Part 14

Aurel terus bergelayut dengan pikirannya sendiri, ia masih tidak habis pikir. Kenapa papanya bisa terlibat dalam kejadian ini?

"Apa yang sebenarnya disembunyiin papa?"

"Kenapa papa boongin aku?"

"Kenapa papa terlibat dalam hal yang mengerikan ini?"

"Semua ini gak masuk akal! Papa orang baik, gak mungkin dia sekejam ini!"

Aurel bermonolog dengan dirinya sendiri, ia menolak kenyataan akan keterlibatan papanya, apalagi saat ia melihat mayat-mayat yang telah di mutilasi itu.

Aurel mengambil ponselnya, mencari nomor papanya, nada tersambung terdengar oleh Aurel.

"Halo pa, apa kabar?" Sapa Aurel, sesaat setelah panggilan berlangsung.

"Papa baik, kamu gimana?"

"Baik juga kok pa, papa lagi dimana?"

"Papa lagi dibandung, lagi meeting sama om Hendra, kenapa rel?"

"Gak papa pa, aku mau nanya aja. Oh iya pa, aku boleh ngomong sama om Hendra gak?"

"Om Hendra nya lagi ketoilet sayang, emang ada apa? Tumben banget kamu mau ngomong sama om hendra"

"Gak ada sih pa, udah lama aja aku gak ngobrol lagi sama om Hendra"

"Oh gitu"

"Yaudah pa, salam aja deh sama om Hendra"

"Nanti papa sampaikan"

"Aku tutup ya pa"

Selesai bicara dengan papanya, Aurel kembali mencari nomor lain yang akan ia hubungi saat ini.

"Om Hendra"

"Iya, ada apa rel?"

"Om lagi meeting sama papa?"

"Gak tuh, om lagi dirumah nih"

"Jadi om gak meeting sama papa?" Tanya Aurel memastikan.

"Papa bohong" batin Aurel.

"Gak, emang kenapa? Papa kamu gak ngasih kabar lagi, bukannya kemaren udah pulang?"

"Gak papa om, yaudah aku tutup dulu ya"

Aurel menutup telfonnya, sekarang ia tau jika papanya membohonginya. Kecewa, ya Aurel sangat kecewa pada papanya, laki-laki yang paling ia percayai sekarang membohonginya. Aurel meremas ujung bajunya, sesak yang tak bisa ia tahan saat ia mengetahui papanya terlibat dalam hal mengerikan itu.

Suasana menyesakkan itu terhenti ketika Aurel mendengar teriakan Aleta.

"Aaaaa!!!!"

"Mama" lirih Aurel, ia segera berlari menuju kamar mamanya. Aurel melotot mendapati mamanya yang tergelatak dilantai tak sadarkan diri.

"Mama!" Pekik Aurel.

"Mama kenapa?" Aurel terus menggoyang-goyangkan tubuh Aleta, agar ia tersadar namun Aleta tak berkutik sedikit pun.

"Andra!"

"Andra!"

"Andra!" Berulang kali Aurel meneriakkan nama Andra, namun tak juga ada sahutan. Aurel teringat akan sesuatu, ia lupa jika Andra berpamitan padanya akan kebandung.

"Gue lupa lagi, Andra kan pulang ke Bandung" gerutu Aurel.

Aurel segera membopong Aleta menuju mobil, dengan tergopoh-gopoh akhirnya Aurel berhasil meletakkan Aleta di dalam mobil.

"Ini perdana gue bawa mobil" ujar Aurel, ia menghidupkan mobilnya dan menekan tuas gas pada kakinya. Walaupun tak pernah mengemudi secara langsung, ia sering memperhatikan orang mengemudi sehingga ia masih bisa membedakan mana tuas rem dan mana gas.

"Oke, Aurel rileks! Tarik nafas, buang! tarik nafas, buang!" Aurel berusaha rileks, ia tak mau jika sampai mamanya kenapa-kenapa hanya karna ia terlambat membawanya kerumah sakit.

Aurel sampai dirumah sakit, walaupun mobil yang ia bawa tidak berjalan seperti pengendara lain. Setidaknya ia bisa sampai dirumah sakit dengan selamat.

"Sus! Tolongin mama saya!" Pekik Aurel, menghentikan suster yang berlalu lalang.

Aleta dibawa ke UGD dan ditangani oleh dokter. Aurel terus saja mondar mandir menunggu dokter selesai menangani mamanya.

"Kok lama banget? Mama gak papa kan?" Gerutu Aurel.

Seorang dokter keluar dari UGD, ia adalah dokter yang menangani Aleta. Aurel segera menghampiri dokter itu.

"Dok, gimana keadaan mama saya?" Tanya Aurel, ia sangat khawatir akan keadaan mamanya.

"Bukan masalah besar, dia hanya syok. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya kaget dan langsung pingsan?" Tanya dokter itu.

"Saya gak tau dok, saya hanya dengar suara teriakan mama, dan pas saya temuin udah tergeletak di lantai"

"Baiklah, kamu bisa tanyakan langsung kepada pasien. Sebentar lagi pasien akan siuman, saya permisi" pamit dokter

Aurel segera memasuki ruang UGD, melihat mamanya yang tertidur di brankar rumah sakit membuat dadanya kembali sesak.

"Mama kenapa?" Isak Aurel, ia tak bisa membendung air matanya lagi.

Sapuan lembut tangan Aleta, terasa dikepala Aurel. Ia mendongak melihat mamanya yang mulai membuka mata.

"Ma, udah bangun?" Seketika wajahnya kembali ceria saat mamanya membuka mata.

"Mama di mana?" Tanya Aleta.

"Dirumah sakit, tadi mama pingsan" lirih Aurel.

"Dirumah sakit?" Aleta memegangi kepalanya yang masih berdenyut.

"Mama istirahat aja dulu" Aurel memperbaiki letak bantal Aleta, agar mamanya merasa nyaman.

Drettt...Dretttt...

"Bentar ya ma, hp aku bunyi" ucap Aurel. Ia mengambil hp, tertera nama Andra dilayar ponselnya. Aurel agak menjauhkan posisinya dari Aleta, agar ia tak mendengar percakapannya dengan Andra.

"Iya ndra"

"Gue udah sampai Bandung nih, lusa kalian jadi kesini kan?" Tanya Andra.

"Gue gak tau ndra" lirih Aurel.

"Kenapa?"

"Mama masuk rumah sakit"

"Kok bisa?!"

"Gue gak tau, tadi gue denger mama teriak, pas gue samperin mama udah tergeletak di lantai"

"Yaudah, gue kesana sekarang"

"Tapi ini udah tengah malam, Lo baru aja nyampe kan?"

"Gak papa, nanti gue minta antar supir aja, lagian Lo disana siapa yang jagain. Om Gio kan gak dirumah" mendengar nama gio disebutkan, Aurel kembali merasa sesak. Ia tak pernah berfikir jika laki-laki yang sangat ia banggakan, ternyata terlibat hal yang mengerikan.

Tak menunggu jawaban dari Aurel, Andra langsung memutuskan telfonnya.

Sementara Aurel ia menghela nafas kasar, terlalu banyak hal yang terjadi padanya, apalagi dalam waktu yang bersamaan.

"Kenapa rel?" Tanya Aleta, nadanya masih sangat lemah.

"Gak papa kok ma" Aurel kembali menghampiri mamanya. Ia membantu menyelimuti tubuh Aleta.

"Mama istirahat ya, aku jagain disini" ujar Aurel hangat.

"Kamu yakin? Nanti badan kamu sakit"

"Gak papa ma, mama istirahat ya"

Aurel mulai memejamkan matanya pada sofa yang terletak disamping tempat tidur Aleta.

.

.

.

Aurel terbangun saat mentari mulai menyusup dari tirai jendela. Dilihatnya Aleta yang masih tertidur, Aurel tidak tega untuk membangunnya. Ia keluar dari ruang rawat Aleta menuju kantin rumah sakit.

"Mama pasti lapar" pikirnya. Aurel membeli bubur untuk Aleta, dan sebotol air mineral.

Aurel kembali kedalam ruang rawat Aleta, dengan membawa sekotak bubur dan air meneral. Bersamaan dengan itu, seorang dokter dan suster masuk kedalam ruang Aleta.

"Permisi, pasien harus diperiksa dulu" ucap sang dokter.

"Iya dok" dokter memeriksa keadaan Aleta, ia menghela nafas lega setelah mengetahui keadaannya.

"Gimana dok?"

"Pasien sudah membaik, hari ini sudah boleh pulang" ucap sang dokter ramah.

"Terimah kasih dok" dokter itu berpamitan dan keluar dari ruang rawat Aleta bersama sang suster yang mengikuti dari belakang.

Setelah kepergian dokter Aleta terbangun dari tidurnya.

"Mama udah bangun" ujar Aurel.

"Udah pagi ya?"

"Iya ma, mama makan dulu ya! Aurel beliin bubur buat mama"

Aurel membantu Aleta bersandar pada dinding, kemudian ia menyuapi Aleta bubur yang ia beli dikantin rumah sakit. Meski Aleta menolak suapan Aurel, dengan alasan ia bisa makan sendiri. Namun bujuk rayu yang diucap kan Aurel membuat Aleta tak bisa bergeming.

.

.

.

.

Thanks udah baca :)

Terpopuler

Comments

dyz_be

dyz_be

Kenapa??

2022-07-11

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!