Synnefá: Into The Sky

Synnefá: Into The Sky

Apa Itu "Langit"?

“Kriiingg… Kriingg…” Suara bel istirahat berbunyi. Tak biasanya perutku lapar jam segini. Aku pun turun ke kantin untuk membeli camilan sekedar mengganjal perutku. Aku menuruni tangga sambil melihat banyak murid-murid yang lain juga mengarah ke kantin. Kulangkah dengan sedikit tergesa-gesa agar tidak keburu sesak penuh di kantin.

Sesampainya di kantin, aku terkejut karena sudah penuh sekali. Orang-orang semua berkumpul dengan teman-temannya, riuh suara obrolan sana sini, hingga suara teriakan mereka yang saking asiknya mengobrol seperti pasar. Aku melihat-lihat warung mana yang terlihat cukup sepi. Tapi keadaan sudah ramai penuh sesak sehingga semuanya menjadi tak beraturan. Aku pun mengurungkan keinginanku untuk membeli camilan dan kembali ke atas sendirian. Kebetulan teman-teman sekelasku yang lain sedang asyik mengobrol di kantin, sedangkan aku kurang suka keramaian. Saat aku ingin mendaki tangga muncul perempuan teman sekelasku datang menghampiriku.

“Malka!” seru perempuan itu sambil berjalan cepat menuju kepadaku.

“Alya, ada apa?” tanyaku heran.

“Ku lihat, tadi kau hanya melihat-lihat kantin saja. Kau tak membeli apa-apa?” tanyanya yang tanpa kusadari kalau dia melihatku tadi di kantin.

“Kau melihatku? Iya, tadi aku hanya ingin membeli camilan tapi ramai sekali. Akhirnya aku tidak jadi membeli apapun dan ingin ke kelas,” jawabku kepadanya yang biasa-biasa saja.

“Baiklah, ini untukmu…” ucap Alya sambil memberikanku coklat kemasan.

“Coklat?” tanyaku heran dan terbenak di kepalaku untuk apa ia memberinya kepadaku dan kenapa.

“Ya… Kau mau camilan kan?” jawab Alya yang bahagia menegaskan kepadaku. Tidak baik menolak tawaran akhirnya aku terima saja.

“Terima kasih,” ucapku kepadanya sambil menerima tawarannya tersebut. Kemudian ia langsung lari ke arah kantin lagi “Mungkin mau bertemu teman-temannya” dalam benakku.

“Kriiingg… Kriingg…” bel masuk kelas sudah berbunyi dan aku pun segera menuju ke kelas. Saat aku masuk kelas, anak laki-laki sedang berkumpul mengobrol tapi entah apa yang mereka bicarakan. Aku kembali ke tempat dudukku sambil menikmati coklat pemberian teman sekelasku tadi. Tiba-tiba teman sebangkuku yang sedang berkumpul itu datang kepadaku, duduk di sebelahku, dan langsung bertanya padaku.

“Oi… tadi kau sedang apa dengan Alya?” tanya temanku itu dengan suara pelan dan penuh penasaran.

“Hanya mengobrol sedikit,” jawabku sinis kepadanya karena perilakunya seakan-akan menginterogasiku.

“Sungguh beruntung sekali kau…” saut temanku tadi masih dengan suara yang pelan, mungkin tidak enak membicarakannya apa kalau sampai kedengeran orang lain.

“Hah? Apanya yang beruntung dari itu?” tanyaku heran kepadanya karena menurutku ia semakin aneh.

“Apa?! Kau masih belum mengerti juga? Kau tadi baru saja mengobrol dengan perempuan paling cantik di kelas ini… bahkan di dunia. Apa kau tak sadar kalau mereka yang sedang berkumpul itu sedang membicarakanmu? Banyak orang yang suka kepadanya, dari yang hanya diam-diam sampai nekat dan memalukan Alya di depan banyak orang. Semenjak itu dia lebih protektif kepada laki-laki apalagi orang sepertiku. Makanya aku menyebutmu sebagai laki-laki paling beruntung di sekolah ini…” jelas teman sebangkuku yang heran, sedikit kesal, memuji, bercampur menjadi satu sambil menunjuk ke teman laki-laki yang sedang berkumpul itu.

Memang yang kukenal, Alya merupakan gadis cantik di kelas bahkan di sekolah ini. Aku sering melihat orang-orang memberikan makanan atau barang bagus lainnya kepada Alya. Badannya yang menawan dan "seksi", tak sedikit membuat para lelaki tergairahkan. Meskipun menggunakan seragam yang rapih dan sopan, tetap saja ada celah bagi orang-orang "nakal". Orang-orang juga banyak heran dan penasaran kepadaku karena aku sesekali mengobrol dengannya. Tapi aku menganggapnya hanya sebagai teman. Aku juga tidak ada perasaan apapun kepadanya. Mungkin karena aku lebih sering mengobrol dengannya daripada mereka yang bahkan tidak pernah mengobrol padanya. Sekalipun ada laki-laki yang mengajaknya mengobrol, dia memilih-milih dan sering hanya dibalas dengan balasan pendek dan langsung meninggalkannya.

Kali ini mata pelajaran kelasku sekarang adalah geografi. Namun guru geografi itu tak kunjung masuk kelas. Lebih lambat dari biasanya. Biasanya beliau datang lebih awal bahkan sebelum murid-murid kembali dari kantin. “Sudah lima belas menit, tumben sekali…” benakku heran karena beliau belum masuk kelas juga.

Tak lama kemudian beliau masuk sambil membawa buku pelajaran, tempat pensil, dan absensi serta laporan harian guru. Beliau duduk dengan penuh karisma dan mengabsensi murid-muridnya satu persatu. Aku sangat idola dengannya dan menjadi panutanku. Dari sekian banyak guru di sekolah ini yang terbaik, ini lebih terbaik dari yang terbaik bagiku. Beliau berpendidikan tinggi dan sangat tahu tentang pelajaran yang dianutnya itu.

“Baik anak-anak. Buka buku kalian halaman 117!” seru beliau dengan tegas dan berwibawa. “Baik, Pak!” jawab kami semua dengan lantang dan sigap. Kebetulan materi kali ini ialah tentang langit dan angkasa.

“Sekarang saya akan menjelaskan langit planet kita. Langit kita berbeda dengan planet-planet lainnya. Langit kita terdiri jadi tujuh lapisan, berguna melindungi planet ini dari segala benda angkasa yang ingin menabrak bumi. Menurut para ilmuwan, semenjak 1000 tahun yang lalu, tidak ada satupun benda angkasa yang menabrak bumi sampai sekarang. Padahal mereka sudah mendeteksi lebih dari tiga ribu benda angkasa menuju bumi, tapi entah kemana,” ucap guruku menjelaskan. Tapi tiba-tiba salah satu temanku bertanya.

“Maaf pak. Saya ingin bertanya. Kita semua pasti pernah mendengar rumor bahwa kita tidak bisa menembus langit karena ada pembatas. Namun mengapa kita masih dapat melihat angkasa?” Tanya temanku dengan serius dan penuh penasaran.

“Baiklah saya akan jawab. Langit memang memiliki pembatas seperti yang kau tanyakan. Tapi kita bisa menuju ruang angkasa dan melihatnya karena persamaan dimensi. Para ilmuwan dan saya percaya, ada sesuatu di langit yang tidak dapat kita lihat, rasakan, amati, apapun interaksinya, kita tidak akan bisa dan tidak akan pernah tahu,” jawab beliau dengan penuh rasa yakin.

“Tapi pak, bagaimana para ilmuwan bisa tahu kalau di sana benar-benar ada sesuatu itu?” lanjut pertanyaan dari temanku yang sama.

“Kriingg… Kriingg…” bel jam pelajaran selanjutnya telah berbunyi. “Baiklah anak-anak sampai sini dulu pertemuan kita. Maaf saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Untuk hari ini kalian tidak ada tugas dari saya. Sekian~” ucap beliau lalu ia meninggalkan kelas. Aku yang tidak tahu apapun yang ditanyakan dan dijawab oleh guruku. Namun aku tertarik untuk mencari tahu akan itu. Selanjutnya kegiatan belajar belajar seperti biasa sampai pulang sekolah.

Setelah pulang sekolah, satu persatu teman-temanku meninggalkan kelas dan pulang kerumahnya masing-masing. Aku yang masih penasaran ingin pergi ke perpustakaan. Sekolah semakin sepi karena hari sudah semakin larut. Di depan perpustakaan ada Ibu perpustakaan bertanya kepadaku.

“Baru pertama kali kesini? Jangan menyesal bila tidak menemukan apa yang kau cari!” seru Ibu perpustakaan padaku. Aku hanya mengangguk sedikit kemudian masuk kedalam. Ketika aku masuk di dalam perpustakaan sekolah, aku terkejut ada Alya yang sedang mencari buku dan sedang berusaha menggapainya buku itu karena terlalu tinggi baginya. Aku mencoba membantunya untuk meraih buku itu.

“Hmph… Terima kasih,” ucap Alya yang sedikit kaget karena melihat aku yang tiba-tiba membantunya.

“Sedang apa kau di sini?” tanyaku heran karena semua teman-teman sudah meninggalkan sekolah.

“Aku memang hampir setiap hari kesini. Kenapa kau kesini?” jawab Alya sekaligus bertanya kepadaku kebingungan.

“Aku sedang mencari sebuah buku,” jawabku tenang sambil mengambil-menaruh buku-buku mencari apa yang kubutuhkan.

“Buku tentang apa? Langit? Kalau itu yang kau cari, sepertinya salah lemari…” tanya Alya yang menebak-nebak apa yang kucari.

“Bagaimana kau tahu? Aku belum memberi tahumu sebelumnya.” Aku bingung mengapa Alya bisa tahu apa yang kuinginkan.

“Biasanya… orang-orang kesini tidak lain dan tidak bukan untuk mencari tahu tentang langit itu. Ibu perpustakaan yang mengatakanku begitu. Tapi tidak ada satupun yang mendapatkan apa yang mereka cari. Karena buku itu ditempatkan di tempat yang tidak semua orang tahu,” jawab Alya menjelaskan kepadaku.

“Mari… Ikuti aku,” ajak Alya padaku mengarahkanku kesebuah lemari di pojok perpustakaan.

Sangat sunyi di sini. Semoga tidak ada yang aneh-aneh di sini. Aku mengikutinya sambil melihat kekanan dan kekiri kelemari-lemari buku yang amat banyak itu. Aku tidak terlalu memperhatikan Alya, sampai ia memberikanku sebuah buku.

“Ini, ambillah,” ucap Alya sambil memberi buku kepadaku.

Aku pun mengambil buku itu dan melihat sampul buku fiksi ilmiah yang bertuliskan “Penjuru yang Bersembunyi”. Aneh bagiku karena ini hanya sebuah buku fiksi yang pada dasarnya hanya karangan si penulis.

“Ini hanya buku fiksi. Kau percaya?” tanyaku pada Alya.

“Mungkin seharusnya kau buka halaman terakhir sebelum menanyakannya kepadaku,” jawab Alya dengan yakin dan sedikit menyidir.

Aku membuka buku itu ke halaman terakhir. Aku terkejut bahwa buku ini sebenernya karya seorang jurnalis yang mendapatkan informasi yang bocor dari para ilmuwan yang pernah ia wawancarainya.

“Buku ini ditulis untuk orang-orang yang terpilih untuk menyelamatkan semesta, bukan hanya langit. Sengaja ku pampangkan dengan terang dan mencolok serta ku sebar ke publik bahwa ini hanya sekedar buku fiksi ilmiah. Aku yakin jika buku ini jatuh di tangan yang salah, akan ada banyak keserakahan dan semua akan berlomba-lomba mencari jawabannya. Cukup mereka saja yang tahu, jangan orang awam. Jika buku ini sampai di tangan yang benar, segeralah cari tahu jawabannya dan jadikanlah semesta seperti sedia kala.”

“Semesta? Langit? Apa maksudnya?” tanyaku heran.

“Yang kau sebutkan itu sepertinya berbeda makna dari orang awam,” balas Alya.

“Jadi tidak sama dengan yang ada di buku pelajaran?” lanjutku.

“Mungkin saja,” jawabnya.

“Berarti langit yang dijawab Pak Guru tidak seperti yang kita kenal selama ini?” Aku terkejut saat menyadarinya. Alya menganggukkan kepalanya ke arahku.

Aku yang setelah membaca pernyataan tersebut menjadi sangat bingung dan pusing dibuatnya. Pertanyaanku semakin banyak dan mungkin ini adalah awal sebuah petualanganku untuk menemukan jawabannya. Dalam hatiku aku percaya dan bertekad untuk menemukan jawaban itu. Di samping itu, ada beberapa yang ingin kutanyakan kepada Alya.

“Kau juga percaya ini?” tanyaku padanya.

“Ya, aku percaya semenjak aku masuk keperpustakaan ini pertama kali. Kau percaya?” balasnya.

Hari sudah semakin larut. Langit sudah mulai gelap. Aku ingin meminjam buku ini untuk di bawa pulang, namun kali ini buku-buku tidak boleh dipinjam karena sudah memasuki liburan musim panas. Di masa liburan yang cukup panjang murid memang tidak boleh meminjam buku perpustakaan dengan alasan agar tidak hilang. Aku yang penuh penasaran dan sudah bertekan untuk itu merasa berkecil hati karena tidak ada rujukan untuk aku mencari jawaban akan itu. Aku hanya bisa melihat buku ini sambil melihat beberapa halaman dengan singkat.

“Oiya, kau sudah terlanjur percaya kan? Untuk meyakinkan hatimu, kau boleh datang ke taman dan menemui kami di sana,” ajak Alya kepadaku yang masih menatap buku yang kupegang. Aku hanya bisa melihatnya dan bingung ingin menjawab apa.

“Hari sudah mulai gelap, waktunya pulang. Sampai besok, Malka!” ucap Alya berlari dan menyapa Ibu perpustakaan yang ingin menutup perpustakaan.

“Hai yang di sana! Cepatlah pulang! Perpustakaan ini mau tutup!” teriak Ibu perpustakaan dari depan perpustakaan melihat kepadaku yang masih menunduk melihat buku ini.

“Kau boleh membawanya pulang kalau kau mau!” seru Ibu perpustakaan dengan suara yang agak kencang.

“Oke, Bu! Terima kasih banyak!” ucapku terima kasih dengan hati penuh senang dan segera berlari kedepan perpustakaan dimana Ibu perpustakaan itu berada.

“Nampaknya kau sudah menemukan apa yang kau temukan, Nak,” kata Ibu perpustakaan yang mungkin terlihat bangga.

Aku berpisah dengan Ibu perpustakaan dan langsung bergegas pulang kerumah. Kulihat sekolah benar-benar sepi seperti hanya aku seorang di sini. Aku bisa meluangkan waktu banyak untuk membaca buku itu dan menemukan jawabannya terlebih lagi sekarang sudah memasuki liburan. Mungkin itulah sebabnya banyak murid-murid langsung pulang lebih cepat dari biasanya.

Mungkin inilah awal petualangan yang kuinginkan. Untuk menemukan jawaban itu. Besok aku harus menemui Alya di taman dekat sekolah. Sekolah sudah tutup selama liburan. Dan aku mendapatkan buku tersebut. Akan ada banyak rintangan yang mungkin menanti di depan sana. Hari ini mungkin hari terbaik bagiku selama ini.

Bersambung~

Terpopuler

Comments

°| SapaSaya•

°| SapaSaya•

Penjelasan, pemilihan kata, cara penulisannya mudah dipahami. udh bagus thor keren 👍

2022-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Apa Itu "Langit"?
2 Pertemuan di Taman
3 Desa Kecil "Mennora"
4 Selamat Datang di Synnefá!
5 Latihan Bela Diri
6 Kucing Kesayangan Gras
7 Rencana Ethan
8 Pengakuan kepada Alya
9 Ujian dan Kelulusan
10 Perpisahan
11 Lumiatia
12 Tur Keliling Kota
13 Gadis Taman
14 Makhluk Misterius
15 Pijak Mendarat
16 Sisi Lain Metropolitan
17 Fenomena Misterius
18 Knox Corporation
19 Kawan SMA
20 Hari Pertama Kerja
21 Energi Langit
22 Tempat Kelahiran
23 Ellie Pandai Reparasi
24 Jack Bermain Peran
25 Agenda Terakhir
26 Mimpi Buruk
27 Tariklah Napas Sejenak
28 Nona Cantik "Catherine"
29 Si Jenius "Pappous"
30 Cendekiawan "Ryne"
31 Ahli Senjata "Lydia"
32 Undangan Kehormatan
33 Kuharap Kalian Sukses Selalu
34 Selamat Jalan
35 Kehilangan
36 Bangkit
37 Lukisan
38 Rumor
39 Berkumpul
40 Perampok
41 Serikat
42 Kembali
43 Bersua Reuni
44 Langkah Pertama
45 Toko Perkakas
46 Ramuan Herbal
47 Energi Cair?
48 Kian Memburuk
49 Memilih Risiko
50 Penuh Dilema
51 Menyusun Misi
52 Kejutan dan Kejutan
53 Percaya dan Curiga
54 Rasa dan Rahasia
55 Informasi dan Kesimpulan
56 Gudang dan Senjata
57 Rencana dan Realita
58 Posisi dan Tembak
59 Gagal dan Pergi
60 Tepian Kota
61 Kota Sungai
62 Tur Kecil
63 Malam Berkilap
64 Pentas Teater
65 Putri Malika
66 Halaman Menara
67 Puncak Menara
68 Gelap Gulita
69 Kelam
70 Topeng
71 Rose
72 Penyerangan
73 Sihir
74 Naga
75 Pertunjukkan
76 Malam Bersejarah
77 Malam Pertempuran
78 Tikus Percobaan
79 Meminta Pertolongan
80 Beradu Kebenaran
81 Manusia Iblis
82 Malam Benderang
83 Lintas Dimensi
84 Lama tak berjumpa, Prof…
85 Kami bukan musuhmu!
86 Aku terbang!
87 Ini sama saja dengan ciuman!
88 Kau ingin membuat keributan?
89 Selamat datang, Pahlawan…
90 Saatnya kita memberi pelajaran…
91 Kau terlihat lebih cantik…
92 Apa yang kau rencanakan, Knox?
93 Kabut Hitam
94 Adu Tanding
95 Enggan Merelakan
96 Mantra Terkutuk
97 Medan Tempur
98 Harapan
99 Pahlawan
100 Synnefá!
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Apa Itu "Langit"?
2
Pertemuan di Taman
3
Desa Kecil "Mennora"
4
Selamat Datang di Synnefá!
5
Latihan Bela Diri
6
Kucing Kesayangan Gras
7
Rencana Ethan
8
Pengakuan kepada Alya
9
Ujian dan Kelulusan
10
Perpisahan
11
Lumiatia
12
Tur Keliling Kota
13
Gadis Taman
14
Makhluk Misterius
15
Pijak Mendarat
16
Sisi Lain Metropolitan
17
Fenomena Misterius
18
Knox Corporation
19
Kawan SMA
20
Hari Pertama Kerja
21
Energi Langit
22
Tempat Kelahiran
23
Ellie Pandai Reparasi
24
Jack Bermain Peran
25
Agenda Terakhir
26
Mimpi Buruk
27
Tariklah Napas Sejenak
28
Nona Cantik "Catherine"
29
Si Jenius "Pappous"
30
Cendekiawan "Ryne"
31
Ahli Senjata "Lydia"
32
Undangan Kehormatan
33
Kuharap Kalian Sukses Selalu
34
Selamat Jalan
35
Kehilangan
36
Bangkit
37
Lukisan
38
Rumor
39
Berkumpul
40
Perampok
41
Serikat
42
Kembali
43
Bersua Reuni
44
Langkah Pertama
45
Toko Perkakas
46
Ramuan Herbal
47
Energi Cair?
48
Kian Memburuk
49
Memilih Risiko
50
Penuh Dilema
51
Menyusun Misi
52
Kejutan dan Kejutan
53
Percaya dan Curiga
54
Rasa dan Rahasia
55
Informasi dan Kesimpulan
56
Gudang dan Senjata
57
Rencana dan Realita
58
Posisi dan Tembak
59
Gagal dan Pergi
60
Tepian Kota
61
Kota Sungai
62
Tur Kecil
63
Malam Berkilap
64
Pentas Teater
65
Putri Malika
66
Halaman Menara
67
Puncak Menara
68
Gelap Gulita
69
Kelam
70
Topeng
71
Rose
72
Penyerangan
73
Sihir
74
Naga
75
Pertunjukkan
76
Malam Bersejarah
77
Malam Pertempuran
78
Tikus Percobaan
79
Meminta Pertolongan
80
Beradu Kebenaran
81
Manusia Iblis
82
Malam Benderang
83
Lintas Dimensi
84
Lama tak berjumpa, Prof…
85
Kami bukan musuhmu!
86
Aku terbang!
87
Ini sama saja dengan ciuman!
88
Kau ingin membuat keributan?
89
Selamat datang, Pahlawan…
90
Saatnya kita memberi pelajaran…
91
Kau terlihat lebih cantik…
92
Apa yang kau rencanakan, Knox?
93
Kabut Hitam
94
Adu Tanding
95
Enggan Merelakan
96
Mantra Terkutuk
97
Medan Tempur
98
Harapan
99
Pahlawan
100
Synnefá!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!