin pulang 1
72
Bab 70 Aku ingin pulang 2
73
Bab 71 Kesurupan
74
Bab 72 Di dunia lain
75
Bab 73 Si Yuni
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76 Mengetuk dinding kamar kosong
79
Bab 77 Tamat
80
novel terbaru ku misteri penulis novel horor
81
Ucapan terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!