Jam menunjukkan pukul 8.30 hari ini Aurel bangun terlambat. Bersyukur hari ini adalah hari Minggu jadi ia tidak pergi kesekolah.
"Ya ampun udah jam segini gue baru bangun" gumam Aurel mengucek matanya. Aurel pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
.
.
.
Aurel merasa tenggorokannya kering, ia keluar dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil segelas air.
Seekor tikus terjatuh dari atap rumahnya, Aurel yang geli akan tikus mengambil sebuah pisau dapur untuk membunuhnya. Aurel terus menusukkan pisau pada tikus itu, tanpa sadar ada kepuasan tersendiri pada Aurel, melihat tubuh tikus yang sudah tak berbentuk itu.
Bel rumah yang berbunyi membuat Aurel menghentikan kegiatannya. Ia menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Hai" sapa Andra tepat saat Aurel membukakan pintu.
"Udah sampai aja Lo" balas Aurel.
"Ya kan Lo tau sendiri gue orangnya antusias" jawab Andra.
"Iya deh, ayo masuk!" Tawar Aurel. Andra melihat pisau yang ada ditangan Aurel, pisau yang berlumuran dengan darah.
"Lo abis ngapain?" Tanya Andra.
"Maksudnya??" Bingung Aurel.
"Itu, kenapa pisau ditangan Lo banyak darah gitu?"
"Oh, pisau ini? Tadi ada tikus yang jatuh dari atap, gue kan geli sama tikus, yaudah gue cincang aja sampai mati" balas Aurel dengan nada yang santai.
"Sadis Lo rel" kekeh Andra.
"Lo mau terus berdiri diluar ampe tu kaki gepeng, atau mau masuk?" Tanya aurel, tanpa menghiraukan ucapan Andra yang mengatakan dirinya "sadis"
"Enggaklah" sewot Andra, Andra langsung memasuki rumah Aurel.
"Tante mana?"
"Ga tau, gue bangun mama udah ga ada"
"Makanya tidur jangan kayak kebo"
"Ngeledek Lo, nih pisau bisa melayang tau? Lo mau coba kagak?" Ucap Aurel dengan seringaian kecil.
"Allahuakbar rel, kok vibes nya kayak PSIKOPATH" ngeri Andra.
"Ya lagian, Lo baru datang aja bikin kesel"
"Ya maap, gue kan udah lama ga ngeledekin sepupu gue yang satu ini" kekeh Andra.
"Gue udah nyiapin ruang tamu buat Lo, bisalah Lo tempatiin" ucap Aurel menuju kamar tamu, Andra yang belum pernah kerumah baru Aurel hanya mengikuti dari belakang.
"Gimana?" Tanya Aurel memperlihatkan kamar yang akan ditempati Andra.
"Biasa aja" balas Andra.
"Emang, ga ada yang khusus buat orang kek Lo" ledek Aurel.
"Tega amat Lo rel"
"Gue kedapur dulu, mau naroh pisau"
"Iya, jauh-jauh deh Lo dari tu pisau, gue khawatir Lo beneran jadi PSIKOPATH" ucap Andra.
"Ga usah ngeledek deh Lo" kekeh Aurel, lalu menuju dapur. Sementara Andra, ia bahkan tak sadar dengan ucapannya sendiri. Kata-kata itu keluar dengan sendirinya dari mulut Andra.
Andra meletakkan tas yang ia bawa di atas kasur, lalu ia menyusul Aurel menuju dapur.
"Ngomong-ngomong rumah Lo ga kalah gede ya, Ama yang di Bandung" kagum Andra.
"Ya gitu deh" balas Aurel acuh, sembari membersihkan darah yang menempel pada pisau, lalu meletakkannya di atas meja.
"Oh ya ndra, kemarin Lo beneran liat papa gue dibandung?" Tanya Aurel.
"Iya, tapi kok bisa Lo ga tau? Emangnya om Gio ga ngasih kabar apa?"
"Ga tuh, trus papa gue ngapain disana?"
*Flashback on
Andra mengemudikan mobilnya menuju rumah, namun ia melihat sosok yang sangat ia kenali tengah berdiri di pinggir jalan. Andra ingin menyapa orang tersebut, namun pria itu langsung menaiki taksi. Andra terlambat, melihat gelagatnya yang terlihat tergesa-gesa Andra berniat mengikutinya. Hingga ia sampai pada sebuah rumah, rumah itu adalah rumah yang tak lagi ditinggali oleh pria itu setelah ia dan keluarganya pindah. Andra terus mengamati gerak-gerik pria itu dari kejauhan. Setelah pria itu turun dari taksi, ia memasuki rumahnya. Namun, saat memasuki rumah itu, ia malah celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Hal tersebut sangat membuat Andra curiga, kenapa pemilik rumah itu malah seperti maling ketika memasuki rumahnya sendiri.
Andra keluar dari mobilnya dan mengikuti pria itu. Mengendap-endap seperti pencuri, itu yang dilakukan Andra. Karna hal ini bukan pertama kalinya Andra mengendap-endap seperti pencuri, ia malah senang melakukannya.
"Berasa jadi detektif gue" gumam Andra, mengendap-endap dibalik dinding.
Andra terus mengikuti pria itu, namun saat pria itu hendak menaiki tangga ia terhenti. Andra rasa keberadaannya di sadari oleh pria itu, Andra segera mencari tempat bersembunyi.
"Mati gue!" Batin Andra. Setelahnya Andra kembali mendengar langkah kaki, sepertinya pria itu tak menghiraukan keberadaannya.
Andra kembali mengikuti pria itu, tapi ia kehilangan jejak sesaat setelah pria itu menaiki tangga.
"Kok ga ada? Om Gio kemana?" Gumam Andra.
Andra memperiksa seluruh ruangan yang ada disana, namun tak ada tanda-tanda.
"Aneh banget" batin Andra.
Andra yang hendak mencari ditempat lain mengurungkan niatnya ketika ponselnya berdering.
"Halo ma" jawab Andra.
"...."
"Iya ma, aku pulang sekarang"
Andra keluar dari rumah itu, sebelum keluar ia sempat melihat sebuah lemari yang tersusun banyak buku, Andra merasa ada sesuatu di balik lemari itu, namun ia mengurungkan niatnya. Andra mengemudikan mobilnya menuju ruang sesuai perintah sang mama.
*Flashback off
"Gue cuma bisa ngikutin sampai situ" ucap Andra.
"Kira-kira papa ngapain ya?" Pikir Aurel.
"Gue ga tau"
"Oh ya, gue juga mau cerita tentang sekolah baru gue sama Lo"
"Cerita apaan? Sekolah Lo ga asyik ya" ledek Andra.
"Emang" singkat Aurel.
"Seriusan? Padahal gue cuman becanda loh"
"Mending gue ceritain disana deh, pegel gue berdiri" tawar Aurel, melirik ruang tamu.
"Gue mah ngikut aja" ucap Andra mengikuti Aurel.
Aurel menceritakan pengalamannya saat pertama kali menginjakkan kakinya di SMA DASASILA. Bagaimana orang-orang disana melihatnya sebagai sosok yang berbahaya dan sangat ditakuti. Ia juga menceritakan bagaimana ia menemukan sebuah buku dengan judul KISAH KELAM SMA DASASILA, serta bagaimana ia menemukan foto seseorang yang mirip dengannya, dan pin nama yang ia temukan di gudang.
"Coba gue liat bukunya" ucap Andra.
"Dikamar"
"Lo ambil lah, masa gue yang ngambil" sewot Andra.
"Bukan itu maksud gue, langsung aja ke kamar gue, kalo disini ntar diliat Ama nyokap gue, berabe!" Balas Aurel tak kalah sewot.
"Oh gitu" kekeh Andra mengikuti Aurel.
Aurel mengambil kunci dibawah bantal dan membuka leci tempat ia menyimpan barang-barang tersebut.
Aurel memberikan buku itu pada Andra, Andra melihat buku itu dengan teliti.
"Ini buku yang isinya deretan angka itu" tanya Andra, mengingat ketika Aurel menelfonnya.
"Iya" angguk Aurel. Andra memeriksa buku itu dengan detail setiap lembarnya.
"Pada halaman ini, ada beberapa deretan angka, dan halaman lainnya kosong. Halaman pertama ini juga ada bekas tumpahan jus, dari baunya ini jus jeruk" ucap Andra.
"Iya, pas gue mau bahas masalah ini sama Darren, gue ga sengaja numpahin jus jeruk ke bukunya"
"Dari yang gue liat buku ini punya isi pada setiap halamannya, hanya saja ada cara tertentu buat ngeliat tulisan itu"
"Cara tertentu?"
"Iya, dari halaman pertama ini gue bisa nyimpulin kalau tulisannya bakalan keluar kalau kita kasih perasan air jeruk"
"Air jeruk? Apa itu mungkin?"
"Mungkin aja, Lo ada jeruk?" Tanya Andra.
"Bentar gue cari dulu" Aurel menuju dapur, ia mencari jeruk didalam kulkas.
"Yahh tinggal satu" Aurel mengambil jeruk itu, dan membawanya pada Andra.
"Ndra, cuman tinggal satu" ucap Aurel memberikan jeruk itu pada Andra. Andra mengupasnya dan memeras air jeruk itu pada halaman kedua buku tersebut.
Setelah selesai Aurel mengambil pengering rambut sesuai perintah Andra, ia mengeringkan kertas itu. Sebuah tulisan keluar dari buku tersebut, Andra dan Aurel sangat senang ketika usahanya membuahkan hasil.
"4, 9, 1"
"19, 5, 12, 1, 12, 21"
"13, 5, 13, 2, 1, 23, 1"
"16, 9, 19, 1, 21"
"Deretan angka lagi" sewot Aurel.
.
.
.
.
Thanks udah baca :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Putu Suharta
menarik....
2022-08-14
0
dyz_be
Menarik...
Lanjut..
2022-07-11
0
Maminya Nathania Bortum
semangat thor
2022-05-11
0