Aku tersenyum mengingat kebersamaan ku dengan semua sahabatku saat kuliah.
Namun Aku berusaha tidak mengingat Aygul dengan segala kenangan nya. Hatiku masih perih padahal waktu perpisahan telah berlalu selama 4 tahun yang lampau.
Mungkin karena dia menjadi alasan ku betah sendiri. Aku masih belum bisa move on dari bayangan cantik mantan kekasih ku itu. Mata nya yg biru sangat indah , bibirnya yg mungil. merekah bagai kelopak bunga mawar, Dan senyum nya bagai telaga kautsar yg tenang namun menyimpun sejuta kepedihan.
Orang tua ku tidak pernah tau aku pernah menjalin hubungan dengan gadis beda negara ini. Jika mereka mengetahui pasti sudah jauh-jauh hari aku akan di suruh mencari nya.
Aku berpisah dengan nya bukan karen aku tak cinta namun ada pengorbanan yg harus ku utamakan. Entah lah apakah ini namanya pengorbanan cinta atau kah aku yg terlalu lembek dan kurang gentleman. Kadang aku merutuki keputusan ku meninggal kan nya dulu namun aku anggap ini adalah hukuman Tuhan bagi ku. Sudah lah aku pun telah menerima konsekuensi dari sebuah keputusan ku berpisah dengan wanita ku.
Kuhembuskan nafasku pelan sambil menyeruput kopi hitam buatan Ibu Zein. Memang kami telah berpisah namun Aku selalu meminta Ibu Zein untuk mengirimkan ku kopi racikan ibu nya. Aku sudah beberapa kali berkunjung ke rumah Zein. Dan Zein pun telah mengetahui keluarga ku. Dia tak menyangka aku adalah putra dari pengusaha sukses di Indonesia. Karena selama aku berkawan dengan nya aku tidak pernah mengumbar kekayaan orang tua ku
Aku hanya menceritakan keadaan keluarga ku yg bahagia tanpa. pernah mengeksplor harta orang tua ku. Bagi ku tabu menyombongkan diri dengan harta karena harta itu hanya titipan Allah SWT. Dan lagi aku ingin mengetahui kualitas persahabatan teman-teman ku. Apakah mereka menyukaiku secara pribadi atau karena kekayaan keluargaku.
Awalnya aku mengajak Zein dan Emir berlibur ke rumahku. Karena Abizar juga penasaran dengan Indonesia akhirnya aku mengajak mereka bertiga ke rumah.
Selain itu Zein juga ingin berkenalan dg orang tua ku karena dia merasa berhutang budi karena selama di Mesir dia bisa tinggal tanpa sewa dengan ku di Apartemen sederhana yang Ayah sewakan, maka kami sepakat liburan semester ini di habis kan di rumah orang tuaku. Memang secara tak tertulis kami berempat memiliki perjanjian bahwa kami akan saling berkunjung ke negara masing-masing saat liburan.
Rumah Ayah ini Luas tanah nya 716 M dan LB 900 M mempunyai 2 lantai. Ada 7 kamar utama dan di se tiap kamar itu ada kamar mandi nya. Dan ada 3 kamar pembantu yg terpisah di luar seperti pavilion. Dapur yg luas bentuknya seperti bar dan di belakang halaman ada kolam renang dan kebun mini.
Dulu Ibu sering mengundang teman pengajian nya untuk mengadakan pertemuan dan mengaji bersama anak yatim disini. Dan kebiasaan seperti itu masih dilakukan beliau.
Di lantai 2 ada ruang Nge Gym yg sengaja di buatkan Ayah untuk ku, serta home theather untuk kami sekeluarga menonton film bersama.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Setelah sholat subuh aku segera masuk ke ruang Nge Gym biasa nya aku melakukan olah raga selama 30 menit sebelum aku turun ke bawah untuk membaca koran lalu menikmati secangkir kopi hitam buatan ibu.
Keringat sudah membanjiri tubuh ku. Rasanya segar sekali meregangkan otot setelah tidur semalam. Aku segera turun ke bawah dan menuju kolam renang. Aku hanya ingin membaca koran dan berjemur di pinggir kolam.
Ku lihat Ibu sudah siap dengan celemek nya di dapur. Di bantu si Bibik dan Mbak yg bagian kebersihan mereka menyiapkan sarapan pagi. Ibu memang lebih suka memasak sendiri jika tidak repot karena bagi ibu rasa cinta nya bisa tersalurkan dengan melihat suami dan anak nya lahap memakan dan menikmati hasil masakannya.
Ponsel ku bergetar dan segera ku buka pesan whatsapp dari beberapa teman. Ada Zein yang juga mengirimiku pesan
Zein : Assalamualaikum brother, Apa kabar?
Me. : Walaaikum salam sehat bro, wah tumben nih pagi-pagi udah absen
Zein : Dua hari lagi aku ke kota mu. Alhamdulillah aku di terima sebagai Kepala bagian Bedah di Rumah Sakit Bustanul Athfal.
Me : Alhamdulillah jadi, kamu resign dari Rumah sakit lama?
Zein : Iya begitu lah. Karena di Bustanul Atfal juga milik seniorku yg di Mesir itu. Beliau mempercayakan ku untuk mengelola sekalian.
Me : Wah hebat kau Zein. Baik lah aku akan menjemput mu di bandara nanti kau infokan jam penerbangan mu saja.
Zein : Terimakasih Fiz. Maaf aku selalu merepotkan mu. Selamat bekerja ya dan salam untuk Ayah Ibu mu.
Me : Sama-sama insyaallah nanti aku salamkan ke beliau berdua.
Chattingan ku dengan Zein selesai. Aku mendengar suara Ibu memanggilku.
Aku melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Hari ini aku ada schedul meeting dengan client pukul 09.30 wib di kantor ku. Masih ada sisa waktu ku untuk mandi dan sarapan. Sebelum aku memeriksa berkas-berkas pekerjaan ku sebelum berangkat.
Kulihat Izzah sedang menonton berita selebriti di TV bawah. Ah masih saja suka melihat orang ghibah,anak ini. Aku melihat ibu yg sedang menata makanan di meja.
" Iya bu, tadi ibu memanggil Hafiz? " tanya ku
Ibu mengangguk.
" Nanti kamu berangkat pukul berapa? "
" Insyaallah 08.30 wib bu. Ada meeting di kantor dengan client baru. Minta doanya ya bu semoga lancar dan goal" kataku sambil tersenyum
"Aamiin ibu selalu mendoakan anak-anak ibu agar usaha nya lancar, sehat dan dekat dengan jodohnya" canda wanita pertama yg ku cintai di dunia ini tanpa. syarat
" Aamiin, Ohya bu tadi Zein titip salam buat ibu dan Ayah, insyaallah 2 hari lagi dia akan kesini" jawabku sambil duduk di meja makan. Aku telah berganti kaos yg tadi telah basah kena keringat.
" Waalaikum salam. Iya silahkan aja kemari nak. Suruh menginap disini saja tidak perlu ke hotel. Rumah ini terbuka untuk nya. " kata ibuku lagi, Izza berjalan mendekati kami dan duduk di depan ku sambil mengambil pisang goreng yg ada di meja.
" Eh, Mas Zein yg anak Surabaya itu kan mas? Dr Zein kan? Kapan dia kesini Mas? " tanya nya ikut nimbrung pembicaraan ku dg ibu.
"Hmmm.. anak kecil ikut nguping pembicaraan org dewasa ya. " kataku pura-pura marah
Izza meringis malu. Adikku terlihat manis sekali jika pipinya bersemu merah ingin rasanya aku cubit sampai menangis.
"Eh maafin Izza kak, gak sengaja tadi mendengar nama Zein. Hehehe... Dan lagi aku sudah 21 tahun kak sebentar lagi lulus kuliah Sastra Inggris " seloroh nya
Aku berdiri mendekatinya lalu ku tarik hidung nya yg bangir itu gemas.
" Tetap aja kau anak kecil ayah dan Ibu ! Masih pake pampers gak boleh nakal hahahaha...2hari lagi Zein kesini" kataku cuek sambil berlalu menuju kamar untuk mandi karena sebentar lagi Ayah pasti telah siap di meja makan untuk sarapan bersama.
Ibu menggelengkan kepala melihat kegaduhan kami. Entah mengapa rumah ini selalu rame jika ada Izza. Aku yg sedikit pendiam jika di luar namun jika bertemu dengan adik ku maka sifat asli ku lebih tereksplor. Aku yg jahil dan suka bercanda memang lebih berani berkelakar karena aku merasa nyaman jika di dalam rumah aku bebas menunjukkan ekspresi ku pada semua.
" Ibu Hafiz mandi dulu ya, nanti keburu Ayah menunggu" pamitku sambil membawa sepotong pisang goreng keju ke atas kamar
" Iya jangan lama-lama mandi nya kayak perawan! " teriak Izza keras sambil tertawa. Wah kacau nih bocah kalau ngomong gak pake saringan.
30enit kemudian aku sudah turun ke bawah dengan pakaian rapi dan siap untuk sarapan.
Ayah dan Ibu sudah siap di meja. Izza belum. keluar dari kamar nya.
" Pagi Ayah" sapa ku pada Ayah
" Pagi nak. Gimana perkembangan usaha mu. Ayah dengar perusahaan kita mau ekspansi melebarkan sayap ke negeri ginseng"
tanya Ayah sambil menyeruput teh manis di depannya
" Insyaallah Yah doakan semuanya lancar dan berhasil. Ohya Zein tadi kirim salam buat Ayah dan Ibu. 2 hari lagi dia akan tiba disini. " kataku sambil menyendok kan nasi ke piringku.
" Kita tunggu Izza dulu duduk disini baru kita lanjutkan sarapan ini. Izza ayo nak sudah siang Ayah ada janji dengan client dan Mas mu mau meeting juga !!" Seru Ibu.
Tak lama pintu kamar Izza terbuka. Gadis kecil ku itu menuruni tangga dan sekarang telah berdiri di depan kami.
Dia menduduk kan pantat nya di kursi pas di sebelah ku.
" Mari kita berdoa dulu sebelum makan, agar makanan ini menjadi berkah dan kekuatan kita utk memulai aktifitas di hari ini. Berdoa silahkan" aku yg kali ini memimpin doa makan pagi ini.
Setelah selesai kami sudah sibuk dengan hidangan di piring kami masing-masing. Tak ada suara hanya denting sendok garpu yg berbunyi.
Setelah semua selesai makan, Ayahelanjutkan obrolan kami yg tadi terputus.
" Ohya tadi kamu bilang Zein akan kesini kan? suruh menginap saja disni tidak usah buka hotel. Ayah yg memaksa bilang begitu ya? " Kata Ayah, Aku tersenyum mengiyakan.
"Mas, aku ikut menjemput Mas Zein ya.? pinta Izza
Aku membelalakkan mata.
WHAT!?
Hmm..
Sejak kapan si kecil ku ini mulai perhatian dengan Zein?
Wah jangan-jangan aku udah di tilap (di kelabui) dua orang ini. Jangan - jangan Izza menaruh hati pada sahabatku. Tapi jika memang benar begitu aku akan sangat bahagia menjadi kan Zein sebagai saudara. Tapi apaakah Zein akan mennaggapi Izzah? sedangkan Zein sendiri yg ku tahu tak pernha mendekati wanita. Aku pura-pura mengedikkan bahu.
" Ayoo lah Mas, Aku lagi gak ada kuliah daripada Bete kan mending menemani Mas Hafiz " rayu nya lagi.
Hmmm... baik lah aku akan membuktikan rasa penasaranku tentang Izza dan Zein.
" Baik lah, tapi janji jangan bikin ulah ya? Dan kamu yang jadi driver nya. " kataku mengerjain adik bungsu dan aneh nya dia mengangguk setuju.
Biasanya dia akan menolak jika aku suruh menjadi driver ku. Hahaha...
ini pasti ada sesuatunya deh.
Akan ku buktikan kecurigaan ku besok saat bertemu dengan zein.
Awas aja kau Zein jika aku bukan orang pertama yg mengetahui hubungan mu dengan adikku. Aku akan membuat perhitungan dengan mu. Akan ku gantung di pohon cabe depan pavilion Bibik.
Setahu ku Zein tak pernah berhubungan spesial dengan wanita. Bahkan saat di Kairo Zein lebih senang jalan dengan kawan-kawan lelakinya. Bahkan aku sempat meledek nya di saat aku menjalin cinta dengan Aygul aku pernah memasangkan nya dengan Ayesa sahabat Aygul. Namun Zein tak bergeming, dia lebih antusias membaca diktat kedokteran tebal di apartemen atau menghabiskan waktu di perpustakaan kampus.
Aku mengagumi Zein sebagai laki-laki yg taat beribadah, sholat dan puasa tak pernah ditinggal nya. Bahkan Zein sering mengingatkan ku akan ber puasa. Untuk sholat kami hampir selalu berjamaah di masjid kampus maupun di musholla yg terletak di basement apartemen.
Pernah suatu ketika Ayesa pura-pura minta tolong Zein untuk mengantarnya pulang karena kemalaman, namun Zein malah mengajak ku untuk mendampinginya agar kesempatan berdua dg Ayesa tidak terjadi. Padahal aku dan Aygul berusaha untuk memberi nya kesempayan berdua.
Zein pernah bercerita padaku jika ingin mendapatkan istri melalui jalan Ta'aruf saja. Dia tidak mau pacaran karena dia ingin jadi yg pertama dan terakhir untuk istrinya kelak. Dan dia ingin menjaga diri dari zina. Sahabatku ini memang orang yg teguh pendiriannya dan sangat menjaga diri. Aku sering kali malu dengan nya, namun dia tidak pernah merendahkan ku atau pun menggurui ku. Jadi aku merasa sangat nyaman dengan persahabatan kami.
Hari ini tepat pukul 09.00 wib aku sudah bersiap untuk menjemput Zein. Pesawatnya akan landing pukul 11.00 wib. Aku harus merencanakan waktu kurang lebih 1 jam agar tidak terburu-buru. Hari ini aku sengaja mengosongkan jadwal ku untuk ngantor. Aku melimpahkan tugas ku pada Hanafi Salah satu wakilku di kantor. Aku percayakan tugasku padanya.
Izza juga telah selesai bersiap. Bunda hari ini sedang tidak enak badan sehingga beliau ambil cuti. Ayah sudah berangkat tadi pagi ke kantor.
Kulihat adikku yg duduk di belakang kemudi mobil sedan ku. Dia memakai jilbab berwarna Kuning kunyit sepadan dengan gamis Orange putihnya. Wajahnya tampak berseri-seri dan seulas lipstik pun telah menghiasi bibirnya.
"Duh dek. semangat sekali sih seperti mau bertemu pacarnya" godaku sambil meliriknya.
Izza mencubit perutku agal keras.
Argggg...
" Sakit tau dek! " erangku karena cubitannya.
" Habis mas meledek terus" rajuknya kesal. Aku terkekeh senang godaan ku memancing emosi nya
"Ya udah sih mari berdoa sebelum berangkat! " Lalu mulutnya komat-kamit merapalkan doa. Aku terkekeh melihat adik. manisku ini.
Mobil melaju membelah jalan raya yang sudah mulai padat merayap ini. Aku sudah tak mengganggu Izza lagi. Tanganku memutar dvd di dalam mobil.
Alunan suara Syakir Daulay mengalun merdu. Entah mengapa aku menyukai lagu yg sedang jadi trending topik di dunia per you tube an Indonesia.
Mulia cantik berseri, kulit bersih merah di pipi mu.
Dia Aisyah putri Abu bakar istri Rosulullah
Sungguh sweet nabi mencinta mu
Hingga nabi minum di bekas bibir mu
bila marah nabi kan bermanja mencubit hidung nya..
Aisah romantisnya cinta mu dengan nabi
Dengan baginda kau pernah main lari lari
Selalu bersama hingga ujung nyawa kau di samping Rosulullah
Aisah sungguh manis Jazirah cinta mu
Bukan persis nobel mula bemci jadi rindu
Kau istri tercinta ya Aisah
Ya Humairah
Rosul Sayang Eosul Cinta
Diam-diam aku mengganti Syair nya dengan nama Aygul dan Hafiz..
Lalu aku tersenyum senyum sendiri.
Haaha jadi cowok kenapa baperan ya aku dengar lagu ini.
" Mas.. Mas Hafiz kenapa senyum-senyum sendiri! " Kata Izza mengagetkan ku.
Aku jadi malu kepergok adikku sedang baper. Wah parah nih, si mantan sedang bermain -main lagi di pikiran.
" Gapapa lagi mikirin Zein! " jawabku menggoda
Izza cemberut mendengar jawaban ku.
Awas ya kalau sudah bertemu dengan Zein, aku akan menghabisi kalian berdua. Kekeh ku sendiri.
Benar sesuai dengan prediksi ku jalanan pun telah macet, Adikku terlihat emosi sambil sesekali di bunyikan nya klakson agar mobil di depan kami tidak sembarangan menyalip.
Aku tertawa saja melihat kekesalan dia namun Aku pun tidak berniat untuk mengganti kan posisi nya.
Ada harga yg harus kau bayar jika ingin bertemu dengan sahabatku. kataku jahil sambil berbisik ke dekat kuping nya.
Izza cemberut sambil matanya lurus
ke depan.
Dan mungkin doi bisa mewakili sosok dr Zein Salman Al Mujahid
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Roisatul
next kak....
sudah like all episode dan rate 5. semangat terus ya kak
2020-04-15
2