''Naik El jagan buat Kakak marah''ucap Fildan singkat tampa mau dibantah akhirnya Ayra hanya menurut karna takut laki-laki didepannya ini akan berbuat nekat.
Ayra tau betul Fildan tidak akan meyerah sebelum apa yang diiginkannya tercapai.
''Kita mau kemana Kak''tanya Ayra karna Fildan tidak megarahkan motornya kearah jalan pulang kerumah Ayra.
''Apa kamu sudah lupa ini jalan mau kemana El''ucapnya sambil menoleh kebelakang menatap Ayra sekilas.
''Ini"...ucap Ayra sambil megigat igat.
''Jagan bilang Kakak mau gajak Ay kerumah orang tua Kakak''ucap Ayra degan wajah terkejut.
''Tepat sekali, tebakan mu benar sayang''jawab Fildan santai.
Sejujurnya Ayra juga sagat merindukan sosok Bunda dari Fildan karna beliau sagat menyayangi Ayra seperti anaknya sendiri.
Begitu juga sebaliknya terlebih lagi karna Ayra sudah tidak memiliki Ibu.
Beberapa saat kemudian motor Fildan sudah masuk dikawasan perumahan Elit,tidak memakan waktu yang cukup lama karna rumah mereka masih dikota yang sama.
''Assalamualaikum''ucap Fildan pada saat sampai didepan pintu rumah.
''Walaikum salam'' jawab Bibik dari dalam.
''Eh Den Fildan ayo masuk Den''ucap Bibik sambil membuka lebar pintu.
''Bunda mana Bik''tanya Fildan kepada asisten rumah tangganya yang bernama lumi.
''Ibuk ada ditaman belakang Den biasa lagi yiram tanaman''ucap Bibik sambil menoleh pada Ayra.
''Ini siapa Den''karna sepertinya wanita paruh baya itu melupakan Ayra padahal dari dulu Ayra sering main kesini.
''Calon Istri jawab Fildan singkat''yang membuat nafas Ayra tercekat.
"Calon Istri kenapa hati gue jadi seneng ya"...sadar Ayra sadar kamu itu istri orang"..batin Ayra.
''Cantik sekali Den Fildan memang pintar mencari calon Istri"... ucap Bibik sambil terseyum ramah pada Ayra.
''Iya dong siapa dulu Fildan gitu lho''
''Ya sudah Fildan ke Bunda dulu ya''ucapnya sambil menarik tagan Ayra.
"Kak Fildan tadi kenapa bilangnya Ay calon Istri Kakak"..Ay kan sudah menikah"...ucap Ayra sambil megikuti langkah lebar Fildan.
"Itu sekarang belum tentu besok" jawabnya acuh.
*******
"Bunda"....ucapnya sambil melangkah memeluk Bunda Fatma degan sayang.
"Fildan" dasar Anak nakal kenapa kamu pergi dikampung terpencil seperti itu, kamu tau gak Bunda itu khwatir setegah mati sama kamu"..Bunda megomel sambil terus menagis.
"Lihat kulitmu menjadi gelap begini"
"Bunda tenang saja jagan kawatir, Fildan baik-baik saja.
"Hitam manis Bunda tambah ****"ucapnya sambil mengedipkan sebelah mata.
"Oh ya Bunda Fildan punya kejutan untuk Bunda"..
"Apa"ucap Bunda sambil menautkan alisnya binggung.
"Tara...ucap Fildan sambil menarik tagan Ayra yang bersembunyi dibelakang Bunda Fatma.
"Massa allah Bunda gak salah lihat'kan"?..ucapnya sambil megucek-gucek mata.
"Bunda" ucap Ayra sambil menghambur memeluk Bunda Fatma.
"Ay kagen Bun"
"Bunda juga Sayang"
"Kemana saja kamu selama ini nak"?..
"Papa mana Bun"?tanya Fildan kepada Bundanya untuk megalihkan perhatian Bundanya agar tidak bertaya yang tidak-tidak lagi kepada Ayra.
"Papa belum pulang masih dikantor"ukamu sih tega baget ninggalin orang tua, sampai Papamu harus kerja rodi megurus prusahaan''.ucapnya degan wajah cemberut.
"Fildan akan pulang setelah apa yang Fildan mau Fildan dapatkan''.ucapnya sambil naik keatas menuju kamarnya.
Bunda hanya mendesah apa lagi yang Fildan iginkan bukannya iya sekarang sudah berbaikan degan Ayra''?.u lalu apa lagi masalahnya''?..itu pikir Bunda.
"Ayo Nak masuk sebentar lagi maghrib,kita ngobrol didalam saja"ucap Bunda sambil menggandeng tagan Ayra.
"Semenjak kepergian mu beru hari ini Bunda bisa melihat seyum Fildan lagi'sejak kamu pergi hidup Fildan jadi berantakan dia memutuskan untuk meninggalkan perusahaan'dan kembali kuliah megambil jurusan PGSD''.
"Saat Bunda bertanya jawabanya hanya satu'andai dia tidak bisa mendapatkan mu paling tidak dia akan memiliki jurusan yang sama degan mu'dan yang paling meyakitkan hati seorang ibu Fildan berjanji untuk tidak akan menikahy jika tidak degan mu Nak''.
"Bunda mohon jagan tinggalkan Fildan lagi".ucap Bunda sambil meneteskan Air mata.
Sesak. itu yang Ayra rasakan. dadanya bagaikan dihimpit oleh ribuan batu yang membuat air matanya menetes tampa permisi.
"Maaf kan Ay Bun".ucapnya Lirih yang disambut pelukan hagat oleh Bunda.
"Jagan menagis Nak' yang terjadi antara kalian hanya salah paham,Bunda mohon perbaikilah semuanya Nak"ucapnya lirih.
"Tapi Bun....ucapan Ayra terhenti mendegar suara Fildan.
"Bunda tenang saja dalam waktu dekat kita akan segera menikah''.
"Iya kan sayang"?ucap Fildan santai sambil menarik pinggang Ayra.
"*Apa menikah apa Kak Fildan sudah gila"batin Ayra megumpat.
"Aku tau sayang pasti kamu sekarang sedang megumpatku,tapi aku tidak perduli apa pun rintagannya akan aku lalui meskipun itu suami bejatmu''.batin Fildan seperti tau isi hati Ayra*.
"Waduh Bunda dijadikan obat nyamuk"Ucap Bunda kerna melihat Fildan memeluk pinggang Ay degan posesif.
"Ehemm "Fildan berdehem untuk menetral kan detak jantungnya.
"Dret...dret....dret....gawai Ayra bergetar.
Degan Cepat Ayra meraih gawai yang iya simpan didalam tas.
"Irfan''u gumamnya lirih yang masih bisa didegar Fildan.karna laki-laki itu juga sempat megintip.
"Ayo sayang naik keatas kamu mandi dulu nanti akan Kakak suruh supir untuk membelikan Adek pakaian".
"Hem...baik lah"jawab Ayra singkat.
"Permisi Bunda Ayra keatas dulu"
Bunda hanya meganguk sambil terseyum.
****
Dikamar.
"Agkat"ucap Fildan setelah mereka sampai dikamar.
"Tapi Kak"?ucapan Ayra terhenti saat melihat tatapan digin Fildan.(iya tau laki-laki didepannya sagat pencemburu tapi bukan kah dirinya bukan siapa-siapanya lagi)
"Agkat"ucapnya lagi.
Degan cepat Ayra megankat telfon dari Irfan.
"Louspeker"ucap Fildan dingin.
"Kamu kemana saja dasar perempuan tidak berguna, kan mas sudah bilang Mas perlu uang, kenapa kamu megabaikan telfon Mas dan malah mematikannya"sederet perkataan yang sagat meyakitkan membuat Ayra merigis sambil menatap wajah Fildan yang sudah memerah degan rahang megeras.
"Tapi Mas Ay sudah tidak punya uang"jawab Ayra degan nada gemetar"degan mata megarah ke arah Fildan karna laki-laki itu emosinya sudah sampai keubun-ubun.Fildan berdiri sambil megepalkan tagan.
"Mas gak mau tau kamu harus kirim kan Mas uang secepatnya, terserah kamu dapatkan dari mana ,mau kamu menjual diri untuk mendapatkannya Mas tidak perdulu"...Kembali perkataan meyakitkan berasal dari seberang sana.
"Sayaang apa masih lama ayo lah aku sudah tidak tahan"suara perempuan diseberang sana.
Membuat air mata Ayra tumpah tampa diminta.
Degan cepat Fildan mematikan telfon dari Irfan dan meraih tubuh Ayra kedalam dekapannya.
"Pernikahan seperti apa yang kamu jalani Dek,sungguh Kakak igin membunuh laki-laki bajigan itu sekarang juga"Kakak berjanji Dek akan merebutmu kembali dari laki-laki berensek itu"batin Fildan sambil ikut meneteskan air mata mendegar tagis pilu Ayra didelam dekapannya.
"Maafkan Kakak Dek ini semua salah Kakak,Kakak berjanji akan melindungimu dan akan segera membebaskan mu darinya "ucap Fildan lirih.
Setelah merasa lebih tenang Ayra pelepaskan tubuhnya dari Fildan.
"Maaf Kak"ucapnya degan suara yang masih sesegukan.
"Kenapa minta maaf heem"...ucap Fildan sambil megankat dagu Ayra agar menatapnya.
Jelas perlakuan Fildan membuat Ayra gugup hingga jantungnya terasa berdetak lebih cepat.
"Ha....ha....ha....teryata kamu masih gadis polos Kesayagan Kakak"...tawa Fildan pecah melihat reaksi Ayra yang sama sekali tidak pernah berubah masih gugup dan gemetaran jika berdekatan degannya.
"Ya sudah cepat mandi setelah makan malam Kakak antar pulang kerumah Ayah"atau kamu mau meginat disini "Fildan bertanya degan serigai licik diwajahnya.
Membuat Ayra buru-buru masuk kekamar mandi dan meguncinya dari dalam.
"Fildan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Ayra.
"Fildan sini Nak Bunda mau bicara"ucap Bunda saat melihat Fidan turun kebawah.
"Kapan kamu akan melamar Ayra"
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments