Dear Mr. Bramantyo Hafizuddin
Senang rasanya mengenalmu beberapa tahun yg lalu. Dan sungguh bahagia pernah menjadi orang pernah mencintai dan di cintai mu.
Ijin kan aku menyapa mu lagi walaupun hanya melalui email.
Tak mengapa jika kamu tak ingin membalas emailku. Namun aku sungguh berharap jika suatu hari kita di pertemukan Tuhan pada situasi yg berbeda. Aku hanya ingin mengatakan satu hal.
RINDU
Hanya mendoakan mu dari jauh satu-satu nya cara memeluk mu dalam rindu
Best regard
Egyptian Angel
-------------
Email ini menyiratkan ku akan sosok nya. Aygul ku. Hatiku berdesir rindu. Ya Aku masih merindukan nya.
Entah kata apa yg akan ku ucapkan jika aku benar-benar bisa menjumpai nya lagi.
Aku berencana turun dari kamarku tepat bunyi perutku sudah gaduh.
Ah pantas saja sekarang sudah pukul 13.00 wib. Aku segera mengganti baju ku dengan kaos polo putih dan aku akan menyegarkan badan ku dengan wudhu. Sudah waktu nya sholat dhuhur. Aku harus menunaikan kewajiban ku dulu pada Tuhan sebelum aku turun mengisi perut.
Setelah sholat dhuhur aku turun menuju meja makan, ternyata Ibu, Izza dan Zein sudah menunggu. Ayah mungkin masih di kantor pusat. Biasanya beliau tiba di rumah sebelum magrib.
" Kok Mas gak di panggil untuk makan siang? " Tanyaku pura-pura ngambek ke Izza
"Ih, dari tadi juga Izza teriak-teriak kayak Tarzan. Mas gak bukain pintu" serang adik ku tak terima.
Ibu dan Zein tersenyum melihat perdebatan kecil kami.
"Zein bagaimana istirahat mu? " tanya Ibu.
"Alhamdulillah tadi Zein bisa tidur pulas bu. Mungkin semalam kurang tidur jadi mudah tertidur" jawabnya
" Nanti kalau masih lelah tidur aja lagi Zein " kataku mengusulkan.
Zein tertawa kecil dan menolak usul ku. Dia bilang terlalu lama tidur membuat sakit badannya. Rencana Zein sore ini ingin mengunjungi Rumah Sakit tempat nya bekerja. Dia ingin mengetahui tempatnya mencari nafkah yg baru sebelum besok pagi bertugas. Aku menawarkan diri untuk mengantarnya. dia pun menyetujui ku.
Makan siang ini banyak sekali menu nya. Ibu sungguh ingin menjamu tamu nya dengan baik.
Ayam panggang kampung
Sambal cumi
Oseng daun pepaya yang di taburi dg teri kecil
Ada Urap sayur
Rempeyek Udang
Dan Tahu tempe bacem
Kulihat Zein sangat menikmati makan siang nya dengan lahap. Aku pun sudah nambah 2x mengambil nasi. Izza tampak membelalak kan mata nya melihatku menyendok nasi lagi
Karena suasana hatiku sedang tidak baik maka pelampiasan terbaik adalah makan! hahaa itu prinsip orang edan.
Setelah makan siang selesai aku mengajak Zein ke halaman belakang rumah yg ada kolam renang nya.
" Zein 6 bulan lagi ada reuni Akbar di kampus kita. Apa kau sudah mendapatkan kabar? " tanyaku sambil menyeruput secangkir kopi hitam buatan ibu nya.
"Iya sudah dengar kabar. Apa kamu ada rencana datang kesana? "
"Menurut mu?? " aku balik bertanya lagi
Dia terkekeh melihat wajahku penuh ke galau an.
" Lho kok balik bertanya lagi? kenapa sih?"
" Zein temani aku datang ya? " pinta ku akhirnya tak tau malu
" Insyaallah jika tidak ada halangan. Dan kenapa kamu seakan-akan berat untuk kesana? Apakah karena Aygul Dilara? " kata nya sambil menepuk pundak ku
Aku masih membisu. Aku mengeluarkan sebatang rokok dari saku celana ku.
" Haey sejak kapan kamu bermain-main dengan barang itu? " tanya dr Zein terkejut
aku terkekeh melihat Zein yg mulai mengomel dan menceramahi ku tentang bahaya merokok.
Namun aku tetap menyalakan korek dan menyundutkan nya ke di depan ujung rokok ku.
"Iseng aja Zein. Belum tentu sebulan aku menghabiskan " kata ku sambil menunjuk kan 1 kotak rokok.
Ya aku bukan pecandu rokok hanya saat aku merasa ingin atau sedang galau saja.
"Bro, ada sesuatu yg harus aku bicara kan dengan mu" kata Zein serius.
" Ada apa? " tanya ku perlahan sambil. memainkan asap rokok ku membentuk bulatan-bulatan di udara.
" Hmmm... apakah kamu masih mencintai Aygul? Aku lihat sejak 4 tahun berlalu kamu masih belum bisa move on. "
" Jujur saja aku masih cinta tapi aku sudah lama tak pernah menghubungi dan bertemu dengan nya. Entah lah mungkin standart ku terlalu tinggi untuk mencari pengganti Aygul" jawabku lemah.
Seorang Bramantyo Hafizuddin kenapa jadi lemah hanya karena wanita ya?
" Jika memang kamu masih mencintai nya, Jemput dia pastikan dia juga masih mencintaimu. Jika tak ada cinta lagi maka pergi lah dan lupakan dia. Terkadang menjadi jujur pada diri sendiri itu lebih sulit" Katanya bijak.
Aku terdiam lagi. kata-kata sahabatku ini sangat menohok ku. Aku laki-laki yg pengecut. Mau Maju tak ada nyali, mau mundur pun masih tak rela. Lalu Zein menepuk bahu ku lagi.
" Fiz, aku mau kamu jadi orang pertama yg mengetahui kabar ini. "
aku mengernyitkan alisku
" Kabar apa? " tanyaku lagi
Dia tersenyum dan memelukku lagi. Dengan suara parau dia berkata..
" Ijin kan aku menjadi calon adik ipar mu. Ijin kan aku mengkhitbah adikmu" suara parau ini terdengar tegas dan jelas di telingaku.
"Allahu Akbar!" Pekikku
Aku melepaskan pelukan Zein dan meninju dada nya dengan pelan. Aku tersenyum bahkan air mataku hampir keluar dari sudut kelopaknya.
" Apa Zein? Ulangi sekalu lagi Zein? " Kataku lagi ingin menyakinkan pendengaranku lagi.
Hatiku berbunga-bunga apa yg ku cita-citakan ingin menjadikan Zein saudara akhirnya di jawab sama Allah.
" Aku ingin menjadi calon adik iparmu. Aku mencintai Izza adikmu" katanya sambil bersemu merah.
Wajahnya yg tampan dan kelihatan dewasa makin terlihat berkhasrisma. Bagaimana aku menolak laki-laki yg sudah kuanggap saudara ku ini. Laki-laki sholeh yg selalu menjaga diri, tutur kata dan perilakunya dari hal yg buruk. Lelaki yg selalu melindungi dan menemani kesedihanku saat berada jauh dari keluarga.
" Zein, sejak kapan kamu mencintai gadis kecilku? " tanyaku pura-pura galak
Zein terkekeh melihat wajahku. Dia tahu aku tidak bersungguh -sungguh galak dengan nya.
" Sejak kamu mengajak ku main di rumah orang tua mu ini. Sejak Izza masih memakai seragam putih abu-abu. Dan dia sepertinya memiliki feeling yg Sama denganku." jawabnya yakin.
Duh dokter satu ini memang terlalu percaya diri ya, Aku menggeleng kan kepalaku merasa lucu saja dengan Zein. Pantas saja dia selalu menolak saat dulu kami sering menjodohkannya dengan gadis teman kami di sana. Bahkan dia sengaja menghindari Ayse yg notabene terlihat sering memperhatikannya.
Zein seolah-olah menjelma jadi manusia tak punya nadi. Beku seperti es jika dekat dengan wanita. Dan ini lah jawabannya dia ingin mempersunting adikku sendiri. Ah betapa bahagia nya aku mendapatkan adik ipar yg sholeh.
" Tapi apakah Izza sudah tau kamu imgin mengkhitbah nya? " Aku bertanya lagi karena memang aku tak pernah tau hubungan mereka selama ini.
Atau mereka sengaja menutupi nya. Aku tau pasti Izza tak pernah dekat dengan cowok lain. Tak pernah jalan berdua dengan lawan jenisnya. Memang ada beberapa kali dia membawa teman-teman nya ke rumah itupun ada beberapa orang.
" Dia belum tau" Jawabnya pelan
Aku terperangah wah gawat juga nih orang, kalau sampai Izza menolak bagaimana? aku yg frustasi sendiri memikirkan nya.
" Bagaimana bisa kau yakin dia. menerima mu sedangkan dia sendiri tak tau. Dan tak pernah berhubungan intens denganmu" kata ku lagi sambil menggaruk kan kepalaku yg tak gatal.
" Izza bilang asal Abang tercinta nya ini menyetujui di langkahi dan di restui sama kedua orang tuanya dia akan menerima" jawabnya sambil cengar cengir.
Oh pantas saja dia pernah menyindirku dengan berkata kalau aku harus cari pendamping kalau tidak dia akan mendahuluinya. Ckckck.. anak nakal itu membuatku ingin menggigit pipi nya yg tembem.
Bisa-bisa nya dia mempermainkan aku.
"Oh begitu ya Zein. baiklah nanti kamu harus bicara sama Ayah dan Ibu saat makan malam!" perintahku dengan sedikit tegas seolah-olah berbicara pada adik ku
" Hahaha... iyaa baik lah Kakak Ipar ku, " jawabnga terkekeh. Ah sial kau Zein aku kalah langkah dengan mu. Batinku meringis.
"Hmmm ...tapi aku takut Ayah dan Ibu tak memberiku restu meminang anak gadisnya?" tiba-tiba wajah Zein sendu.
Aku terkejut mendengar penuturannya yang pesimis seperti itu.
"Lho...lho..lho..kenapa jadi ragu-ragu begini sih bro?"
"Aku dan keluarga ku tak sederajat dengan keluarga Birendra. Ayah ku hanya seorang pengajar mengaji di pesantren. Bukan Kiai bukan Gus, kami hanya keluarga biasa. "
Gigi gemelutuk mendengar penuturan polos Zein.
"Woy dengar!! Bokap dan nyokap gue gak se matre itu Boz!" pekikku geram
Akhirnya dengan gemas aku menyakin kan sahabat baikku yang sholeh ini untuk tetap semangat meminta putri ayahku dengan gentle
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Uswatun Khasanah
masya allah hebat cinta y pak dokter zein nih. soleh baik lg. galau loh hafizh yg sabar keduluan adek km nikah, udh mau d khitbah aja sama sahabat mu. seneg y kak y. ikut nerves pas zaien ngmong kaget jadi kak y pak dokter suka adik y mau'taurafan. suka cerita y.
😉😆😆😆😆😘😘😘😘😘
nuggu cinta y hafizh sama siapakah jodoh y
2020-05-21
1
Agus Salim
makan2 e aq koq kelingan kari author dewe yo. opo iki memang kisah authore kalo galau pinginnya makan....😆😆😳😳☺️☺️😄
2020-05-11
0