Maya menoleh ke arah belakang, seorang cowok rupawan yang dikenalnya, tersenyum ke arahnya. Tangan kanannya memegang kunci mobil, ia tampak berjalan ke arahnya dengan wajah penuh senyum kebahagiaan. Tubuhnya yang tinggi atletis dalam balutan jeans biru tua dan t shirt putih nampak kontras dan menjadikannya pusat perhatian. T shirt-nya ketat melekat sehingga tampak dadanya yang bidang dihiasi tonjolan otot-otot tangan yang menyembul indah. Raut wajahnya yang rupawan membuat beberapa polisi serta keluarga Pak Suminta memandangnya penuh kekaguman.
“Maya…”serunya ketika berada di hadapan Maya.
“Ryan…”tanpa sadar Maya berlari ke arah cowok keren itu dan memeluknya.
“Makasih banget udah jemput aku.”
Ryan mengelus kepala gadis itu. Sejenak Maya tersadar dan merasa malu,ia pun melepaskan pelukannya. Cowok super keren itu tertawa geli melihat tingkah laku gadis di hadapannya yang serba salah tingkah. Si kepang dua masih tetap cantik dan manis di hadapannya meskipun kini tubuhnya penuh luka lebam.
“Pakai baju siapa?Kedodoran begitu,”ledek Ryan sambil tertawa.
Di belakang mereka terdengar suara suitan Mas Pri yang meledek kemesraan sepasang anak muda yang telah lama tak bersua.
“Suit…suit…”
“Ehem…ehem…”suara Wati berdehem sambil tersenyum-senyum berbisik di telinga sang suami. Sementara Pak Suminta memandang ke arah mereka dengan tersenyum lebar memperlihatkan barisan gigi depannya yang mulai ompong dan kerutan wajahnya bertambah jelas. Tante Wulan hanya tertawa melihat ke arah mereka.
“Ini baju milik Wati,”sahut Maya sambil memperkenalkan Ryan dan sang mama dengan keluarga Pak Suminta.
Mama dan Ryan menemui polisi di ruang penyidik, mereka tampak berbincang-bincang dan saling menukar nomor telpon sebelum berpamitan pulang.
“Nanti perkaranya kami tindak lanjuti,Bu.”
“Terima kasih,Pak. Kami pamit pulang dulu.”
Keenam orang itu akhirnya berjalan kaki ke rumah kontrakan Wati yang terletak tak jauh dari polsek untuk mengambil pakaian Maya. Sementara Pak Suminta malam itu menginap di rumah kontrakan putrinya karena hari telah malam.
“Kami pamit pulang dulu,”kata mama.
Maya mencium tangan Pak Suminta, Wati dan suaminya sebagai tanda terima kasih..
Ryan menganggukkan kepala dan berpamitan, kemudian mereka masuk ke mobil. Malam itu si ganteng mengantarkan Tante Wulan dan Maya kembali ke rumahnya.
Ryan menegakkan sandaran kursi dan memasang seat belt. Dilihatnya gadis kepang dua itu duduk dengan menyilangkan kedua lengan di depan dada. Matanya yang bulat sempurna menatap jalanan dengan gigi dirapatkan, menandakan ia sedang kedinginan.
“Kamu masuk angin,May?”
“Entahlah,”sahutnya sambil memasang seat belt.
Mama duduk di bangku belakang.
Ryan mengambil sebuah jaket kulit warna hitam yang tergantung di bagian belakang mobil dan mengenakannya untuk menutupi pundak dan tangan gadis itu.
Bau harum parfum milik Ryan merebak ke hidung gadis itu dan membuatnya merasakan sensasi lain karena cowok itu meletakkan hidungnya sangat dekat hampir mengenai pipi kanannya.
“Terima kasih. Aku bisa pakai sendiri kok,”tolak Maya dengan halus.
Mama hanya tersenyum-senyum di belakang sambil pura-pura mengalihkan pandangan keluar jendela.
Maya merasakan tubuhnya kembali hangat setelah mengenakan jaket milik Ryan. Diam-diam ia mencuri pandang mengamati wajah Ryan dari sisi kiri.
“Alamak ganteng banget! Bikin jantung ini deg-degan parah. Malam ini kenapa makin ganteng aja?”batin gadis itu bergejolak.
Rupanya cowok itu tersadar dirinya diamati,”Kenapa liat-liat?Kangen ya?”
Mama yang duduk di belakang berdehem.
“Nggak..Cuma mau tanya pelajaran di sekolah,”sahut Maya mengalihkan pembicaraan.
“Pelajaran udah aku catat. Ada PR dan catatan. Nanti tinggal susulan kalau ada ulangan.”
Si cantik berkepang dua hanya tersenyum memperlihatkan sepasang lesung pipitnya yang menambah manis paras wajahnya yang imut.
“Makasih Ryan.Kamu udah perhatian sama aku.”
“Sama-sama. Omong-omong tadi dapat visum et repertum?”
“Ada. Nanti kita liat sama-sama kalau udah di rumah.”
Malam kian larut, cakrawala makin gelap gulita,hanya ada taburan bintang-bintang di langit sebagai penerang jalanan yang sebagian besar merupakan jalanan desa. Empat puluh lima menit perjalanan barulah mereka memasuki perkotaan dengan lampu-lampu jalan yang berjajar. Nampak pertokoan telah ditutup, tak satupun yang buka 24 jam dalam sehari. Hanya beberapa kendaraan dan bis serta truk malam yang lewat. Maya terkantuk-kantuk di mobil. Suasana berubah hening, hanya suara music instrumentalia dari Kenny G yang mengalun lembut dari cd player dalam mobil. Ryan memandang wajah Maya yang terlelap di sampingnya, wajah yang innocent, sayang sekali ada orang jahat yang tega mencelakai gadis itu. Alisnya yang lebat berpadu dengan bulumata lentik dan hidung yang bangir, kecantikan yang begitu alami di mata Ryan. Sikapnya yang lugu merupakan pemikat tersendiri bagi cowok itu.
“Dua puluh menit lagi kita sampai,”seru Ryan yang membuat gadis itu membuka kembali matanya.
“Tante..Besok saya minta ijin antar jemput Maya selama sakit ya… Boleh kan?”
“Tante boleh-boleh aja. Coba tanya anaknya.”
Maya menggeliat dan menegakkan posisi tubuhnya.
“Maksudnya kamu mau jemput aku ke sekolah?”
“Iya..Kan kakimu juga masih lebam. Gak perlu menggoes sepeda dulu. Gimana?”
“Gak nyusahin nih?”
Ryan mengggelengkan kepala,”Sama sekali gak.”
Maya hanya menganggukkan kepala. Gadis itu membuka jaket kulit yang dipinjamnya dan meletakkan kembali di tempat semula dengan dibantu sang mama.
“Omong-omong…Siapa sebenernya yang tega membuangmu ke jurang,May?”
“Ehm…Aku gak tau pasti Ryan.Kondisi aku kan tertidur karena bius.”
“Sama sekali kamu gak bisa nangkep tanda-tanda apapun?”
Maya menggelengkan kepala.
“Aku yang nemuin sepedamu berkat bantuan tukang sate pikulan.”
“Oh ya? Lalu?”
“Kata dia, waktu itu ada mobil putih yang kecil dan mobil besar warna hitam. Salah satunya adalah plat mobil B 7889 NYZ.”
“Oh..Aku gak ingat itu sama sekali. Setelah dihadang itu aku mau lari terus dari belakang aku disekap. Terus gak ingat apa-apa lagi.”
“Ponselmu juga ilang?”tanya mama yang baru tersadar.
“Iya,Ma.Kemungkinan besar jatuh ke jurang,”sahut Maya dengan mimic sedih, matanya berubah sayu.
“Gak apa-apa. Besok kita beli yang baru pulang sekolah. Aku yang kasih hadiah buatmu.”
“Ah..Makasih. Kamu baik banget.”
Mama ikut bahagia melihat kebahagiaan Maya malam itu.
“Untuk sementara waktu jangan bantu mama antar laundry sebelum pelakunya ditangkap,”celetuk mama dari belakang.
“Iya. Jangan keluyuran dulu. Sepertinya mereka bakal ngulangin perbuatannya kalau target mereka itu membunuh.”
Maya seketika tergidik, bulu kuduknya merinding mengingat semua kejadian yang ia alami hampir satu minggu terakhir.
“Apakah Maya punya musuh,Tan?”
“Sepertinya gak ada kan May?”mama mengalihkan pertanyaan pada Maya.
“Gak ada,Ma. Kecuali orang itu memang benci sama Maya.”
“Coba kamu ingat-ingat,May. Apa yang kamu lihat sebelum disekap,”pinta Ryan dengan wajah serius menatap jalan, fokus mengemudi.
“Dalam kondisi lemes. Maya kayak orang tidur nyenyak berat buat bangun. Terus ada suara yang sepertinya Maya sering denger. Tapi please jangan berburuk sangka sama orang ini.”
“Maksudnya siapa,May?”
“Tapi janji jangan nuduh dulu!”
“Iya..Tapi siapa?”
“Alisha.”
“Hah? Alisha?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments