Alisha, “Miss Popular” memarkirkan BMW X1 miliknya yang berwarna putih tepat di sebelah mobil Ryan yang merah menyala.
“Busyet, rajin juga tuh cowok datang pagi,” gumam Alisha sambil menggendong tasnya dan berjalan menuju kelas.
“Halo…” sapa Niken dan Sandra, dua orang anggota gang popular milik Alisha. Dua cewek ini merupakan pengikut setia miss popular yang setia mentraktir dua sahabatnya.
“Halo juga,” balas Alisha yang langsung berkerumun bertiga dan bergosip ria menunggu bel tanda masuk berbunyi.
“Teng…teng…teng….” Bunyi bel tanda masuk berbunyi dan semua murid berbaris depan kelas.
Bu Rini, guru matematika kawakan telah siap di depan pintu sambil membawa buku Matematika jilid 2 A. Wanita setengah baya ini tampak serius seperti biasanya. Dari balik kacamatanya yang tebal tersembunyi hati yang lembut keibuan. Para murid seringkali duduk terdiam ketakutan ketika beliau mengajar karena hampir tiap materi selesai langsung diadakan kuis harian.
Pagi ini adalah hari terakhir Bu Rini menjelaskan materi dan Latihan soal Trigonometri. Sebelum ulangan, beliau memberikan soal latian dan menyuruh seorang siswa mengerjakannya di papan tulis. Semua murid terdiam dengan mulut terkunci. Alisha duduk tegang bagaikan robot, dadanya berdetak kencang ketika Bu Rini mendekati mejanya.
“Puft.. leganya,” miss popular itu menarik napas panjang ketika sang guru tak menunjuknya untuk maju. Alisha merasa belum menguasai materi baru ini dan sepulang sekolah pasti akan mendatangi bimbel untuk bertanya dan latihan soal lagi dibantu guru bimbelnya. Sang papa adalah seorang yang keras dan mengharuskan Alisha selalu lulus sekolah dan mendapat nilai baik meskipun dirinya tak pernah mendapat ranking sekalipun di kelas.
“Ryan, coba kamu kerjakan soal itu ya! Dari tadi seperti kurang konsentrasi. Ini sekolah bukan lapangan basket jadi mata kamu harus menghadap papan tulis, bukan lapangan,” perintah Bu Rini dengan ketus.
“Baik Bu,” sahut Ryan dengan santai.
Segera diambilnya kapur tulis dan menuliskan jawabannya tanpa berpikir.
“Rumusnya aja kamu belum hapal! Salah semua. Sana duduk lagi! Ayo Maya, bantu koreksi.”
Maya maju ke depan kelas dengan langkah yang kurang sempurna, namun gadis berkepang dua ini sangat cantik dan cerdas hingga membuat semua guru kagum atas kepiawaiannya.
“Nah, ini baru betul! Ryann, mulai sekarang kalau kamu belum paham boleh tanya ke Maya ya!”
“Iya Bu,”jawab Ryan singkat. Cowok itu sekalipun tak merasa malu meski semua jawabannya tadi salah.
Alisha hanya menelan ludah melihat kesempatan berdekatan dengan sang pujaan jatuh pada Maya, si gadis pincang.
Saat jam istirahat kedua, Alisha mendekati meja Ryan yang sedang asyik menyalin tulisan dari papan tulis.
“Hai…” Alisha membuka percakapan. Di belakangnya telah berdiri dua pengikutnya,Niken dan Sandra layaknya seorang boss besar dan dua pengawalnya.
“Hai juga,” balas Ryan tanpa menoleh sedikitpun.
“Mau gak aku traktir makan di kantin?” tanya Alisha sambil menoleh ke arah dua sahabatnya seakan menunggu respon mereka atas idenya tadi.
“Aku lagi sibuk,nih. Takut ketinggalan.Kalian duluan aja,” sahut cowok ganteng ini dengan cuek.
“Masih lama? Kami bisa tunggu kok, kalau gak lama,” tanya Alisha, seakan pantang menyerah.
“Masih setengah papan tulis lagi. Lagian aku gak lapar kok,” cowok itu tetap cuek tak menengok sedikitpun.
“Yaudah kalau gamau! Gausah banyak alasan. Kami gak akan ajak kamu lagi,” balas Alisha sambil melengos.
Siang itu Ryan melihat Maya, sang ketua kelas masih duduk di kursinya sambil menulis sesuatu di atas kertas. Cowok ganteng itu mendekatinya, dan mengambil posisi duduk persis di depannya. Ryan duduk dengan posisi terbalik di kursi sehingga wajahnya dengan jelas menatap Maya yang sedang serius menulis.
“Halo.. sorry, aku mengganggu sebentar,” sapa Ryan.
“Halo… apa yang bisa aku bantu?” jawab Maya sambil meletakkan pulpen dan menatap Ryan.
Sebuah wajah putih dengan hidung mancung, bola matanya bulat sempurna dengan bulu mata lentik dan alis lebat menambah cantiknya si kepang dua. Wajah natural sempurna milik Maya begitu menarik perhatian Ryan.
“Aku butuh bimbingan trigonometri,”sahut Ryan dengan mimik penuh harap.
“Boleh aja, tapi abis ini aku ada rapat OSIS. Malam aku bisa. Nih nomer ponselku,” jawab Maya sambil tersenyum. Sepasang lesung pipit menghiasi kedua belah pipinya yang putih kemerahan.
Ryan menerima secarik kertas kecil berisi nomer ponsel gadis cantik itu.
“Wah, Makasih banyak ya. Kamu baik banget.”
“Iya, sama-sama,” sahut Maya sambil meneruskan pekerjaannya menulis.
Sepulang sekolah, Alisha berjalan diikuti dua sahabatnya menuju mobil.
“Kesel gue. Ryan cuek banget. Gak liat ap ague udah cantik begini. Kurangnya gue apa?”
“Bukannya lu udah ada Affandra,Lis?” tanya Niken dengan alis dinaikkan penuh keheranan.
“Dia lebih ganteng. Gue mulai bosen sama Affandra,”sahut Alisha seenaknya.
“Terus rencana lu apa?” tanya Sandra sambil menengok ke arah mobil Ryan yang terparkir dengan manja di samping mobil sahabatnya.
“Gatau!” jawab miss popular dengan ketus sambil menghentakkan kakinya di atas tanah. Disepaknya kerikil kecil yang ada dekat ban mobil sambil mengacak-acak rambutnya.
“Nah, gue punya ide. Kita kempesin ban mobil lu. Terus lu minta tolong Ryan. Gimana?” cetus Niken yang terkenal paling jahil di antara mereka bertiga.
“Gila ya lu! Kita bisa pulang kesorean kalau ban kempes,” keluh Alisha.
“Lu kapan mau dideketin Ryan kalau bukan lewat cara pintas macem ini?” celoteh Niken sengit seakan idenya amat brilian dan tak mau dibuang begitu saja.
“Yah, okelah. Lu laksanain,” sahut miss popular pasrah.
“Eh..cepetan! Tuh Ryan mulai nongol. Dia jalan ke arah kita,” teriak Sandra mengagetkan Niken. “Ups..untungnya udah beres,” kata Niken sambil berdiri menonton hasil karyanya, sebuah ban depan sebelah kanan yang kempis sempurna.
Sandra mendorong pundak Alisha, “Cepet lu beraksi!”
Ryan bersiap masuk ke mobil ketika Alisha menyapanya dari dekat,”Hai..Bisa bantu aku?”
Gadis blasteran ini memilin ujung tali tasnya sambil berharap Ryan mau berbelas kasihan padanya.
“Hai juga..minta tolong apa?” balas cowok keren itu sambil menoleh ke arah Alisha.
“Tuh.. ban mobil gue kempes. Tolong gantiin bisa?” pinta Alisha penuh harap.
Ryan keluar dari mobil dan berdiri di dekat Alisha, “Maaf ya,Lis. Aku buru-buru. Coba kamu minta tolong satpam atau telpon bengkel.”
“Tega ya lu!” bentak Alisha sambil meninggalkan Ryan yang melaju dengan mobilnya.
Kini Alisha menangis dan mengomel pada Niken, “Gara-gara lu rencana gue hancur berantakan! Mana ban kempes. Kita bakal balik rumah kesorean tau!”
“Yaudah gue coba panggil satpam,” Sandra berlari ke arah pos satpam.
Namun gadis tomboy itu tak lama kemudian balik lagi,” Lis, satpam gak paham cara ganti ban. Gue bantu telpon bengkel terdekat ya.”
Niken minta maaf sambil berusaha mengambil hati Alisha yang sedang menangis.
Sementara Sandra sibuk dengan ponselnya, menghubungi nomor beberapa bengkel yang bisa datang secepat mungkin ke sekolah.
Lima belas menit kemudian, orang bengkel datang dengan mengendarai sepeda motor dan mengganti ban depan mobil Alisha dengan cekatan.
“Nah, udah beres Neng, upahnya tujuh puluh lima ribu rupiah. Transfer aja, kata boss,” pintanya bersiap-siap sambil tancap gas pamit pergi karena masih banyak kerjaan selanjutnya.
“Oke,bang. Nih udah gue transfer via M-banking ya.”
“Makasih,Neng. Saya jalan dulu.”
Di mobil Alisha masih menggerutu sambil memperkeras suara musik yang diputar lewat usb dalam mobil. Lagu “Love is Gone” dari Dylan Matthew diputarnya keras-keras seakan mewakili hatinya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments