Aurel, Andra dan Darren sudah memata-matai sekolahnya sedari jam 5 sore. Namun, mereka belum menemukan adanya hal mencurigakan.
"Kok gak ada apa-apa?" Tanya Darren.
"Iya, udah jam 6 loh, satu jam kita disini" balas Andra.
"Kalian bisa sabar gak sih?" Gerutu Aurel.
Andra dan Darren kembali memperhatikan gerbang sekolah yang tak ada apa-apa, kecuali gerbang sekolah yang menjulang tinggi.
"Liat deh" ujar Aurel. Ia melihat sebuah mobil berhenti didepan sekolahnya.
"Itu kan orang yang kemaren?" Tebak Andra.
"Iya bener, akhirnya gak sia-sia kita nunggu disini satu jam" kekeh Darren.
Beberapa orang keluar dari mobil tersebut, mereka memasuki sekolah. Tak lama mereka keluar membawa orang-orang yang mereka sekap, termasuk Laura. Hal itu tak luput dari perhatian Darren, ia merasa iba pada gadis itu.
"Dari sekian banyak orang yang di sekap, kenapa cuma dia yang Lo perhatiin" ucap Aurel dingin.
"Hah? Apa- ngak kok, gue gak perhatiin Laura" jawab Darren.
"Biasa aja kali jawabnya, gue gak bilang orang yang Lo perhatiin itu Laura" sinis Aurel.
"Udah gak usah debat, urusan percintaan kalian ntar aja ngebahasnya. Ini menyangkut nyawa orang, lebih penting" ujar Andra.
"Biasa aja tu, kan nyawa mereka! Bukan nyawa gue" ketus Aurel.
"Sensi amat Lo rel, pms ya?" Ledek Andra. Mendengar perkataan Andra, Aurel melemparkan tatapan mematikan pada Andra, bahkan Darren yang hanya jadi penonton meneguk salivanya.
"Heh, santai rel. Gue becanda kok" balas Andra.
"Rel, ntar aja marahnya. Mending kita ikutin Mereka, udah mulai jalan mereka nya" lanjutnya.
.
.
.
.
Mobil yang mereka ikuti berhenti tepat didepan sebuah rumah megah dengan pagar menjulang tinggi. Aurel dan Andra yang melihat mobil tersebut memasuki rumah megah itu melotot tak percaya.
"Rel" lirih Andra.
"Jadi ini alasan papa nyuruh kita semua pindah ke Jakarta" ucap Aurel.
"Kita ikutan masuk gak nih?" Tanya Darren.
"Tunggu mereka masuk dulu, baru kita ikutin" tegas Andra.
Dari dalam mobil itu keluar beberapa orang yang tak mereka kenali, mereka membawa para murid yang disekap digudang sekolah kemarin.
"Diam!" Bentak salah seorang dari mereka, terlihat Laura yang memberontak saat di paksa memasuki rumah itu.
"Cih,, beraninya sama cewek" lirih Darren.
"Marah Lo?" Tanya Andra.
"Pasti iyalah, Masa ngak" ujar Aurel.
"Paan sih rel" balas Darren.
"Lo suka sama dia?" Tanya Aurel.
"Ya nggaklah, gue cuman kasihan sama dia"
"Yakin?!"
"Iya, kan gue suka nya sama Lo" ucap Darren spontan.
"Hah?" Mendengar ucapan Darren mendadak telinga Aurel tidak berfungsi dengan normal.
"Pura-pura budek Lo" kekeh Andra.
"Udah pada masuk tuh" ucap Darren mengalihkan pembicaraan.
"Iya, ayo!" Pinta Andra.
Mereka memasuki rumah itu dengan mengendap-endap, namun sayang saat memasuki rumah pintunya di kunci.
"Kenapa?" Tanya Andra saat Darren kesulitan membuka pintu di depannya.
"Kekunci"
"Ya trus gimana?" Tanya Andra.
"Ada cara lain gak?"
"Gue nanya, malah balik nanya Lo" ketus Andra.
"Udah gak usah ribut, gue bawa kunci nya kok" ujar Aurel.
"Ngomong kek dari tadi, diam-diam Bae Lo" sewot Andra.
"Diam! Nanti kita ketauan" ucap Aurel, pelan.
"Kok Lo punya kunci rumahnya rel?" Tanya Darren.
"Rumah dia ini" jawab Andra.
"Gue nanya dia, ngapa Lo yang jawab?" Sewot Darren.
"Suka-suka gue lah" acuh Andra.
"Ini beneran rumah Lo rel?" Tanya Darren.
"Iya"
"Tuh kan, udah di bilangin gak percayaan amat" balas Andra.
"Lo kenapa sih, Nyamber Mulu kek petasan" tanya Darren, kesal.
"Diam! Nanti kita katauan" ucap Aurel mengulangi kata-kata nya.
"Udah nih, ayo!" Ucap Aurel, ia selesai membuka kunci rumahnya.
Aurel mengintip dari sela-sela pintu, waspada jika ada orang yang berjaga dibelakang pintu.
"Gimana?" Tanya Andra.
"Aman, ayo"
Saat memasuki rumah mereka disuguhkan oleh kemegahan rumahnya, namun furniture yang ada pada rumah tersebut sudah tertupi oleh kain putih.
"Kok gak ada tanda-tanda mereka?" Ujar Andra.
"Iya, aneh banget" balas Darren.
"Coba liat keatas" pinta Aurel, ia menaiki tangga di ikuti oleh Darren dan Andra.
"Disini juga gak ada tanda-tanda mereka" ucap Aurel.
"Gue udah periksa semua ruangan, tapi gak ada apa-apa" ujar Darren.
"Lo liatin apa ndra?" Tanya Aurel, ia melihat Andra yang tengah serius memperhatikan rak buku di depannya.
"Gak tau kenapa? Gue yakin ada sesuatu disini" lirihnya.
"Maksud Lo?" Tanya Aurel.
Andra melihat buku pada rak tersebut semuanya berwarna kecoklatan. Namun satu yang membuatnya merasa aneh, tersisa satu buku yang berwarna merah. Dan buku berwarna merah tersebut hanya satu-satunya diantara banyaknya buku yang berwarna kecoklatan.
"Kalian liat deh! Semua buku disini berwarna coklat kecuali yang satu itu" ucap Andra menunjuk buku berwarna merah pada rak buku tersebut.
"Eh iya, gue baru nyadar loh" balas Aurel.
"Coba gue ambil" ucap Darren, ia mengambil buku merah pada rak tersebut.
"Darren jangan gega-" belum sampai Aurel menyelesaikan ucapannya Darren sudah mengambil bukunya. Bersamaan dengan itu rak buku tergeser memperlihatkan sebuah pintu.
"Pintu?" Tanya Andra.
"Lo tau tempat ini rel?" Tanya Darren.
"Gak, gue gak pernah tau ada ruangan disini" lirih aurel.
"Mereka pasti di dalam" tegas Andra.
"Trus gimana? Kita masuk atau tunggu mereka keluar" bingung Aurel.
"Tunggu mereka keluar dulu, baru kita masuk!" Pinta Andra.
"Taroh bukunya!" Ujar Aurel pada Darren. Darren segera meletakkan bukunya pada rak tersebut. Rak itu kembali menutupi pintu tersebut.
Setengah jam mereka menunggu didepan rak buku tersebut. Namun belum ada hasil, orang-orang itu belum juga keluar.
"Lo yakin mereka didalam?" Tanya Darren.
"Gue yakin!"
"Kenapa lama banget?"
"Mana gue tau"
"Udah tunggu aja, gak usah ribut" pinta Aurel.
Ditengah percakapan ketiganya, rak buku tersebut tiba-tiba saja bergeser.
"Mereka keluar, cepat ngumpet" ujar Andra.
Mereka segera mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Aurel bersembunyi dibalik lemari, sementara Darren ia bersembunyi disamping rak buku tersebut dan Andra ia bersembunyi dibalik tumpukan kardus yang terletak disudut ruangan.
"Panggil aunia kesini, dia bakalan nyelesain tugasnya!" Pinta Gio. Mendengar nama itu, Aurel teringat akan sesuatu.
"Baik" orang yang bersama gio mematuhi ucapannya.
"Saya akan kembali ke Jakarta hari ini, kamu jaga mereka baik-baik!" Ucap gio, lalu ia meninggalkan orang tersebut.
Orang yang bersama gio, menghubungi seseorang dengan telfonnya.
"Jemput dia" ucapnya lalu mematikan ponselnya.
Tak lama beberapa orang lainnya keluar dan menghampirinya.
"Bos udah pergi?" Tanya salah satu dari mereka.
"Udah"
"Laper nih, cari makan lah"
"Iya gue juga nih" balas salah satu dari mereka.
"Kita cari makan, tapi sisain satu orang buat jaga disini"
"Gue aja, tapi ntar beliin makan buat gue ya" kekehnya.
"Iya-iya" mereka semua pergi menyisakan satu orang berjaga di depan pintu.
"Hmpp" Aurel langsung menutup mulutnya, ketika ia melihat tikus di kakinya.
Namun, suara kecilnya itu didengar oleh orang yang berjaga didepan pintu itu. Orang itu mengendap-endap mencari asal suara yang didengarnya.
Brukkk
"Arhhh" sebuah balok kayu mengenai punggungnya, penjaga itu tergelatak dilantai tak sadarkan diri.
"Lo gak papa?" Tanya Andra
"Gak papa, tapi dia?" Aurel melihat penjaga itu dan Andra secara bergantian.
"Tenang aja, dia cuman pingsan"
"Mumpung gak ada orang mending kita masuk" ujar darren. Aurel dan andra mengangguk setuju dengan ucapan darren.
.
.
.
.
Thanks udah baca :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments