Ambressio berusaha menenangkan Cindy, mengalihkan perhatian dengan cara bercinta, juga terkadang mengajaknya menonton film di ruang keluarga, dia sudah memasang home teather di ruangan itu. Dan mengajak bermain kartu , atau hanya sekedar mengobrol kecil.
Cindy juga sudah sedikit rileks dan mulai kesibukannya, memasak yang membuat Ambressio tersenyum lebar adalah jika dia sudah memasak desert pasti terlihat berbinar matanya. Seperti anak kecil yang mendapatkan mainan.
" Ini enak banget...creamy...mhmm...", Celoteh Cindy dengan membawa desert berjalan ke tempatnya Ambressio yang sedang baca file. Lelaki itu sengaja duduk lesehan di ruangan yang akan di buat untuk anak-anak bermain nantinya.
Dengan tampa bersalah ia langsung duduk di pangkuan sang suami , duduk mengangkang di pangkuannya. Menyodorkan sendok berisi cake bertabur keju atas nya ke mulut Ambressio. "cobalah..." Ambressio sedikit terkejut mendapati tumbuhnya diduduki oleh Cindy.
"Sweetie..." Suaranya serak karena anggota tubuhnya bereaksi dengan bersentuhan pantat sang istri. Dipejamkankan mata lalu menatapnya ditelannya makanan itu. Cindy tersenyum lebar. "Suka ...?" Tanyanya.
" Eheemm...suka....suka lagi jika bisa make out... swetie..." Kedua alisnya terangkat dan matanya menatap ke bawah. Cindy mengerjab.." Tadi ...sudah...kan?" Katanya manja. "Tapi kamu menggoda lagi sweetie..." Jelasnya memelas.
Cindy cemberut sedetik dia berpikir, " Apakah baby nya tidak marah?", Tanyanya lagi. "Aku akan lebih berhati-hati" Katanya meyakinkan. Hening sesaat. Cup...cup... Cindy mengecupnya di bibir lalu melangkah pergi menuju ke arah kamarnya. Ambressio tertawa kecil lalu menyusul nya, mereka tiada bosan melakukan ritualnya.
Seusai membersihkan dirinya Ambressio membuka almari es mencari air, karena haus ia langsung saja turun tanpa mengenakan t- shirt hanya celana pendeknya dengan rambutnya yang masih meneteskan air. Diteguknya air di botol itu hingga tandas, matanya menatap isi dalam almari, "Harus ke minimarket semua sudah habis." Batinnya. "Huby.....sini...." , Panggil manja Cindy membawa handuk kecil.
Ambressio berjalan menuju sang istri dan membimbing nya ke Sofa panjang. Cindy duduk dan Ambressio tidur dipaha bermanja-manja. "Agak sulit ya sweetie... mereka sudah besar.." Katanya serak.
"Mhmm...tapi mereka ga bikin aku repot, aku masih enjoy makan dan jalan-jalan." gumam Cindy. "Ok. aku akan belanja di almari pendingin sudah habis sayuran, buah.." "Apa aku boleh ikut?" "Kau masih kuat berjalan lama sweetie?" "Aku bisa",jawab Cindy bersemangat. "Baiklah tapi janji jika capek bilang,ya?" Cindy mengangguk.
Awalnya mereka akan berbelanja di minimarket terdekat, namun Cindy ingin ke mall sambil berbelanja baju anak-anak, mereka akhirnya ke mall yang terbesar di kota itu, mereka memutuskan mencari baju bayi terlebih dahulu,.
" Jangan beli terlalu banyak. Nanti sesudah bayi nya lahir baru kita belanja lagi, katanya bayi itu cepet besar," bisik Cindy. Ambressio hanya mengangguk dan tersenyum. Mereka berjalan beriringan menuju ke minimarket mall tersebut. Disana Cindy langsung mengambil buah buahan, sayuran, daging, sepanjang stand minimarket ada promo produk jajanan, Cindy selalu menyuapi Ambressio.
Karena kesal Ambressio ganti menjahili sang istri, pada saat mulutnya penuh disuapkannya ke Cindy melalui mulut nya. Cindy melebarnya matanya setiap kali Ambressio melakukan itu, sedangkan sang pramuniaga memalingkan wajahnya dengan wajah malunya. Sementara pengunjung yang lain tersenyum.
Hingga akhirnya mereka pun keluar dari minimarket. " Ingin es krim" tunjuk Cindy. Ambressio hanya mengangguk. Mereka duduk di bangku jalanan mall dengan makan es krim Vania stroberi.
Dari arah berlawanan Sarah dan Revalia berpandangan dari jauh mereka melihat momy mereka berdua dengan om Ambressio, ini adalah weekend sudah kebiasaan pulang sekolah jalan jalan, mereka ditemani Sammy.
"Momy.." Sapa mereka begitu dekat. Ambressio dan Cindy terkejut dengan kedatangan mereka. "Sayangku.." Cindy hanya terdiam, kedua putrinya berhamburan memeluknya. "Kami kangen..". seru mereka bersama. Cindy hanya terdiam menangis. " Momy...hamil? Apakah dia adik kami?", tanya Sarah semangat. "Momy kenapa pergi dari rumah? Kenapa sekarang bersama om Ambressio?", Tanya Revalia.
"Maafkan momy. Mom..tidak dapat pulang karena mom salah, Daddy ... kaliyan tidak sayang lagi. Jadi momy... yang pergi" Jawabnya terbata.
"Kau tetap anak momy", Bisiknya. Ambressio hanya duduk diam. "Kita cari tempat lain untuk mengobrol?", pinta Ambressio. Mereka berjalan beriringan menuju food court. Ambressio dan Sammy memesan makanan dan minumannya, lalu mereka duduk bersama, "Apa kita akan bertemu seperti ini momy?' tanya Sarah.
"Momy mu tidak bisa bertemu seperti sekarang, kau lihat perut besarnya? Kami sedang menunggu kelahirannya, adik adik kaliyan", jawab Ambressio. "Adik adik? Apa Mereka ada dua?" tanya Revalia bersemangat. Cindy hanya mengangguk.
"Momy apa kami boleh bermain bersama?", tanya Sarah antusias. Keduanya mengangguk. Mereka mengobrol dengan asyik. Waktu pun berlalu dan mereka pun berpisah. Dalam perjalanan pulang Cindy bersandar di lengannya Ambressio.
Dia merasa bahagia karena bertemu dengan putrinya yang dirindukannya, ia tidak berani meminta Ambressio mempertemukan mereka. Ia tidak ingin menyakiti hati orang lain lagi, dia sudah merasa bersalah dengan Reynald mengenai kejadian di Cina, walau pada akhirnya Reynald menyakiti perasaan nya dengan mengusirnya dan perceraian, dan alasan perpisahan itulah yang membuat dia bertambah terluka lebih dalam.
Dia akan bertindak hati-hati dan berusaha bahagia bersama Ambressio. Lelaki itu tidak pernah memaksakan kehendak, dan selalu bersamanya setiap saat. Dia beruntung jika tidak mungkin dia sudah berakhir kematian atau ke rumah sakit jiwa.
Ambressio memakirkan mobil Bentley nya. Dia hanya tersenyum melihat sang istri terlelap. Di bukanya pintu rumah lebih dulu lalu menyuruh maid membawakan belanjaannya, kemudian di gendong lah Cindy ke lantai dua tempat kamar mereka.
Ambressio meregangkan pinggangnya, "Kau tambah berat sweetie...apa karena kaliyan yang gendut?" , gerutu Ambressio dengan menatapnya terkekeh. Ia pun turun dan bergelut dengan pekerjaannya lagi. Ia bekerja di rumah karena dia menjadi Ayah siaga, dan berkas berkas itu akan di ambil kurir atau staf kantor. Semuanya demi keamanan sang istri. Dia khawatir keluarga Cartwright muncul dan membahayakan Cindy.
Karena masih ada tiga anggota keluarga nya yang masih bebas di luar sana. Dan mereka berusaha untuk menghancurkan reputasi atau semacamnya keluarga Cassiedy. Jika diperhatikan lagi sifatnya yang tamak itulah yang meracuni kewarasannya, Reynald sudah memberikan posisi bagus untuk keduanya ayah dan anak itu, sifat manusia yang serakah lah yang selalu menjadi pemicunya manusia berbuat lebihnya.
Ambressio merapikannya dia sudah hampir menyelesaikan pekerjaan, waktu sudah menunjukkan jam makan malam ia pun naik ke atas memeriksa sang istri. Ketika pintu kamar di bukanya Cindy tidak ada di kasurnya, ia melirik Ke arah balkon kosong, dia tidak ada. Dia pun ke kamar mandinya. Alangkah terkejutnya dirinya melihat Cindy duduk dengan genangan cairan bening bercampur keruh.
"Sweetie ada apa?" , tanyanya gugub. Cindy hanya menggeram dan meringis menahan sakit. Ditangannya ada gawai masih tersambung,di lihatnya siapa yang menelponnya. Mama? Segera di matikannya sambungan tersebut.
Ia mengangkat sang istri dan turun ke bawah dan membawanya ke rumah sakit "Ibu dan Anak dibantu maid membawakan perlengkapan bersalin. Ia sengaja meminta maid menginap sejak kandungan Cindy berusia tujuh bulan. Karena dapat membantu nya jika ada sesuatu yang terjadi nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments