"Assallamualaikum" Salam Airy dengan suara yang lembut, tidak seperti biasanya.
"Waalaikum sallam, duduk dulu, salim dengan orangtua dan Kakek Nenekmu" Kata Kyai Besar sambil menunjuknya.
Airy masih bingung dengan kedatangan kedua orang tuanya dan Kakek Neneknya. Ia berusaha mengingat-ingat kesalahan apa yang telah ia lakukan, sehingga keluarganya datang kepesantren. Soal kepindahan Airy ke MA juga hanya rahasia Ustad Zainal, Ustadzah Ifa dan Raihan saja.
"Uti, ada apa sih?" Bisik Airy kepada Leah (neneknya).
"Uti, kangenlah sama cucu kesayangan Uti ini. Emm udah besar aja" Kata Leah menarik dagu Airy.
"Baru dua minggu lalu kita ketemu Uti, masa iya udah kangen saja" Kata Airy.
Ruchan dan Kyai besar memulai pembicaraanya, perjodohan telah di tetapkan. Airy sangat terkejut, ia sampai berdiri mendengar kata Perjodohan itu.
"Perjodohanku? Dengan siapa? Kapan? Kok Kakung sama Kyai besar bahas itu sih? Aku belum mau menikah kalau Bang Raihan nggak menikah dulu, banyak yang belum aku lakukan Kakung, Pa, Mi, Utiii" Kesal Airy, ia langsung keluar dari ruang tamu.
Semuanya hanya tersenyum melihat kepanikan Airy itu, Airy pun berlari hingga menabrak Adam (calon suami, serta anak kedua Kyai besar).
"Aduh, paijo! Tas nya isinya apaan sih? Berat banget deh" Jerit Airy, tas milik Adam terjatuh mengenai kaki Airy.
"Astaghfirullah hal'adzim, saya minta maaf ya, saya nggak sengaja. Kakimu sakit?" Tanya Adam dengan lembut.
Namanya Adam Maulana Malik, usia 25 tahun hafidz juga, ia baru saja kembali dari Arab bersama tiga sahabatnya. Calon suami Airy, lelaki lembut, pendiam, sopan serta tutur sapanya sangat santun.
Tidak sengaja, Adam melihat kedua bola mata Airy, tatapannya semakin dalam. Deg deg deg, iya! Adam jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Bukan mahram! Jaga pandangan, dosa tau, Assallamualaikum!" Kesal Airy dengan berjalan terpincang-pincang.
"Waalaikum sallam warahmatullahi wabbarokatuh, siapa dia? Sepertinya tidak asing deh" Gumam Adam.
Semua orang diruang tamu itu menertawakan Adam yang di bentak dengan Airy, tidak menyangka jika Airy bisa membuat Adam diam. Karena ia biasanya akan ceramah jika bertemu dengan wanita yang bukan mahramnya bertingkah seperti itu.
"Adam, sini Dek! Ada Ustad Ruchan dan orang tua Airy, Raihan juga" Kata Ustad Zainal memanggil Adam.
"Assallamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh" Salam Adam bersalaman dengan Abi, Ustad Zainal, Ruchan dan Rifky.
"Nah tadi itu Airy, saudara kembar Raihan, sekaligus calon makmummu" Kata Kyai Besar.
"Ah Kyai ini, biarlah mereka menentukan masa depannya sendiri, walaupun saya tau jika Adam dan Airy tidak keberatan jika di jodohkan, tetapi biarlah mereka yang menentukan" Kata Ruchan.
"Ya ndak papa dong, ini juga kan hanya obrolan orang tua, iya ndak nak Rifky. Boleh to, putri kesayanganmu itu menajadi salah satu menantuku? Jadi istrinya Adam?" Tanya Kyai besar sambil menepuk paha Rifky.
"Hah? Dia Airy yang waktu itu Bi?" Tanya Adam.
"Iyo, udah besar to? Dia nggak kenal kamu, karena dulu cuma sebentar bertemunya, pas nikahannya Kabir sama Nisa, sebelum sama anak angkatmu itu!" Kata Kyai besar.
Ingatan Adam, waktu itu, Adam dan Zainal ikut Abinya ke pernikahan Kabir waktu itu. Tidak sengaja Airy menabrak Adam yang saat itu membawa makanan dan menumpahi baju Airy, lalu Airy memarahinya, menarik sarungnya dan bahkan melemparkan sandal Adam ke atas atap ketika Adam ikut sholat jama'ah di masjid pesantren.
"Emm, tapi Abi... emm nggak jadi" Kata Adam.
"Kamu keberatan ya? Saya sudah sangat kuwalahan dengan anak itu, dia hanya mau mengikuti perkataan Raihan, tetapi Raihan sebentar lagi akan kami kirim keluar negri, lalu siapa yang akan menjaga dan membuat Airy menjadi muslimah yang baik?" Kata Rifky.
Adam hanya tersenyum, bagaimana mungkin ia menolaknya. Karena melihat matanya saja sudah membuatnya jatuh hati, apa lagi harus di sampingnya dan menua bersama Airy.
"Isya Allah jika Allah menghendaki Om, Ustad, Abi. Saya hanya perlu menyesuaikan saja" Kata Adam.
Di luar, Airy mengomel-ngomel sendiri tidak jelas, ia kesal karena perjodohan itu, Airy memang mau di jodohkan, tetapi bukan dalam waktu dekat itu, ia ingin mengejar dulu apa yang telah ia impi-impikan. Lalu menemukan, lalu ikut Raihan belajar di luar negri, di Kairo juga tentunya.
"Enak aja main jodoh-jodohin aku, emang aku nggak bakal laku apa kalau nggak dijodohin sekarang?" Gerutunya.
"Aku belum pernah bertemu dengan anak kedua Kyai itu, tetapi aku ini masih ingin belajar, bebas lalu terbang tinggi menggapai cita-cita. Masa iya aku harus mengikuti jejak Ami sama Uti sih, kan nggak lucu" Sambung Airy.
"Eh kan emang bukan sedang melawak ya, ishh" Kata Airy menendang pohon.
"Wuih rindang pohonnya, panjat aja lah. Udara spoy-spoy di atas pohon itu enak, syahdu hahaha" Kata Airy sambil memanjat pohon rambutan.
Pembahasan perjodohan akan di lanjut ketika Airy sudah siap, itu hanyalah wacana orangtua saja. Adam pun masuk ke kamarnya, lalu istirahat sejenak. Saat membuka jendela, dan mengadahkan kepalanya ke atas, ia tidak sengaja melihat Airy yang sedang nangkring di pohon.
Pohon rambutan yang Airy panjat itu memang tepat ada di samping jendela kamar Adam, jadi ketika Airy berbicara sendiri, Adam bisa mendengarnya.
"Nggak nolak aku tuh di jodohin, tapi mbok ya nanti, nunggu aku lulus sekolah, kuliah gitu. Enak aja, mau jadi apa nanti masa depanku" Kesal Airy.
Adam mendengar gerutuan Airy dari balik jendela itu tak kuasa menahan tawa. Mendengar ada yang menertawakannya, Airy langsung turun dan menggebrak jendela kamar Adam.
Brakkk!!.
Suara gebrakan jendela membuat Adam kaget dan melihatnya keluar. Ketika melihat keluar, ternyata Airy sudah ada tepat di depan jendela.
"Astaghfirullah hal'adzim" Saking kagetnya Adam langsung memalingkan wajahnya.
"Ketawa aja terus, eh tunggu! Kamu kan yang tadi nabrak aku to? Kamu ngapain di kamar anaknya Kyai besar?" Tanya Airy.
"Woy, kosek-kosek (sebentar), jangan-jangan kamu anak keduannya? Adiknya Ustad Zainal kan?" Sambung Airy.
"Assalamualaikum, Iya perkenalkan nama saya Adam, kamu Airy ya?" Tanya Adam sedikit gugup dengan tangan terus memainkan jarinya.
"Waalaikum sallam, jadi kamu yang mau di jodohin sama aku?" Tanya balik Airy.
"Emm boleh juga, tapi kan nggak harus secepat ini kan? Lagian si Rudal, eh Rindi itu juga suka sama orang ini, hahahha aku kerjain aja si Rudal itu" Batin Airy sambio mengeluarkan tanduknya.
"Insya Allah iya jika kamu bersedia, saya hanya mengikuti apa yang Abi dan Kakak saya saja" Jawab Adam.
"Assallamualaikum!" Salam Airy langsung pergi.
"Waalaikum sallam warrahmatullahi wabarokatuh" Jawab Adam.
Adam hanya tersenyum, ia merasa bahwa Airy tidak tertarik dengan perjodohan itu, apa lagi dengannya, Apa boleh buat, ia hanya bisa menunggu dan menunggu saja sampai Airy sudah siap. Tanpa Adam ketahui, Airy tidak pernah mempermasalahkan dirinya, hanya saja Airy belum mau memikirkan pernikahan ataupun peejodohan dini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 399 Episodes
Comments
Nita_
kocak
2021-11-09
0
گسنيتي
maaf thor. judul novel kedua orang tua airy apa ya .. saya ketinggln impo ne hehe..
2021-11-01
1
Rosita Husin Zen
semogah Adam dan Ary jdi temen hidupnya selama2nya sampai kakek nenek dan bahagia bersama keluarga kecilnya aaamiin
2021-09-05
1