Aurel berjalan di lorong sekolah yang dingin tanpa alas kaki, tubuhnya masih mengenakan piyama. Suara tangisan dan teriakan menggema di lorong sekolah yang gelap.
"Siapa itu?" Tanya Aurel, mengumpulkan keberanian.
Aurel mencoba mendengarkan suara itu dengan seksama, perlahan ia berjalan mengikuti sumber suara. Langkahnya terhenti ketika ia sampai di pintu gudang.
"Gudang?" Pikir Aurel, ia melihat pintu itu dengan seksama. Saat ia kesini terakhir kali pintunya di kunci dengan gembok, sekarang pintu itu terbuka sedikit, gemboknya dalam keadaan terbuka.
"Apa ada orang didalam?" Batin Aurel. Tapi, suara yang didengar olehnya hilang, apa mungkin suara itu berasal dari dalam gudang ini?
Aurel mengintip dari balik pintu, ia mencoba melihat keadaan didalam gudang. Tapi ia tak dapat melihat apa pun, gudangnya gelap. Aurel membuka pintu itu secara perlahan, namun ia tak dapat menemukan apa pun.
"Apa gue salah denger ya?" Gumam Aurel.
Aurel beranjak meninggalkan gudang, namun kakinya seperti di cekal oleh sesuatu yang dingin.
"Tolong" suara kecil itu, mampu membuat bulu kuduk Aurel merinding. Aurel perlahan melihat kearah kakinya.
"Tolong" suara lemah dari orang itu membuat Aurel merasa kasihan, wajahnya tertutupi rambut, baju yang ia kenakan juga telah kotor.
Aurel membungkuk membantu gadis yang tengah memegang kakinya.
"Kamu kenapa? Ayo aku bantu" ucap Aurel. Tapi, tak ada sahutan.
Aurel mencoba menepikan rambut yang menutupi wajah gadis itu. Seketika ia kaget, karna wajah gadis itu sama persis dengan dirinya. Hanya saja wajah gadis itu lebih pucat dan terdapat banyak luka.
"Ka-kamu siapa?" Tanya Aurel tergagap. Suara nyaring yang tiba-tiba terdengar ditelinga Aurel membuat kepalanya sakit.
"Aaaaaaa!" Teriak Aurel. Ia terbangun dari tidurnya, ternyata kejadian itu hanyalah sebuah mimpi.
"Aurel, kamu kenapa?" Tanya Aleta panik, ia yang mendengar teriakan putrinya langsung berlari menuju kamar Aurel.
"Gapapa ma, cuma mimpi buruk".
"Kamu keringetan gini, mimpi apa?" Tanya Aleta panik. Ia mengusap rambut Aurel berusaha menenangkannya.
"Gapapa ma bukan hal besar kok".
"Yasudah kalau kamu ga mau cerita, sekarang kamu siap-siap udah setengah tujuh, nanti kamu telat kesekolah"
"Iya ma"
.
.
.
Notif ponsel Aurel terdengar di meja makan, sebuah pesan masuk dari Darren.
"Gue jemput"
"Ok" balas Aurel. Ia kembali meletakkan ponselnya, dan melanjutkan sarapan bersama Aleta.
Aurel menunggu Darren didepan gerbang, sembari memainkan ponsel. Tak lama motor Darren berhenti tepat didepannya, Darren menyodorkan sebuah helm pada Aurel.
"Udah" ucap Aurel menaiki motor Darren.
Motor Darren melaju meninggalkan perkarangan rumah Aurel. Sepanjang perjalanan keduanya hanya saling diam, tak ada yang berniat memulai obrolan.
"Darren berhenti dulu" pinta Aurel menepuk pundak Darren. Darren menghentikan motornya tepat didepan sebuah halte yang lumayan sepi.
"Kenapa?" Tanya Darren.
"Gue nemuin sesuatu di buku" ucap Aurel setelah turun dari motor Darren.
"Buku apa?"
"Itu buku yang kemarin kosong" ucap Aurel mengingatkan Darren.
"Ohh, buku yang Lo temuin di perpus? Kenapa emangnya?"
"Semalam pas pulang dari kafe, gue liat buku itu lagi, dihalaman pertama buku itu ada deretan angka gitu, gue ga paham, Lo ngerti ngak?"
"Lo bawa bukunya?"
"Ga, ketinggalan dirumah"
"Yaudah pulang sekolah, gue kerumah Lo" Aurel membalas dengan anggukan.
"Sekarang kita sekolah dulu, setelah itu baru kita pikirin lagi" saran Darren dan disetujui Aurel.
.
.
.
Ditengah-tengah pelajaran Aurel teringat akan gadis yang hadir di mimpinya. Siapa dia? Kenapa ia memiliki wajah yang sama persis dengan dirinya. Mengingat gadis itu Aurel teringat ia bertemu dengannya gudang.
"Kayaknya ada sesuatu di gudang" batin Aurel.
"Aurel" panggil Darren, mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah aurel.
"Eh, iya kenapa?" Jawab Aurel kaget.
"Ngapain bengong? Ati-ati ntar kesambet"
"Ga lah, gue cuman lagi mikir aja"
"Mikir apaan?"
"Semalam--" sebelum Aurel melanjutkan ceritanya, ia sadar seisi kelas tengah memasang telinga mendengarkan semua yang keluar dari mulut Aurel.
"Semalam gue bakar jagung" ucap Aurel asal.
"Hah?!" Bingung Darren. Aurel mencubit pinggang Darren memberi isyarat. Tapi sayangnya Darren sangatlah tidak peka.
"Kenapa dicubit si? Sakit" kesal Darren.
"Hey, yang dibelakang kenapa ribut-ribut?" Panggil Bu Lina guru yang mengajar bahasa Indonesia saat ini.
"Ga Bu, ini ada kecoa" balas Aurel cepat. Ia sangat tau, seisi kelas tengah curiga padanya termasuk Bu Lina.
"Lo diem!" Pinta Aurel, berbisik.
Darren yang tak mengerti akan apa yang terjadi, hanya bungkam karna wajah Aurel terlihat serius. Ia tak mau ada masalah hanya karna ia tak mengerti atau sulit paham pada situasi sekitar.
Saat istirahat, semua murid telah keluar dari kelas, hanya menyisakan Aurel dan Darren.
"Darren!!!!!, Tau ga si gue pengen banting Lo tadi" ucap Aurel tertahan karna ia masih ada pada lingkungan sekolah.
"Gue salah apa dah?"
"Lo ga sadar apa? Seisi kelas udah siap pasang telinga dengerin cerita gue"
"Masa si?"
"Iya, makanya kalau gue ngode tu, Lo bisa ga si peka dikit"
"Hehehe maaf, gue kan ga tau"
"Malah nyengir, gue tabok juga nih"
"Iya kan gue udah minta maaf, masih marah aja"
"Udah ah" ucap Aurel melengos pergi.
"Mau kemana?" Tanya Darren mengikuti Aurel.
"Gudang"
"Ngapain?"
"Kalau banyak tanya ga usah ikut" seketika Darren kembali diam dan tak bicara lagi. Entah mengapa ia sangat patuh pada gadis ini, padahal ia adalah tipe orang yang sangat sulit diatur.
Aurel dan Darren tiba didepan pintu gudang, seperti yang ditemui Aurel sebelumnya. Gudang masih digembok, padahal saat didalam mimpi ia melihat gudang ini terbuka, apa itu adalah hal yang akan terjadi padanya di masa mendatang.
"Digembok" ucap Darren.
"Lo bisa buka ga?" Tanya Aurel.
"Gue coba, Lo liatin orang, jangan sampai kita ketauan" pinta Darren.
"Iya" angguk Aurel, ia memperhatikan kondisi sekitar dan memberi kode pada Darren.
"Aman" ucap Aurel pada Darren.
"Lo ada jepit rambut ga?" Tanya Darren.
"Buat apa?"
"Gue pinjem" Aurel membuka jepit rambutnya dan memberikannya pada Darren.
Darren membengkokkan jepit rambut tersebut dan mencoba membuka gembok yang terpasang pada gudang.
"Bisa ga?" Tanya Aurel, masih memperhatikan situasi dan kondisi.
"Sabar"
"Cepetan Darren" desak Aurel.
"Yes! Bisa"
"Kebuka?" Tanya Aurel.
"Iya"
Darren dan Aurel segera memasuki gudang dan melihat keadaan sekitar gudang.
"Aman nih, ayo masuk!" Ajak Aurel.
"Mendingan salah satu nunggu diluar, buat jaga-jaga" saran Darren.
"Ide bagus, Lo tunggu diluar ya, gue liat dulu"
"Iya"
Darren berjaga diluar dan melihat kondisi sekitar, sementara Aurel melihat keadaan gudang yang sangat berdebu dan banyak jaring laba-laba yang menempel.
Aurel melihat sekitar namun tak ada hal yang mencurigakan terlihat, gudang itu terlihat tak pernah dimasuki manusia. Aurel meneliti satu persatu barang-barang yang ada di gudang, tak ada satu pun yang mencurigakan bagi Aurel.
"Ga ada yang aneh" batin Aurel. Ia hendak berbalik, namun ia menginjak sebuah kertas.
"Apa nih?" Pikir Aurel. Ia melihat gambar yang ada pada kertas tersebut. Matanya melotot melihat kertas tersebut adalah sebuah foto, wajah orang tersebut terlihat mirip dengannya.
"Siapa dia?"
Aurel mengambil foto itu dan memasukkannya kedalam saku. Saat ingin berjalan keluar ia menyandung sesuatu.
"Ini?" Aurel mengambil benda yang ia temukan dilantai, itu adalah sebuah pin nama yang digunakan oleh para murid di sekolah ini.
"Aunia Meldana" lirih Aurel.
"Meldana? Itu kan akhiran nama gue? Apa jangan-jangan gue punya saudara?" Pikir Aurel.
"Aurel, buruan! Ada satpam" ucap Darren dari luar.
Mendengar suara Darren, Aurel segera keluar dari gudang.
"Udah, ayo!" Ucap Aurel.
Darren dan Aurel pergi meninggalkan gudang, namun kesalahan fatal telah mereka lakukan, keduanya lupa mengunci gudang. Sehingga hal tersebut berkemungkinan menjadi ancaman bagi ia dan Darren.
"Tunggu!"
"Kenapa?" Tanya Darren.
"Pintunya"
"Astaga, lupa" ucap darren menepuk jidatnya. Darren hendak berbalik menutup pintu, namun tangannya dicekal oleh Aurel.
"Kenapa?" Tanya Darren.
"Satpam" lirih Aurel. Darren melihat kearah pintu gudang dan benar saja, seorang satpam tengah berdiri didepan pintu gudang.
"Ngumpet" ucap Darren. Ia menarik lengan Aurel kebalik dinding, hampir saja satpam itu melihat ia dan Aurel. Keduanya mengintip di balik dinding melihat apa yang dilakukan satpam tersebut.
"Ada penyusup" ucap satpam pada seseorang menggunakan telfon.
Setelahnya satpam itu pergi, Aurel dan Darren dapat bernafas lega.
"Ayo pergi, sebelum ketauan" ucap Darren.
"Iya"
Darren dan Aurel kembali ke kelas, bertepatan dengan bel masuk.
"Gue yakin ada yang ga beres sama sekolah ini" ucap Aurel. Darren yang berpikiran sama menyetujui ucapan Aurel.
"Ga usah bahas disini, mereka datang" ucap Darren, memperingati Aurel karna murid-murid lain mulai berdatangan.
.
.
.
.
Thanks udah baca :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
dyz_be
Aku penisirin 😁😁
2022-07-11
0
Maminya Nathania Bortum
like n lovelah kk
2022-04-26
0