Tepat pukul 11.00 wib aku dan Izza sudah berdiri di pintu kedatangan penerbangan lokal. Masih belum tampak batang hidung Zein di mata ku. Aku sabar menunggu nya hingga aku pikiranku mulai mengembara saat aku menjemput Aygul di Spinx International Airport. Aygul baru saja pulang dari Maroko ke rumah Ibu Kandung nya. Ternyata perpisahan selama 1 bulan membuatku sangat merindukan gadis itu. Aygul mengambil cuti kuliah tanpa sebab yang jelas. Dia hanya berpamitan ingin bertemu dengan Ibu kandung nya.
Ternyata selama ini Aygul memiliki keluarga angkat. Dia dari kecil sudah diambil anak. oleh pengusaha di Mesir. Karena orang tua kandung Aygul tak bisa mengasuh dan membersarkan Aygul dengan layak. Seorang pengusaha kaya yg tidak memiliki anak datang ke rumah orang tua Aygul dan memberikan kompensasi uang yg tidak sedikit.
Aygul mempunyai 10 orang saudara kandung yg hidupnya sangat memprihatinkan. Namun berkat pertolongan keluarga angkatnya keluarga kandung nya akhirnya hidup layak. Namun konsekuensi nya keluarga kandung nya harus pindah ke luar negri agar orang tua angkat Aygul dapat memiliki Aygul utuh.
Dan cerita nyata kisah Aygul baru aku ketahui dari Emir dan Ayeza sahabatnya. Setelah perpisahan ku setahun lamanya.
Tepukan keras mendarat di pundak ku lalu refleks ku menoleh ke arah orang yg mengagetkan nya. Sosok tubuh tinggi atletis berkaca mata tampak tampan sekali. Rambut belh tengahnya sedikit berminyak. Di tangan nya ada sebuah koper hitam berwarna hitam.
" Assalamualaikum broter, ngelamun saja pekerjaan baru ya! " katanya terkekeh
Aku tertawa malu,. lalu ku tinju bahu nya pelan. Kami bersalaman erat lalu ku tarik koper nya. Dia menolak halus
"Gak usah bro. Aku cuma bawa koper aja gak berat, " katanya
" Mas Zein! " teriak gadis kecil ku agak dongkol. Aku terkekeh melihat nya agak ngambek karena ku cuekin
" Hai Umaiza, apakabar?" sapa Zein lembut.
Dih.. Dih ! ni orang sejak kapan memanggil si manja ini dengan nama depannya?
Namun panggilan itu bisa membuat garis tengah bibir Izzah melengkung ke atas
"Alhamdulillah baik Mas Zein. Mas Juga sehat kan? " jawabnua agak menekan kan kata
Aku beringsut ke sebelahnya. Sambil mendelikkan mata melihat ekspresi kedua nya.
" Hmmm....Zein sejak kapan kamu memanggil Izza dengan nama Umaiza? " tanyaku curiga karena setau ku Zein selalu memanggil adikku Izza. Dan Zein bukan lah orang yg suka mengakrabkan diri pada seorang gadis.
" Hahaha.. tanya kan sendiri pada adikmu" jawabnya berteka teki
Terlihat semburat merah di pipi adikku yg gembul.
Lalu aku langsung menarik kopernya sambil sebelumnya mencubit pipi adikku.
Dia meringis kesakitan namun aku tak menghiraukannya.
Di dalam mobil aku mengatur posisi, aku yg mengemudi kan nya lalu Zein duduk di sampingku. Izza dengan wajah sebal duduk di bangku belakangku. Aku tersenyum menggoda dari kaca spion.
" Lebih baik kita langsung ke rumah saja ya. Bi Rohaya sudah memasakkan mu dengan hidangan istimewa. " kataku dan dia jawab dengan anggukan Zein.
Selama perjalanan aku dan Zein memonopoli percakapan. Hanya sesekali Izza menimpali. Kesambet tuyul gondrong kali ya Izza krnpa jadi pendiam begini Terkadang aku melihat dari kaca mobil Kedua mata Zein terlihat memperlihatkan Izza lalu aku melihat adikku memalingkan wajah atau kadang menunduk.
Aku sengaja tidak menanyakan lagi rasa penasaranku pada kedua orang ini. Awas saja kalau sampai di rumah aku akan menghabisi ' kalian. Pikirku sambil tersenyum sendiri
Kurang lebih 50 menit kami telah sampia di halaman rumah orang tuaku. Firdaus telah siap membuka gerbang utama.
" Selamat siang Mas Hafiz monggo silahkan masuk" sapa anak itu ramah. Aku sungguh menyukai kesopanan bocah itu.
Firdaus membantu menurunkan koper dan ransel Zein. Aku berjalan mendahului mereka. Aku sengaja membiarkan mereka berdua di belakang karena aku telah menyusun strategi untuk mengintrogasi nya.
Ibu keluar dari kamar nya yg terletak di lantai bawah berhadapan dengan ruang keluarga. Karena Zein sudah beberapa kali main kesini jadi dia terlihat lebih akrab dan tidak canggung.
" Assalamualaikum bu, bagaimana kabarnya? Ayah bagaimana kabarnya? " Kata Zein ketika melihat ibu. Dia langsung mengambil punggung tangan kanan ibuku dan segera mencium nya.
" Waalaikum salam nak Zein. Alhamdulillah kami semua sehat. Namun ibu tadi pagi merasa agak pusing jadi ibu ijin untuk beristirahat di rumah saja" jawab ibuku.
Zein tampak kuatir lalu dia memegang tangan Ibu ku.
" Bu maaf, apa boleh Zein memeriksa ibu? Ibu terlihat pucat"
Ibu tersenyum senang mendengar penawaran Zein.
" Iya boleh. Ah ibu lupa kalau anak ganteng ibu ini dokter ya. Ayo Zein coba ibu di periksa dulu"jawab ibu.
Aku mendekati ibu karena kuatir melihat beliau memang terlihat pucat.
Zein segera mengeluarkan stetoskop, alat cek gula darah dan tensi dari dalam ranselnya.
Aku dan Izza hanya bisa melihat saja . Lalu beberapa saat kemudian Zein sudah mengetahui hasilnya.
"Ibu tensi nya normal, Cek gula nya agak tinggi nih bu. Apa ibu ada riwayat diabetes? saya ngecek ini dengan sistem acak bu. Disini lumayan tinggi 280. Mungkin besok pagi saya bisa cek sebelum makan. " katanya sebagai seorang dokter.
Ibu mengangguk. Walaupun ibu seorang bidan namun ibu paling anti jika harus mengambil darahnya sendiri.
" Udah Zein gapapa ibu mungkin kecapekan juga. Kemarin pulang rakor dengan semua kepala puskesmas terlalu malam jadi ibu capek. Kamu istirahat dulu nanti di teruskan ngobrolnya. Hafiz antarkan nak Zein ke kamarnya ya! " Jawab Ibu sambil mememrintahku.
Aku mengajak Zein untuk menuju kamar tamu yg ada di bawah. memang 2 kamar tamu ini sengaja di taruh di bawah agar tidak memudahkan tamu untuk beraktifitas.
Lalu aku perintahkan Izza untuk mengambilkan minuman dan makaanan ringan di meja makan.
Izza cemberut melihat aku dan Zein tidak berada di ruang tamu. Lalu dia kembali ke ruang makan menaruh nampan nya lagi
Aku melihat Izza dari balik pintu kamarku yg belum tertutup aku tersenyum saja melihat gerak geriknya.
Biar saja dia cemberut nanti kan minuman dan makanan ringan itu bisa di nikmati Zein setelah istirahat. Kasihan Zein telah menempuh perjalanan jauh dari desa nya ke bandara selama 3 jam lalu dari Surabaya ke Jakarta 1.5 jam . dia bilang tadi berangkat setelah sholat subuh.
" Taruh saja disitu . Nanti dia pasti menghabiskan nya! " teriak ku usil. Izza mengepalkan tangan nya ke atas. aku terkekeh melihat ekspresinya.
Lalu aku membuka laptopku untuk mengecek email dari kantor. Aku sengaja menyuruh Aldo Manager operasional untuk mengganti kan ku sementara hari ini. Aku yakin Aldo orang yg cukup mumpuni dalam menghandle masalah perusahaan ku. Hanya sehari pasti Aldo tidak akan kualahan. Tadi aku sudah dapat schedul dari Wina sekertarisku tak ada rapat penting yg harusnku hadiri. Jadi hari ini aku agak santai.
Beberapa email telah ku baca lalu mataku tertuju pada salah satu email yg di kirim seminggu yg lalu.
Kenapa aku bisa. melewatkan email ini?
From :
Egyptian.angel1001@gmail.com
Dear Mr Bramantyo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments