Lalu aku segera memutar memori ku 18
tahun silam. Saat kami sekeluarga tinggal di Jawa di rumah Kakek Sholeh selama 6 tahun.
" Dewi! Dewi si cengeng itu kau?! " Kataku sambil tersenyum lucu. Gadis itu tampak cemberut.
Sungguh lucu melihat mulutnya yg mengerucut seperti pantat ayam. Aku terkekeh sendiri membayangkan nya. Perlahan-lahan aku membongkar lagi ingatan masa kecilku.
Banyak sekali perubahan di wajah Dewi alias Miss Nova. Ya memang garis waktu akan membuat perubahan nyata di tubuh seseorang. Gadis yg dulu nya pendek berambut keriting dan sering di kuncir 2 rambutnya itu sekarang berubah jadi gadis yg lebih cantik bahkan aku hampir tak mengenalinya. Aku dan dia hanya selisih 3 tahun saja usia kami.
Dewi anak Pak Baskoro memang sering bermain dengam Izza. Sifat Dewi yg manja sering di jadikan bahan bullying teman-teman sepermainan dulu. Jika belum mendengar tangis Dewi, teman-teman sebaya ku tak akan berhenti menggoda. Hanya aku saja yg tak pernah menggoda nya. Karena aku mempunyai satu adik perempuan juga, Jika aku ikut membullying Dewi aku takut jika di kemudian hari adikku pun akan jadi sasaran bullying teman-teman ku yg super jahil.
Karena itu Dewi lebih suka bermain dengan Izza dan para sepupu ku di rumah Kakek Sholeh, daripada dia bergaul dengan teman-teman di luar. Sampai suatu hari Ayah bertekad pindah rumah karena ingin mengembangkan usaha nya di ibukota ini membuat Dewi menangis meraung-raung karena merasa kehilangan. Kala itu aku masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar Dan Dewi Baru masuk SD kelas 1.
Kepindahan orang tua ku memang membuat Kakek dan Nenek sangat sedih. Namun Kakek berusaha mengikhlas kan karena ingin melihat kesuksesan Ayah. Toh Kakek dan Nenek atau pun kami masih sering saling berkunjung jika liburan sekolah. Dan Masih ada Tante Maryam dan Om Ali adik -adik Ayah dan 2 orang anak mereka yg menemani Kakek dan Nenek. Sehingga beliau masih ada penghiburan di rumah besar itu.
Selang 2 Tahun setelah kepindahan orang tuaku dari kampung, Saat aku berlibur ke rumah kakek aku sudah tidak pernah lagi melihat keluarga Pak Baskoro tinggal di kampung itu. Menurut cerita nenek Mereka sudah pindah ke Luar Pulau namun entah dimana aku pun tak menanyakan.
Jadi Tepat 18 tahun ini aku baru bertemu dengan Dewi si Putri Bungsu Pak Baskoro.
"Mas.. Mas Hafiz" panggilnya sambil menepuk pundakku. Aku tergeragap segera menyadari lamunan ku beberapa saat tadi.
" Yaah ngelamun dari tadi gak dengerin Dewi ngomong" rajuknya.
" Emang kamu ngomong apa Dew? " tanyaku bingung
Dewi mendengus kesal. Aku lalu tersenyum merasa tak enak mengacuhkannya. sebenarnya bukan mengacuhkan hanya mengingat masa lalu.
" Hayuk masuk, Pasti Mr Franz dan yg lain nya sudah menunggu " Kata ku menetralisir kecanggungan. Dewi mengangguk
Aku masuk terlebih dahulu ke dalam privat room yg ku pesan khusus untuk tamu ku di restoran ini. Di susul Dewi di belakang ku.
Tampak ekor mata Mr Franz melihat kehadiran kami.
Kulihat beberapa makanan telah tersaji di meja makan panjang ini.
Kelapa muda utuh bulat berwarna hijau pun telah tersedia di depan meja ku. Para Tamu ku ku lihat memesan minuman berjenis minuman tradisional disini.
" Mr Franz anda harus mencoba cendol pandan desert istimewa di restoran ini. Anda akan merasakan sensasi minum di tengah sawah sambil di iringi seruling" Kata Pak Ryan membuka percakapan di meja makan kami.
Mata Mr Franz tampak berbinar senang.
Dia mulai mengaduk minuman di depan nya yg tampak menggugah selera.
" Ya dari aroma yg keluar dari gelas ini sudah membuat lidah saya bergetar " jawabnya melucu. Kami tertawa mendengar perkataan nya.
"Mr FangFang Anda harus mencoba Minuman herbal kesehatan ini. Tubuh anda terasa segar dan tubuh terasa lebih fit setelah minum Jamu Sinom ini" Kata nya lagi mempromosikan minuman di depan Mr Fangfang.
" Baik lah akan saya coba Minuman berwarna kuning ini. " Balasnya tersenyum senang.
"Ohya Miss Nova anda tadi memesan Es teler ya. Pasti anda sudah familiar dengan makanan tradisional kami" kata Pak Ryan sok akrab. Aku melihat Dewi tersenyum
" Ohya Pak saya masih Warga negara Indonesia, pasti saya familiar dengan masakan khas kita" katanya sambil memainkan sedotan di tangannya.
Beberapa stafku tampak agak terkejut mereka menyangka Dewi adalah warga negara jiran. Karena penampilan Dewi hari ini agak terbuka.
Tak lama kemudian satu persatu hidangan telah tersaji di meja makan.
Para staf ku ku lihat memesan beberapa makanan tradisional yang kira nya bisa di nikmati oleh para Tamu-tamu ku.
Pesmol Gurami.
Pepes ikan Mas,
Ayam Bakar Taliwang,
plecing kangkung
Sate Ayam
Sayur Asem Jakarta
Sambal terasi
Ku lihat Para Tamu dan Staf ku sangat menikmati makan siang ini. Tiba-tiba posnelku bergetar ku lihat sebentar siapa pengirim pesan ini.
Aygul.. Aku tersenyum sendiri lalu ku masukkan kembali ponselku ke dalam saku celana ku.
"Pak Hafiz, Anda sangat muda namun anda sudah bisa membangun bisnis ini dengan baik." Kata Mr Fangfang memuji.
" Terimakasih Mr Fangfang. Saya bisa mencapai hasil seperti sekarang ini berkat bantuan dan suport besar dari staf ahli saya semua. Tanpa mereka saya tak bisa seperti ini." Kata ku membanggakan kinerja semua staf ahliku.
Ku lihat satu persatu wajah semua staf ahliku dengan bangga. Mereka juga terlihat sangat senang dengan penghargaan ku di depan para client.
" Ohya Tadi saya melihat Miss Nova sepertinya mengenal baik dengan Pak Hafiz" Kata Mr Franz sambil sesekali menyeruput minumannya.
"Ohya Kebetulan Miss Nova dulu neighbore saya di Jawa. Friend masa kecil tak di sangka bertemu setelah 18 tahun berpisah" kataku menerangkan.
Kulihat wajah Excited Mr Franz.
" Wow... Amazing 18 tahun bukan waktu yg singkat. Wah saya rasa dengan adanya hubungan ini semoga kerja sama kita lebih baik Pak Hafiz. " Lanjutnya sambil matanya mengedip ke arah Dewi.
Entah kenapa aku sedikit merasakan sesuatu hal yg kurang nyaman dengan Sikap Mr Franz.
Apakah dia akan memperalat Dewi untuk keuntungan bisnisnya? Hmmm semoga saja Mr Franz bisa bekerja secara profesional dengan perusahaan ku. Karena memang sudah prinsip dasarku tak mau mencampurkan bisnis dan kesenangan lainnya.
Aldo mencoba mengakrabkan diri dengan Dewi yg memang secara fisik cantik dan sorot manja nya selalu keluar. Ah Aldo awas saja tergoda dengan Dewi sehingga melupakan fokus pekerjaannya.
Makan siang kali ini telah selesai. Dan kami pun telah kembali ke tempay masing -masing. Sebelum pulang Dewi mendekati ku lagi. Dan meminta nomer pribadi ku. Demi teman masa kecil akhirny aku memberikan kontak pribadi ku pada nya.
🖌🖌🖌🖌🖌🖌🖌🖌🖌
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan ku di kantor aku pun segera menyuruh Paman Asep untuk membawaku pulang ke rumah. Hari ini hanya ada 1 appointment saja dengan client dan aku pun nanti malam sudah berjanji dengan Zein untuk menemani nya mencari kebutuhan nya selama di Jakarta.
Zein sekarang sudah menempati rumah dinas di dekat Rumah Sakit tempatnya bekerja. Aku sudah beberapa kali ke rumah nya. Tempatnya tidak terlalu besar namun cukup terawat dengan baik. Disana hanya ada 2 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Ruang tamu yg tidak seberapa luas ternyata sudah terisi 1 set Sofa hitam yg nyaman.
Dapur nya juga tidak sebesar dapur rumah Orang tua ku namun disini pun sudah cukup dan lega jika hanya di huni se pasang suami istri baru.
Izza pernah aku ajak berkunjung ke rumah dinas Zein beberapa kali. Dia terlihat kerasan ya gimana tidak kerasan kan ada Zein si pujaan hatinya. Jiwa jomblo ku tiba-tiba merintih perih. Aku tertawa getir mengingat adikku yg akan di nikahi sahabat ku sendiri.
Setelah makan malam dengan Kedua orang tua dan adikku, aku pamit pada mereka untuk bermain ke rumah dinas Zein. Kelihatannya Izza ingin ikut namun Ibu melarangnya. Tak baik anak gadis mendatangi pria yg belum jadi Mahramnya. Dan lagi dia juga dalam masa pingitan. Kata Ibu menerangkan. Aku mengacak rambutnya mencoba menggoda nya lagi. Dia kelihatan kesal. Namun aku segera meledeknya agar dia kembali tersenyum.
Sebelum aku keluar dari rumah ponselku berbunyi. Waktu masih menunjukkan pukul 19.30 Wib. Sebuah nomer tak ku kenal melintas di layar gadgedku.
Aku menggeser gambar hijau bergaambar telpon.
" Ya Assalamualaikum " sapa ku mengawali percakapan.
"Waalaikum salam Mas Hafiz. Ini Dewi maaf nih ganggu malam-malam" Ternyata suara Dewi dia yg tadi siang baru bertemu dengan ku sekarang menelponku.
Ada apa ya? Memang aku sangat jarang berkomunikasi dengan mahluk lawan jenisku jika tidak menyangkut masalah pekerjaan.
"Oh ya gak masalah Wi. Ada yg bisa aku bantu? " tanyaku ramah. Aku tetap menghargai nya sebagai teman di masa kecil tanpa melibatkan urusan pekerjaan.
"Ehmmm gak ada perlu penting sih mas. Cuma mau coba nomer ponsel Mas Hafiz. Apa bener ini? " jawabnya dengan suara yg hmmm agak manja.
Nih anak kenapa ya?
" Oh.. hehhe ya wes Wi. aku kira ada sesuatu yg penting banget " jawabku lagi. Mungkin bagi lawan bicara ku jawabanku terkesan dingin dan menyebalkan. Namun itu lah aku yg belum bisa ber say hello dengan baik jika berurusan dengan wanita.
Dalam hidupku hanya mengenal 2 nama wanita yg bisa memporak porandakan perasaan ku. Yaitu Safira mantan pacarku sewaktu SMU yg sekarang sudah menikah dengan seorang Perwira menengah. Dan Aygul. Diantara kedua wanita itu nama Aygul lah yg masih rapi tersimpan di hati. Mungkin karena Safira sudah menikah jadi aku tak pernah lagi mengingatnya.
Safira dan aku memulai pacaran saat kami di bangku SMU kelas 2 dan berpisah saat aku mulai kuliah ke Kairo. Safira sendiri di jodohkan sama keluarganya dengan laki-laki yang sudah mapan saat itu dan baru saja tamat pendidikan taruna.
Mungkin Safira sendiri gadis yg labil dan belum sepenuhnya percaya akan kekuatan cinta dan masa depan ku maka dia memilih calon suami nya daripada meneruskan percintaan kami.
Sebagai anak muda aku pun tak ambil pusing dengan keputusan Safira. Ya mungkin bisa di sebut cinta monyet.
"Ish Mas Hafiz kebiasaan deh kalau di ajak bicara melamun" Kudengar suara Dewi agak manja merajuk.
" Hehehe bukna melamun Wi. Cuma mengingat-ingat aja. Ohya kamu sekarang tinggal dimana? " tanyaku penasaran
" Aku sekarang masih di Jakarta dan kebetulan ada Apartemen dari perusahaan yg bisa aku tempati. Selebihnya aku mondar mandir ke Singapore juga Mas. " jawabnya
" Kedua orang tua dan Kakak-kakak mu sekarang tinggal dimana? "
"Mama dan Papa ku tinggal di Palembang bersama Mbak Rani Kakak ku yg pertama. Sedang kan Mas Hardy Sekarang tinggal di Batam karena bekerja disana dan mempunyai istri yg berasal darisana. " Jawabnya.
Oh jadi kepindahan Pak Baskoro dulu ke Palembang. Pantas saja seolah mereka menghilang tanpa jejak. Ah baiklah aku harus menyudahi percakapan ini karena aku tak mau kemalaman sampai di rumah Zein.
"Wi. Insyallah secepatnya aku kabari kamu lagi ya. Aku mau ke rumah temanku ini ndak enak nanti kemalaman" kataku mengakhiri percakapan.
" Oh baik Mas. Maaf ya mengganggu waktunya. kapan-kapan boleh ya aku mengunjungi rumah Om Candra. Rindu sama Tante Candra dan Izza" katanya lagi.
Aku mengiyakan saja daripada terlalu lama nanti kau bercakap-cakap. Setelah itu aku segera meluncur ke rumah Zein dengan kecepatan Sedang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments