Hari demi hari berlalu. Tak terasa sudah semakin dekat dengan pekan ujian kelulusan. Suatu hari aku sepulang sekolah, aku berjalan dengan Alya ke rumah masing-masing. Untungnya rumah kami searah sampai ada persimpangan memisahkan rumahku dan rumahnya. Aku mengobrol dengan Alya, berbicara seputar persiapan ujian.
“Tiga hari lagi ujian. Kau sudah menyiapkannya?” tanya Alya dengan tangan memegang tali tas sekolahnya yang dipikulnya.
“Iya. Aku harus mendapatkan nilai bagus dan lulus dengan nilai terbaik sebagai salah satu persiapanku nanti,” jawabku.
“Dalam waktu dekat ini. Aku tidak akan keluar rumah untuk fokus belajar. Kau juga kan?” tanyanya dengan kepala menghadap ke depan dan sesekali menoleh kepadaku yang berada di sebelahnya.
Aku membalasnya dengan mengangguknya sambil memerhatikan langkahku. Tiba-tiba terbenak di kepalaku untuk menyampaikan yang sebenarnya ingin kusampaikan kepadanya. Mungkin ini waktu yang tepat.
“Alya ada sesuatu yang sebenarnya ingin kuberitahu padamu,” ucapku lantas dan membuat raut wajahnya tersenyum.
“Ada apa?” jawabnya penuh senyum dan senang.
“A—Aku… Setelah lulus nanti aku harus pindah ke kota karena pekerjaan Ayahku,” jawabku yang sedikit tertahan karena takut membuatnya kecewa.
Benar saja. Seketika itu raut wajahnya berubah menjadi sedih dan sedikit kecewa.
“Aku sudah menyadarinya. Setelah lulus, semua orang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan,” balasnya sambil menundukkan kepalanya dan sedih.
“Tidak. Aku tidak berniat untuk itu. Kami tidak akan lama di sana. Tentu aku akan kembali ke sini,” ucapku meyakinkannya.
“Kau yakin? Kau berjanji?” tanyanya dengan penuh harap kepadaku.
“Janji,” jawabku penuh yakin dan mengangguk kepadanya.
Saat itu juga tiba-tiba ia memelukku dengan erat. Aku hanya diam terperangah dan tidak berani memeluknya kembali. Kehangatan yang kurasakan menempel semua di tubuhku. Aku hanya meletakkan tanganku sejajar dengan tubuhku dan tidak berani menyentuhnya karena aku belum pernah seperti ini sebelumnya. Alya menangis dan membasahi seragamku dan aku dengan berat hati menyuruhnya untuh berhenti memelukku. Aku malu bila ada orang lain yang melihatnya.
“Ma—Maaf. Tidak enak bila dilihat orang di sini,” jawabku dengan ekspresi malu dan sedih menjadi satu.
“Maaf. Aku tidak bisa menahannya,” balasnya dan melepaskan pelukannya padaku.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami. Alya masih memikirkan kejadian tadi sambil mengelap air mata yang ada di pipinya. Aku sesekali menggandengnya untuk menenangkannya.
Selama perjalanan pulang kami mengobrol ringan dan Alya yang menceritakan apa yang akan dilakukannya setelah ia lulus. Setelah lulus Alya akan melanjutkan misi Synnefá dengan Ellie, Ethan, dan Gras untuk mencapai tujuan itu. Tekad yang sudah kami ucapkan harus diselesaikan dan dihadapi apapun tantangannya. Dia juga menjelaskan kalau dia suatu saat akan membuka kafe di desa ini. Karena masyarakat di sini sering meminum kopi sebelum beraktivitas, tapi belum ada satupun tempat minum kopi yang ada di sini.
Kata demi kata, kalimat demi kalimat. Semua cerita yang saling kami bagikan satu sama lain membuat kami tak sadar bahwa di depan sudah ada persimpangan yang tandanya aku dan Alya akan berbeda arah. Di persimpangan aku dan Alya berpisah dan pulang ke rumahnya masing-masing. Aku yang sedang melangkahkan kaki sesekali menoleh ke belakang melihat Alya dari kejauhan dengan kepala menunduk dan sedih. Apa yang aku katakan memang membuatnya kecewa dan sedih. Tapi setidaknya ini akan lebih baik daripada aku tidak memberi tahunya.
Sudah terlihat rumahku dari kejauhan. Aku sengaja melambatkan langkah kakiku untuk memastikan baju yang tadi basah sudah kering. Cuaca hari ini cukup terik sehingga membuat bajuku lebih cepat kering. Setelah di depan rumah, kulihat bajuku sudah kering. Syukurlah. Kemudian aku masuk ke dalam dan belajar dan menyiapkan semua untuk ujian.
Dalam waktu yang sudah dekat ini, aku fokus dan giat belajar dan mengulang-ulang semua pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah. Ada kisi-kisi yang diberikan sebelumnya untuk dipelajari. Esok dan lusa adalah hari libur sebelum ujian kelulusan tiba. Sesekali aku teringat dengan semua kejadian yang telah kulewati bersama teman-temanku. Siang malam ku persiapkan semuanya agar mendapat nilai yang kuinginkan. Dengan hasil kelulusanku yang baik, sepertinya dapat dijadikan sebagai salah satu persiapan bekal sebelum aku pindah ke kota.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments