Hari yang ditunggu pun tiba. Hari ini dan empat hari ke depan merupakan pekan ujian kelulusan. Semua murid yang datang ke sekolah tepat waktu. Bel masuk pun berbunyi. Aku dan Alya tidak dalam ruangan ujian yang sama. Ruangan untuk semua kelas diacak dan kami duduk satu bangku yang dipisah agak berjauhan dengan bangku lainnya.
Tepat saat hari pertama ujian adalah pelajaran geografi. Tidak ada pertanyaan tentang langit sama sekali. Aku yang sudah belajar dan mempersiakan semuanya dengan yakin menjawab semua soal yang ada di kertas. Suasana ruangan ujian sepi tidak seperti kelas biasanya. Semua murid fokus mengerjakan. Tapi, ada saja di antara mereka yang tetap mencari celah, menjawab soal demi soal dengan cara apapun.
Dalam sehari diadakan ujian sebanyak tiga mata pelajaran. Jadi jumlahnya ada lima belas mata pelajaran yang diujikan dalam lima hari ini. Kujawab semua soal seseuai dengan apa yang telah kupelajari selama di sekolah dan buku-buku yang kubaca. Tak terasa sudah ujian mata pelajaran terakhir dan waktunya sudah mau habis.
Waktu terus berjalan. Sampai ketika sudah memasuki hari terakhir ujian kelulusan. Aku dengan sangat yakin menjawab semua soal itu. Saat semua selesai dan pekan ujian telah berakhir. Aku merasa lega dan puas, karena semua materi yang kupelajari semuanya terdapat pada soal ujian yang kukerjakan.
Setelah pekan ujian kelulusan, kami diliburkan selama dua minggu sebelum kegiatan kelulusan. Aku yang sangat menanti-nanti hasil ujian yang aku kerjakan. Tapi di saat yang sama aku juga merasa sedih karena tak lama lagi aku harus pindah ke kota metropolitan. Ayah sudah membelikan tiket kereta ke Lumiatia dan tiket pesawat dari sana ke kota. Tertulis tanggal dari tiket kereta itu yang mengartikan sehari setelah tanggal kelulusanku. Berarti, aku hanya memiliki dua minggu untuk menghabiskan waktuku di desa ini bersama teman-temanku.
Selama libur, aku sering sekali bermain ke rumah Alya bersama Ellie, Ethan dan Gras. Kami mengobrol seperti biasa dan aku tidak melihat ekspresi apapun dari mereka setelah tahu kalau aku akan meninggalkan desa ini dalam waktu yang cukup lama. Padahal aku sudah memberi tahu pada Alya. Mungkin Alya belum mengatakan kepada mereka.
Suatu hari yang cerah. Kuterima sebuah amplop dari kotak pos di depan rumahku. Setelah kubuka ternyata amplop tersebut berisikan surat undangan kelulusan di dalamnya. Tertulis di surat itu bahwa aku dinyatakan lulus dan acara kelulusan mulai pada pukul tujuh pagi sampai pukul satu siang. Ternyata acara tersebut tidak terlalu lama. Aku masih bisa memanfaatkan waktu setelah acara tersebut untuk mengucapkan salam perpisahan dengan teman-temanku.
Hari kelulusanku pun tiba. Aku yang menggunakan kemeja rapih, jubah toga dan topi wisuda bersama kedua orang tuaku berjalan menuju sekolah. Tak lupa aku juga membawa buku yang pernah kupinjam waktu itu di dalam tasku. Saat sudah dekat sekolah, kami melihat keramaian yang ada di sekitar kami yang juga mengarah ke sekolah. Terlihat mereka yang senang dan bangga berjalan dengan orang tuanya masing-masing. Tapi aku sedih ketika teman-teman sekolahku yang berjalan dengan kedua orang tuanya, sedangkan Alya hanya berjalan hanya dengan Ibunya. Aku yang melihatnya dari jauh tak enak memanggil dan menyapanya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Acara akan segera dimulai. Aku mendapat barisan ketiga dari depan. Barisan tempat duduk wisudawan dengan orang tua dipisah dengan karpet merah terbentang di tengahnya. Tak kusangka aku dan Alya mendapat tempat duduk bersebelahan.
“Waktu berjalan begitu cepat. Kurasa kemarin aku baru memberimu camilan,” ucap Alya tersenyum kepadaku dengan pakaiannya yang sangat rapi.
“Aku masih ingat, ketika kita membahas langit. Ellie, Ethan, Gras. Semua momen yang kita alami bersama. Aku akan sangat merindukannya,” balasku juga tersenyum kepadanya, lalu kepalaku menunduk karena kenangan ini.
“Kenapa kau sedih? Kami akan selalu mengharapkan yang terbaik untukmu. Aku akan selalu menunggumu,” ujar Alya menenangkanku.
“Ini hari yang istimewa. Berbahagialah,” tambahnya penuh senyum dan membuatku menjadi lebih tenang.
Setelah upacara, saat yang dinanti-nantikan pun tiba. Wisudawan dan wisudawati dipanggil satu per satu maju ke podium untuk penyerahan piagam kelulusan. Alya pun dipanggil pertama yang sesuai dengan abjadnya. Aku yang melihatnya dari tempat duduk merasa terkesan dan bangga melihatnya. Raut wajahnya yang berseri penuh senyum dengan pakaiannya yang rapih di depan podium, mengundang perhatian semua hadirin yang ada di ruangan ini. Terdengar omongan pelan dari hadirin yang ada di sekitarku berkata bahwa dialah seorang bidadari yang di turunkan ke planet ini. Kemudian ia kembali duduk di sebelahku dan menunggu sampai namaku disebut.
Sekarang saatnya namaku yang dipanggil. Aku bangun dari tempat dudukku dan maju ke podium. Aku menerima piagam kelulusan. Kemudian aku bersalaman dengan guru-guru. Saat aku bersalaman dengan guru geografi, kusapa dengan mengucap, “Prof…” dan tersenyum kepadanya.
“Professor Vled. Aku sangat bangga padamu,” ujarnya kepadaku.
Selama ini tidak ada murid yang tahu nama dari seorang guru geografi itu. Biasanya beliau hanya dipanggil dengan sebutan “Prof” saja. Namun aku terkejut dan senang mengetahui namanya. Salah satu yang aku idolakan mengucapkan kalimat yang membuatku senang sekali. Setelah bersalaman aku kembali ke tempat duduk. Saat melangkahkan kaki turun dari podium, aku melihat kesenangan dan kebanggaan orang tuaku. Begitu juga dengan Alya. Matanya melebar dan lesung pipinya yang terbentuk. Ia tersenyum lebar dan bangga kepadaku. Aku kembali duduk di sebelahnya.
Saatnya pembacaan penghargaan murid terbaik. Terdengar suara menyebut namaku sebagai murid terbaik. Aku pun terkejut. Alya yang berada di sebelahku tersenyum lebar dan sangat bangga padaku. Begitu juga dengan kedua orang tuaku. Setelah itu adalah agenda penutupan acara.
Setelah acara tersebut selesai, aku harus pergi ke kelas dahulu bertemu dengan teman-teman seangkatan. Di sana kami saling mengucapkan kata perpisahan dan bernyanyi bersama. Aku yang bernyanyi juga ikut terharu melihat teman-temanku yang akan berpisah dan akan mempunyai kesibukannya masing-masing.
Saat aku melintasi perpustakaan, aku melihat ibu perpustakaan dengan pakaian rapihnya sedang menunggu seseorang. Aku menyapanya dan menghampirinya kemudian mengucapkan salam perpisahan kepadanya. Aku mengobrol ringan dengannya.
“Menyesal aku baru ke perpustakaan di saat-saat terakhir sekolah,” ucapku padanya dengan buku yang pernah kupinjam di tanganku.
“Oh iya. Buku itu. Kau bisa mengambilnya,” balas ibu perpustakaan yang matanya melihat buku yang kupegang.
“Hah? Tapi bukannya ini punya sekolah?” tanyaku terkejut dan bingung.
“Iya. Namun regulasinya berbeda. Hanya buku itu yang dapat dimiliki murid bila ia sudah menemukannya,” jawabnya menjelaskan dengan tersenyum.
“Terima kasih banyak, Bu,” cakapku padanya dengan penuh gembira.
Aku membalasnya dengan tersenyum. Sebelum kami berpisah, aku berpelukan dengan ibu perpustakaan. Aku sangat berterima kasih padanya. Tanpanya aku tidak akan menjadi yang sekarang. Berkatnya aku mendapat amanah dari untuk menegakkan kebenaran di atas keserakahan manusia.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments