“Apa yang sedang kau lakukan?” bisikku heran.
“Aku sedang mengejar seseorang. Dia mengambil senjataku,” bisiknya juga.
“Kau punya senjata?” tanyaku heran.
“Sudah. Bantu aku tangkap orang itu. Aku takut senjata itu disalahgunakan,” balasnya dan mengajakku untuk menolongnya.
“Aku tidak bisa melihat apa-apa. Kemana orang itu pergi?” tanyaku sambil melihat sekeliling. Tak ada satupun orang di sini kecuali aku dan Ethan.
“Sini ikuti aku. Jaga suaramu. Jangan sampai bersuara sedikitpun!” serunya yang suaranya masih berbisik.
Aku pun mengikutinya dengan berjalan perlahan-lahan. Ethan berjalan ke sebuah gang sempit. Aku mengikutinya. Kami jalan perlahan-lahan seperti sedang mengikuti seseorang dari belakang, tapi aku tak bisa melihatnya. Aku hanya mengikuti Ethan yang berada di depanku memimpin jalan.
Di depan ada sebuah cabang jalan yang mengarahkan ke kanan dan ke kiri. Aku dan Ethan sempat bingung untuk mengambil jalan yang mana. Tapi tak lama kemudian dia memiliki sebuah rencana.
“Oke. Kau ke kanan, aku ke kiri. Cabang ini akan menyatu lagi tak jauh dari sini. Kita bisa mengepungnya. Pastikan kau sudah pemanasan,” ucapnya seperti orang yang sangat pandai dalam merencanakan sesuatu.
“Tapi sangat gelap di sini. Aku tak bisa melihat apa-apa. Semuanya samar-samar,” balasku yang mencoba menyipitkan mataku supaya sedikit terlihat jelas.
“Selalu ada cahaya di malam hari. Yaitu cahaya langit. Kau harus bisa memanfaatkannya,” ucap Ethan sambil sedikit demi sedikit menjauhiku.
“Baiklah. Akan kucoba,” jawabku.
Aku berpisah dengan Ethan. Kulangkahkan kakiku perlahan dan berusaha untuk tidak bersuara sedikitpun. Tak lama kami berpisah, jalan ini menyatu kembali di depan dan ada tiga orang yang sedang berkumpul di bawah lampu gang yang sempit ini.
Saat aku dan Ethan mendekatinya dari arah yang berbeda, mereka tidak menyadarinya sama sekali. Sampai aku menginjak tumpukan genting tua dan membuat kesunyian menjadi bising yang tak terduga. Ya, ini semua salahku. Mungkin aku yang kurang waspada dan ceroboh ini tidak melihat ada tumpukan genting di dekat kakiku.
Terdengar suara genting yang jatuh ke genting lainnya, membuat suara nyaring dan terdengar oleh mereka. Aku langsung lari menghampirinya begitu juga dengan Ethan. Kami mengepungnya, mereka tidak bisa kabur. Namun aku takut dengan senjata yang dipegang mereka. Aku takut akan ada orang yang terluka parah nantinya. Saat mereka terkepung, mereka mengejek kami dan mengajak kami untuk bertarung.
“Wah, wah, wah. Lihatlah, ada dua orang yang berani-beraninya mencegat kita. Akan kami buat kalian seperti 'coklat panas' untuk kami!” ucap salah satu dari mereka dengan gayanya yang tengil.
“Ehihihi. Kami punya senjata dan kau tidak punya apa-apa. Ehihihi…” balas salah satu di antara mereka lagi sambil tercekik.
“Bersiaplah untuk menjadi coklat pan—, apa itu coklat panas, Ketua?” tanya salah satunya lagi dengan bingung.
“Itu adalah kata yang di… mmm— diputar dan dibentuk sedemikian rupa agar cantik…” jawab si ketua yang dia sendiri sebenarnya bingung.
“Ya! Ya! Coklat panas!” teriak jahat kedua anggotanya.
Mereka mengambil ancang-ancang dan bersiap bertarung dengan kami.
“Kau sudah pemanasan, kan!?” tanya Ethan sambil teriak dari seberang.
“Aku sudah menjadi coklat panas sebelum mereka menyebutnya!” jawabku sambil mengambil ancang-ancang dengan tangan kosong.
Kemudian terjadi petarungan satu lawan satu antara aku dengan salah satu anggotanya, dan Ethan dengan salah satu anggotanya lagi. Si ketua dogol itu masih berusaha mencari tahu cara menggunakan senjata yang dipegangnya. Ia hanya melihatnya dari jauh, menyaksikan kami bertarung.
Aku yang sudah berlatih bela diri sebelumnya merasa beruntung karena aku sudah mempelajarinya. Kupraktekkan semua gerakan yang sudah aku latih. Aku yang sedang fokus menghadapi lawanku, sesekali melihat gerakan-gerakan Ethan yang epik dan cukup mustahil bagiku. Tak lama aku berhasil mengalahkannya begitu juga dengan Ethan.
“Ayolah. Ayolah,” gumam si ketua panik sambil mengokang senjata yang dipegangnya.
Dengan sigap, Ethan berlari kemudian menendang perutnya dengan kencang. Si Ketua langsung pingsan, juga dengan angotanya.
“Fiuh… hampir saja. Sampai kapanpun juga tidak akan bisa dipakai,” ucap Ethan dengan lega dan menyindir mereka sambil membuka magasin pelurunya yang kosong.
“Kesekian kalinya, rencanaku berhasil!” tambah Ethan yang senang dan agak sombong kepadaku sambil tersenyum.
Aku hanya membalasnya tersenyum dan tertawa kecil di hatiku. Sungguh aneh dan lucu penjahat ini. Mungkin sesekali aku hari memberinya pelajaran supaya tidak terlalu memalukan dirinya sendiri. Kemudian aku mengobrol sedikit sebelum berpisah pulang. Setelah itu kami saling berpisah, pulang ke rumah masing-masing, karena hari sudah sangat larut sedangkan aku harus bersekolah besok pagi. Aku yang sudah pergi menjauh tiba-tiba saja mendengar Ethan memanggilku lagi.
“Hei. Rumahmu dekat dengan toko perkakas, bukan?” tanyanya.
“Iya,” jawabku.
“Kau bisa melewati jalan kecil yang ada di sana. Ikuti jalan itu dan kau akan sampai lebih cepat,” balasnya sambil menunjuk jalan yang dia maksud.
“Baiklah, terima kasih. Sampai jumpa!” ucapku pada Ethan.
“Dadah!” balasnya kemudian dia berlari menuju rumahnya.
Aku pun melewati jalan yang telah dikatakan Ethan sebelumnya. Walaupun agak sempit, tapi itu tak masalah bagiku jika aku bisa sampai rumah lebih cepat. Aku menyusuri jalan-jalan kecil ini dan kulihat di sekelilingku sunyi dan sepi. Untungnya ada seekor kucing yang menemaniku selama perjalanan. Kucing tersebut seperti kucing milik Gras yang sebelumnya telah dikenalkan kepadaku.
Dan benar saja. Tak lama kemudian, aku melihat rumahku di seberang jalan. Aku berlari ke sana. Saat berada di depan rumah, aku berterima kasih dengan kucing yang telah menemaniku sampai di sini. Kemudian aku masuk ke dalam dan kulihat Ayah yang sedang lembur dan Ibu sudah tidur di kamarnya. Ayahku yang sibuk tak banyak bertanya kepadaku. Aku bergegas menaiki tangga menuju kamarku. Kemudian bersiap-siap untuk tidur.
Sungguh hari yang melelahkan. Tapi di sisi lain, ini merupakan hari yang bersejarah bagiku dimana pada hari ini aku mendapat banyak pengalaman dan menjadi lebih akrab dengan teman-temanku. Dari kejadian hari ini aku bisa tahu kepribadian mereka. Gras yang kekanak-kanakan tetapi selalu ceria dan pastinya suka makan. Kemudian Ethan yang pandai membuat rencana dan tahu seluk beluk tempat di desa ini, bahkan dengan jalan yang paling kecil sekalipun.
Di hari yang sama pula, aku juga lebih mengenal Ellie dari yang sebelumnya. Perempuan yang girang, ceria, juga mempunyai visi besar untuk dirinya dan kawan-kawannya. Dia juga selalu mengkhawatirkan kami, seperti Ibu yang menyayangi anak-anaknya. Namun terkadang juga sedih, mengharapkan apa yang ia tuju dan apa yang akan terjadi ke depannya.
Dari sinilah aku merasakan bahwa kita semua bukan sekedar teman, melainkan saudara yang saling melengkapi satu sama lain. Tak sia-sia aku berkenalan dengan mereka. Namun semakin hari semakin sedih. Karena semakin kita akrab, semakin cepat juga waktu berlalu dan hari itu akan tiba.
Dalam suasana hening, aku merenung apa yang selama ini sudah kuperbuat. Aku melihat diriku yang selalu di rumah sebelumnya, kini menjadi lebih terbuka dan memiliki teman, maksudku saudara. Waktu cepat berlalu, mungkin semua yang telah kualami ini akan hanya menjadi sebuah kenangan yang akan kurindukan.
"Semoga semua ini tidak cepat berlalu…"
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
dineeeey
semangat terussssss , jangan lupa mampir yuk ke novelku yang berjudul
" WANITA SIMPANAN & FIRST LOVE " dijamin seru dan bikin emosi
2022-02-20
1