Aurel, Darren dan Andra berdiri di depan pagar sekolah yang menjulang tinggi. Kemudian mereka berjalan ke belakang sekolah memanjat tembok satu persatu.
"Buruan rel" ujar Andra.
"Iya sabar" Aurel melompat dari atas tembok yang tidak terlalu tinggi.
Mereka mengendap-endap menuju gudang, takut ketahuan oleh orang-orang yang menjaga gudang. Didepan gudang mereka tidak menemukan siapapun.
"Kok gak ada orang?" Tanya Darren.
"Gak tau, bukannya disini ada satpam yang selalu nungguin" balas Andra.
"Apa ini jebakan?" Tanya Aurel.
"Jebakan gimana?" Tanya Darren.
"Mungkin aja mereka tau kita bakalan kesini"
"Tapi, mereka tau dari mana?" Tanya Andra.
"Entah" ujar Aurel
"Mending kita coba masuk dulu" usul Andra.
"Setuju"
Darren membuka pintu menggunakan jepit rambut seperti yang ia gunakan sebelumnya. Setelah terbuka mereka masuk dan menelusuri ruangan itu dengan teliti.
"Kenapa gak ada apa-apa?" Tanya Andra, ia sudah mengamati semua bagian pada gudang dengan teliti, namun ia tak menemukan hasil apa pun.
"Sama, gue juga gak nemu apa-apa disini" Ujar Darren dari sisi yang lain.
Sementara Aurel, ia terus berjalan kesana kemari mencari sesuatu, namun ia tak juga menemukan apapun.
Krekkk
Aurel tak sengaja menginjak sesuatu, bersamaan dengan itu tembok di dinding bergeser. Andra dan Darren segera menghampiri Aurel, mereka terkejut melihat tembok yang bergeser memperlihatkan sisi lain dari gudang.
"Beneran ada ruang rahasia" ujar Darren tak percaya.
"Tadi Lo apain rel?" Tanya andra.
"Gue gak sengaja nginjak lantai ini" Aurel melihat kebawah kakinya, dilantai itu terdapat satu kotak keramik yang berbeda dengan lantai lainnya. Andra melihat sekilas lalu ia kembali fokus pada ruangan yang ada di depannya.
"Mending kita masuk" usul Darren.
"Ide bagus" ujar Darren, Andra berjalan didepan, sementara Darren berada dibelakang Aurel, jaga-jaga kalau terjadi apa-apa.
Saat memasuki ruangan itu, mereka disambut oleh bau busuk yang sangat menyengat.
"Bau bangkai" Darren terkejut mendapati Indra penciumannya disambut oleh bau yang tidak mengenakkan.
"Baunya nyengat banget" Andra tak kuat dengan baunya, ia merasa semua isi perutnya akan keluar.
Aurel mencoba terus memasuki ruangan itu, mencari tau apa yang ada di dalamnya. Matanya melotot melihat mayat-mayat yang telah membusuk didepannya.
"Darren! Andra!" Panggil Aurel.
Darren dan Andra yang merasa namanya dipanggil segera menghampiri Aurel.
"Kenapa rel?" Tanya Darren.
"Liat!" Darren dan Andra melihat pemandangan yang ada didepannya. Mengerikan, itu yang ada di pikiran keduanya saat melihat mayat-mayat yang sudah membusuk didepannya.
"Mayat" lirih Andra, ia tak habis pikir bisa menemukan mayat berada disekolah ini, apalagi keadaannya sangat mengenaskan.
"Siapa dalang dari semua ini?" Pikir Andra.
"Yang pasti, orang yang ngelakuin ini gak punya hati" ketus darren.
Mayat-mayat itu tak lagi dapat dilihat rupanya, tubuhnya hancur tak bisa dikenali sama sekali. Hanya tersisa seragam sekolah SMA DASASILA yang melekat pada tubuhnya.
"Mereka murid disini" lirih Aurel.
"Orang itu, memutilasi mereka" ucap Andra, ia melihat beberapa bagian tubuh yang sudah tidak menyatu.
"Kejam!" Tukas Darren.
"Mending kita keluar sebelum ada yang masuk" pinta Andra, entah kenapa ia merasakan akan ada seseorang yang datang.
"Iya" Darren menyetujui ucapan Andra, berbeda dengan Aurel yang hanya diam melihat mayat-mayat yang ada didepannya.
"Rel ayo!" Ajak Andra, tapi tak digubris sama sekali.
"Aurel ayo keluar!" Darren menarik tangan Aurel agar ia segera beranjak dari tempatnya.
Mereka bergegas meninggalkan gudang, sebelum ada yang datang.
"Kunci gemboknya" pinta Darren, Andra segara mengunci gemboknya.
Mendengar langkah kaki yang mulai mendekat, mereka segera bersembunyi dibalik dinding.
"Ada yang datang" ucap Andra.
"Ayo sembunyi!" Pinta Darren.
Mereka mengintip dari balik dinding melihat siapa yang datang. Andra dan Aurel kaget melihat salah seorang dari orang-orang tersebut yang sangat mereka kenali.
"Itu kan?" Aurel dan Andra saling menatap, mereka tak habis pikir bagaimana bisa gio berada ditempat ini.
"Kalian kenal?" Tanya Darren, ia tak mengerti dengan Aurel dan Andra yang saling menatap dengan dahi berkerut.
"Om Gio" ujar Andra.
"Dia siapa?" Tanya Darren.
"Bokap Aurel" seketika Darren mematung mendengar jawaban andra.
"Jadi papa Lo terlibat rel?" Tanya Darren.
"Gue gak tau" Aurel tak mengerti, bukannya papanya sedang bekerja diluar kota, lalu kenapa sekarang ada disini?
Gio berhenti didepan pintu gudang, salah seorang membukakan gembok yang terpasang pada gudang.
"Masukin mereka!" Pinta Gio. Beberapa orang datang, mereka membawa beberapa orang yang diikat dan mulutnya tersumpal oleh kain. Diantaranya ada dua orang laki-laki dan tiga orang perempuan.
Darren terus mengamati orang-orang yang diseret secara paksa, tapi tak sengaja matanya menatap seorang gadis yang terus saja memberontak saat dimasukkan kedalam gudang. Darren mengenali gadis itu, dia gadis yang berkenalan dengannya pagi tadi.
"Tunggu! Gue kayak kenal salah satu dari mereka" ujar Darren.
"Siapa?" Tanya Andra, sementara Aurel hanya menatapnya sekilas , ia tau jika yang dimaksud Darren adalah Laura, gadis yang terus saja memberontak saat dimasukkan kedalam ruangan.
"Maksud Lo dia?" ucap Aurel dingin.
"Nah bener kan? Berarti gue gak salah liat, dia beneran Laura" ucap Darren.
"Laura? Laura siapa?" Tanya Andra, ia sama sekali tidak tau tentang orang yang sedang dibicarakan oleh Aurel dan Darren.
"Gak tau, tanya aja sama dia" ketus Aurel.
"Gak usah nanya-nanya, ntar aja gue jelasin" ucap Darren.
Aurel dan Andra tak bergeming, mereka kembali memperhatikan orang-orang yang ada didepannya.
"Sudah selesai bos" ucap seseorang pada gio.
"Bagus, lusa bawa mereka ke Bandung!" pinta Gio. Semua anak buahnya mengangguki ucapan gio.
"Kunci gudangnya, suruh satpam itu berjaga disini!" Tambah gio.
"Udah bos" salah seorang anak buahnya melapor.
"Ayo pergi!" Semua orang itu meninggalkan gudang sekolah, menyisakan tiga orang yang masih bersembunyi di balik dinding.
"Apa alasan papa ngelakuin ini?" Pikir Aurel.
Darren dan Andra hanya mendengarkan, mereka tak tau harus menjawab apa?
"Gimana sama orang-orang yang disekap?" Tanya Darren, ia sangat mengingat ketika Laura terus saja memberontak saat diseret. Ada rasa iba saat Darren melihat gadis itu diperlakukan dengan tidak manusiawi.
"Biarin aja" ucap Aurel.
"Tapi kan--" belum sempat Darren menyelesaikan ucapannya Andra sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Aurel benar, kalau kita bebasin mereka sekarang, kita gak bakalan dapat kesempatan buat cari tau mereka dibawa kemana?" Ujar Andra.
Aurel mengangguki ucapan Andra sementara Darren hanya manggut-manggut.
"Ayo pergi dari sini, sebelum ada yang datang" ucap Aurel.
"Iya"
Mereka meninggalkan lingkungan sekolah, dengan mengikuti jalan yang mereka tempuh saat memasuki sekolah.
.
.
.
.
Thanks udah baca :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
dyz_be
Psycho..?
2022-07-11
0