Aurel dan Andra yang mendengar perkataan Darren dibuat tercengang.
"Seriusan Lo? Emang si gue gak sekolah disana, tapi dari cerita yang gue denger dari Aurel sekolah itu berbahaya, dan Lo bisa tidur disana? Nyali Lo gede juga ya" ucap Andra, diakhiri dengan kekehan yang selalu membuat Darren panas.
"So, Lo liat kan? Gue fine-fine aja"
"Emang, Lo gak papa, tapi bukan berarti hal itu bisa Lo ulang lagi" balas Aurel, ia tak suka jika Darren terlalu menganggap remeh sesuatu.
"Iya, gue gak bakalan ngulangin lagi"
"Bagus kalau gitu"
"Oh yah rel, Lo tau gak gue ketemu siapa hari ini?"
"Siapa?"
"Tadi waktu gue makan dikantin, ada gadis yang nyamperin gue-" belum selesai Darren berbicara Aurel sudah memotong ucapannya terlebih dahulu.
"Cantik ya?" Andra yang mendengar pertanyaan Aurel dibuat tertawa oleh tingkah polosnya.
"Kenapa Lo ketawa? Emang gue salah ngomong?" Tanya Aurel.
"Gak kok, Lo gak salah" balas Andra, namun tetap diakhiri kekehannya. Bagi Andra, Darren dan Aurel adalah dua orang yang sama-sama suka tapi tak ada yang tau perasaan masing-masing.
"Gue gak liat dia cantik atau enggak" Aurel yang mendengar jawaban Darren, entah kenapa hatinya merasa lega.
"Trus Lo liat apa?"
"Gue gak liat apa-apa, cuman dia ngasih tau gue, kalau gue gak mau celaka gue harus jauhin Lo"
"Maksudnya apaan? Ngomong gitu, cari mati tu orang" Aurel tak bisa menahan emosinya, memangnya siapa gadis itu, kenapa dia berani sekali mengatur-atur Darren harus dekat atau ngejauhin siapa?
"Udah rel sabar dulu, dengerin Darren sampai selesai" nasehat Andra.
"Lo kenal dia? Tanya Aurel.
"Gak, gue baru ketemu dia tadi, tapi anehnya waktu gue mau nanya sama dia, maksud nya apa? Dia malah ngilang gitu aja, kayak ditelan bumi"
"Sialan tu orang! Awas aja kalau ketemu gue"
"Mau Lo apain rel?" Ledek Andra.
"Mau gue jadiin sate" jawab Aurel dengan nada dingin.
"Busyet rel, gak usah segitunya juga, emang si Darren siapa nya elo?" Tanya Andra, memancing.
Mendengar pertanyaan Andra, Aurel terdiam. Andra benar, memangnya dia siapa? Apa haknya marah pada gadis itu, toh dia juga tak punya hubungan apa-apa dengan Darren. Sementara, Darren ia seperti ingin menerkam Andra hidup-hidup.
"Sialan! Kenapa dia selalu ngancurin suasana sih" batin Darren.
Andra yang berniat ingin memancing Aurel agar ia keceplosan menyukai Darren, malah merasa iba saat melihat raut wajah Aurel terlihat sedih.
"Rel jangan gitu mukanya, gue becanda doang kok" Andra bicara lembut pada Aurel, namun dia tetap diam tanpa ekspresi apapun.
"Gue belum kasih tau kalian ya?" Darren teringat akan sesuatu.
"Apa?" Tanya Aurel dan Andra bersamaan.
"Kompak amat"
"Udah buruan cerita!" Pinta Aurel, ia sangat tak suka dibuat penasaran.
Flashback on
Darren terbangun pada ruang kelas yang sunyi dan kosong, tak ada satu pun orang yang ada diruangan itu. Ia melihat arlojinya, jam sudah menunjukkan pukul 17.15.
"Pantesan sepi, udah jam segini" Darren mengambil tasnya dan keluar dari kelas yang sudah mulai gelap dan sunyi itu. Dikoridor sekolah Darren seperti mendengar orang sedang berbicara, ia mencoba memastikan pendengarannya.
"Jam segini apa mungkin masih ada orang?" Batin Darren. Ia mengendap-endap untuk memastikan apakah yang ia dengar itu benar atau tidak. Darren terus mengikuti asal suara itu, hingga ia menemukan dua orang yang sedang berbicara didepan gudang.
"Mereka kan?" Darren melihat orang yang sama yang ia lihat ketika bersama Andra dan Aurel. Satpam sekolah dan orang yang berbaju hitam, yang pernah mereka ikuti tengah berbicara. Darren memasang telinganya, ia tak mau kehilangan satupun informasi.
"Kamu jaga tempat ini baik-baik! Jangan sampai ada yang masuk!"
"Baik" satpam sekolah mengangguki ucapan orang berbaju hitam.
"Kalau sampai ada penyusup, nyawa kamu taruhannya" mendengar ucapan orang itu, satpam sekolah terdengar ketakutan.
"I-iya" setelahnya orang berbaju hitam itu pergi, meninggalkan satpam sekolah yang berdiri tegap didepan pintu gudang. Satpam itu terlihat waspada, ia seperti tengah menjaga harta Karun yang berharga. Tatapan matanya sangat teliti, bahkan Darren hampir saja ketauan, jika ia tidak cepat bersembunyi.
Satu jam Darren berdiri dibalik dinding yang membatasinya dengan gudang sekolah, berusaha mencari cela agar ia bisa memasuki gudang saat satpam itu tengah lengah. Namun, Darren tak mendapatkan kesempatan itu sedikitpun, satpam itu bahkan tak bergerak dari tempatnya sedikit pun.
"Sebenarnya, apa yang ada digudang itu? Kenapa penjagaannya seketat itu?" Batin Darren. Darren yang sudah lelah akhirnya memutuskan untuk mencari kesempatan dilain waktu, ia meninggalkan gudang dan mengambil motornya ditempat parkir.
Flashback off
"Bener kan dugaan gue pasti ada sesuatu disana" ucap Aurel.
"Iya gue juga yakin ada sesuatu disana, gak mungkin kan gudang kosong dijaga seketat itu" balas Darren.
"Kayaknya itu bukan gudang kosong, ada sebuah ruangan didalamnya, tapi mungkin ruangan itu tersembunyi" tambah Andra.
"Maksud Lo semacam ruang rahasia gitu?" Tanya Aurel.
"Iya, kalau emang gak ada ruangan rahasia trus gadis-gadis yang kita lihat itu keluar dari mana? Bukannya Lo udah periksa gudang itu sebelumnya? Tapi gak nemuin apa-apa kan?" Andra berusaha memprediksi semua kejadian yang telah terjadi, dan hal tersebut sangat masuk akal bagi Aurel dan Darren. Bagi mereka perkataan Andra tidaklah salah, karna dalam hal ini semua kemungkinan mungkin aja terjadi.
"Andra bener, tapi gimana cara kita meriksa gudangnya? Kalau gudang itu dijaga oleh satpam" tanya Aurel. Andra dan Darren terdiam sejenak, keduanya tak dapat menemukan jalan keluar dari hal tersebut. Dari cerita Darren, Andra dapat menyimpulkan kalau satpam itu tak akan meninggalkan tempatnya, kecuali ada hal mendesak saja.
"Kita harus cari cara gimana ngalihin perhatian satpam itu" ucap Andra, Aurel berfikir, mencoba mencari jalan keluar yang mungkin bisa ia gunakan.
"Gue tau" sahut Aurel, setelah lama berfikir akhirnya sebuah ide muncul dibenaknya.
"Apa?" Tanya Darren dan Andra bersamaan.
"Obat bius"
"Lo yakin rel? Apa itu gak bahaya" tanya Darren.
"Bahaya gimana?" Aurel tak mengerti dengan kata bahaya yang dimaksud Darren.
"Maksud gue gini, kalau kita pakai obat bius otomatis kita berada pada jarak yang dekat sama satpamnya. Hal itu bisa bahaya buat kita, kalau emang rencananya berhasil gak papa, tapi kalau enggak gimana?" Darren berusaha menjelaskan, namun Aurel sepertinya sulit mencerna ucapan Darren .
"Bisa kok, kita bisa pakai bius jarak jauh" tambah Andra.
"Gimana caranya?" Tanya Darren.
"Lo pernah liat peluru ditiup gak?" Tanya Andra.
"Pernah"
"kita pakai cara kayak gitu aja, cuman pada pelurunya kita kasih obat bius"
"Peluru?" Tanya Aurel, menurutnya menggunakan peluru dapat melukai satpam tersebut.
"Maksudnya bukan peluru buat pistol rel, pelurunya kayak Jarum, jadi aman buat digunain"
"Gue berusaha paham" ucap Aurel. Andra dan Darren tak habis pikir dengan sikap kekanak-kanakan Aurel.
"Jadi kapan kita mulai?" Tanya Andra.
"Besok" semuanya menyetujui ucapan Aurel, Karna lebih cepat selesai itu lebih baik.
Setelah semuanya sepakat, Darren pamit pada aurel. Ia belum pulang sedari pagi, mungkin orang tuanya akan khawatir jika belum melihatnya dirumah.
"Rel gue pamit ya" Darren mengambil tas yang terletak disampingnya.
"Mau pulang sekarang?"
"Iya, orang tua gue pasti khawatir kalau gue gak ada dirumah jam segini" Aurel yang mengerti maksud Darren, ia tak melarang.
"Yaudah, hati-hati"
Darren pergi dari rumah Aurel, sebelum pergi ia melihat Andra dengan tatapan yang tajam. Andra sadar dengan tatapan Darren, tapi ia tetap tak peduli. Setelah kepergian Darren, Aleta memanggil Aurel dan Andra untuk makan malam.
Aurel dan Andra menghampiri Aleta, tapi Aurel tak melihat papanya ada dimeja makan.
"Ma, papa mana?" Tanya Aurel.
"Dikamar, kamu panggil sana! Ajak makan bareng" pinta Aleta.
"Iya ma" Aurel menuju kamar orang tuanya, sebelum masuk ia mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Masuk!" Pinta Gio.
"Pa, ayo makan bareng" ajak Aurel.
"Kamu duluan aja, nanti papa nyusul"
"Papa sibuk ya?" Tanya Aurel.
"Gak, cuma ada beberapa pekerjaan yang harus papa selesain, dikit lagi kok" gio berusaha membujuk Aurel agar ia mau mendengarkannya.
"Yaudah deh pa" Aurel meninggalkan kamar orang tuanya dan kembali ke meja makan.
"Gimana?" Tanya Aleta
"Nanti papa nyusul" jawab Aurel.
"Gapapa, papa pasti sibuk, kita makan duluan aja, nanti kalau papa lapar dia pasti makan" ucap Aleta.
Baru saja Aurel ingin menyendok nasi, gio sudah ada di meja makan.
"Papa, ayo makan" ucap Aurel, ia kembali meletakkan sendoknya.
"Papa mau makan apa? Biar aku ambilin" semangat Aurel, baginya makan bersama gio adalah kejadian langkah. Karna gio sangat jarang berada dirumah, ia selalu berada diluar kota dengan alasan pekerjaan.
"Gak usah, papa bisa sendiri kok" ucap gio lembut, ia tau putrinya ini sangat menyayanginya.
"Kamu lanjut makan aja" Aurel hanya manggut-manggut mendengar papanya.
"Tan, aku ke kamar duluan ya" pamit Andra.
"Udah selesai makannya?" Tanya Aleta.
"Udah kok tan"
"Yasudah" saat Andra ingin pergi, matanya tak sengaja bertatapan dengan gio. Ada pesan tersirat dari mata gio saat ia melihat andra. Andra yang menyadari itu hanya bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
.
.
.
.
Thanks udah baca :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
dyz_be
Lanjut Thor...
2022-07-11
0