“Anggota baru?”
“Iya. Selamat datang di Synnefá! Di sinilah kami membahas dan melakukan tugas kami untuk menemukan titik terang dari langit itu sendiri,” jawab Ellie dengan girang, mengelilingiku kemudian mendekatkan mulutnya ke telingaku.
“Maksudnya? Untuk apa?” tanyaku bingung.
“Tim ini merupakan perkumpulan yang beranggotakan aku, Alya, Ehtan, dan Ellie. Oh iya satu lagi, kau, Malka,” jelas Gras kepadaku.
“Ya! Kami memiliki tujuan untuk menyelamatkan semesta!” tambah Ethan dengan penuh semangat.
“Synnefá!” teriak Ellie, Ethan dan Gras bersamaan sambil mengangkat gelasnya. Mereka melajutkan dengan minum bersama.
"Synnefá? Apa maksudnya?"Aku tidak mengerti dengan pembicaraan mereka semua.
Alya mendekatiku dan mengatakan sesuatu tepat di hadapanku.
“Kau tahu tulisan yang pernah kau baca di perpustakaan waktu itu? Itu yang mendorong kami melakukannya,” jelas Alya dengan suaranya yang sedikit berbisik dan tenang.
Mukanya yang melotot menatapku dan mendekatkan wajahnya kepadaku. Sampai sampai kepalaku mundur dan menatap matanya. Aku hampir jatuh ke belakang. Aku terdiam dan memikirkan apa yang akan dan yang harus kulakukan. Kemudian Alya mengajakku minum bersama dengannya dan yang lainnya.
Kita mengobrol banyak di sana. Alya dipanggil oleh Ibunya yang berada di atas. Dia dengan segera bangun dari tempat duduknya dan menjatuhkan sesuatu dari sakunya. Tak ada yang menyadarinya kecuali Ellie. Ellie mengambil benda itu dan membawanya ke Alya yang sedang berlari ke belakang.
“Alya! Kau menjatuhkan sesuatu!” teriak Ellie kepada Alya yang sedang berlari. Kemudian Alya berhenti dan menoleh pada Ellie.
“Ha? Maksudmu?” tanya Alya bingung.
“Ini, kau menjatuhkan ini,” jawab Ellie dengan tangannya memberi benda itu ke Alya.
“Ha—Hampir saja aku menghilangkannya! Terima kasih, Ellie!” lontar Alya terkejut saat melihat benda yang dipegang Ellie. Alya mengambil benda itu dari tangan Ellie.
Aku sempat melihat Ellie dan Alya mengobrol. Sepertinya ia membicarakan sesuatu yang penting. Aku merasa tidak enak mendengarkan pembicaraan orang lain. Aku kembali menuju Gras dan Ethan.
“Kenapa kau sangat mengkhwatirkannya?” tanya Ellie penasaran.
“Benda ini kudapatkan dari seorang perempuan yang sedang melewati taman. Lalu ia menghampiriku dan bertanya apa yang sedang kulakukan di sana. Aku menjawabnya dan lama-kelamaan kami mengobrol dan berkenalan. Saat sebelum kami berpisah, ia memberikanku ini sebagai salam kenal. Ia menjelaskan bahwa dengan ini aku tidak akan merasa sendiri dan suatu saat aku akan mengetahuinya. Saat itu juga aku berjanji untuk menjaga benda ini dengan sepenuh hati,” jelas Alya kepada Ellie yang menyimaknya dengan serius.
“Baiklah. Aku mengerti. Aku akan menunggumu di ruang utama,” balas Ellie dan kemudian ia berjalan ke depan menemui kami yang sedang asik mengobrol dan minum bersama.
Alya melanjutkan langkahnya menuju belakang rumah dimana Ibunya memanggilnya. Ellie kembali menuju meja tempat kami mengobrol tadi. Aku menanyakan apa yang terjadi dengan Ellie. Tapi ia menjawabnya dengan tenang dan berkata bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kemudian kami berempat mengobrol dan saling bercerita. Sampai Alya kembali dan membawakan kami sebuah makanan.
Ternyata ibunya sedang memanggang riunbread untuk melengkapi makan siang kali ini. Alya mengeluarkan semua hidangan yang telah ia dan Ibunya buat. Serta Ellie mengambil sesuatu dari panggangan di dapur yang tidak lain dan tidak bukan adalah makanan buatannya yang resepnya telah ia pelajari kemarin.
"Hidangan utama datang!" sorak Alya.
"Yey! Saatnya makan!" sahut Ellie.
Kami menyantapnya bersama dan saling bercerita. Ada aku, Alya, Ellie, Ethan, Gras, dan Ibunya Alya yang bersama-sama saling bercerita tentang hidupnya. Alya juga sedikit bercerita tentang Ayahnya yang telah meninggal karena sebuah insiden. Ia tidak menceritakannya secara detail. Perbincangan yang semula ceria dan gembira seketika menjadi sedih dan haru. Ibunya mencoba menenangkannya yang telah meneteskan air mata. Aku berusaha untuk membendungnya. Tapi Gras yang tidak bisa menahannya menangis keras seperti anak-anak.
Semenjak saat itu, Alya dan Ibunya semakin dekat dan merasa tidak ingin kehilangan satu sama lain. Ia juga menceritakan, setelah kejadian itu, ia memutuskan belajar bela diri dan bertemu dengan Ethan dan Ellie. Kemudian Ellie mengenalkannya kepada Gras. Dan seperti inilah yang sekarang. Kami berkumpul menjalin hubungan pertemanan sejati. Mulai saat ini kami berjanji untuk saling menjaga, saling membantu, dan tidak akan meninggalkan. Serta kami berjanji, suatu saat nanti, di waktu yang tepat, kami akan mendamaikan semesta dan menegakkan keadilan.
Tak terasa tiba-tiba makanan yang kami santap sudah habis. Sungguh sebuah momen yang tidak akan pernah terlupakan. Kami mengakhiri perbincangan ini dengan makan riunbread bersama-sama sebagai simbol kesetiaan antara satu dengan yang lain. Setelah itu kami hanya bermain-main sebentar dan mengobrol ringan. Ketawa bersama, menikmati kebersamaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Waktu terus berjalan, terlintas di kepalaku bahwa tak lama lagi aku akan lulus. Setelah liburan musim panas berakhir, waktuku untuk sekolah tinggal 2 bulan lagi. Ingin rasanya aku menyampaikan ke mereka semua bahwa aku akan meninggalkan desa ini setelah aku lulus dalam waktu yang cukup lama. Tapi aku mengurungkannya dahulu sampai di saat yang menurutku tepat.
Hari sudah sore. Kami berpamitan dengan Alya dan Ibunya kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Aku yang masih memikirkan dan mengingat momen tadi, muncul di benakku untuk tidak meninggalkan desa yang damai dan indah ini. Sedih sekali rasanya bahwa aku akan meninggalkan tempat ini. Tak sedikit juga aku murung, menunduk ke bawah dan ingin rasanya semuanya cepat berlalu saat aku meninggalkan desa ini dan segera kembali.
Tapi aku mengerti bahwa semua ini karena pekerjaan Ayahku yang menugaskannya di sana. Aku yakin suatu saat nanti, aku akan kembali ke sini, bertemu dengan teman-temanku lagi, tertawa bersama, dan obrolan yang asik dan seru. Terlebih lagi dengan momen saat kami membahas tentang langit. Aku akan sangat merindukannya.
Sepanjang aku melangkahkan kaki menuju rumah, aku hanya menunduk dan memikirkan semua kejadian indah itu. Hari sudah mulai gelap dan orang-orang sudah saatnya beristirahat dari aktifitasnya selama seharian penuh. Jalanan mulai sepi, toko-toko sudah tutup, dan anak-anak sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Aku hanya melihat sekitar dan sekelilingku dan kuingat di dalam benakku.
Sesampainya di rumah, kami makan malam dan begitupun siklus harian terjadi. Kami bermain di taman, membahas tentang langit, dan mengobrol, saling bercerita satu sama lain. Tak terasa liburan musim panas mulai berlalu. Aku yang masih belum bisa move on dengan semua kejadian indah yang kualami di sini, akan menjadi kenangan saat aku sudah meninggalkan desa ini. Tapi aku belum menceritakannya kepada Alya dan teman-temannya perihal aku yang akan meninggalkan Mennora yang indah ini.
"Entah mengapa suasana seperti ini baru muncul saat aku ingin pergi dari desa kecil ini…"
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments