Setelah satu hari alpha dari sekolah, miss popular kembali bersekolah seperti biasanya. Seperti biasa pula, ia mengemudikan mobilnya sendirian. Dalam lima hari sekolah, gadis itu menggunakan mobil yang berbeda-beda namun tetap satu warna kesukaannya, yaitu warna putih. Sementara itu Ryan sengaja merahasiakan kasus Alisha yang ditangkap polisi dan dibui semalam untuk melindungi nama baiknya. Namun rupakan kebaikan hati cowok rupawan itu dibalasnya dengan air tuba.
“Hai..hai…semuanya,”kata Alisha yang tebar pesona begitu sampai kelas dan menggantungkan tas ranselnya di belakang kursi.
Ryan yang duduk di kursi dan bersiap baris di depan kelas meliriknya.
“Rupanya ada yang mukanya berkerut-kerut karena ditinggal doi,”teriaknya lantang di depan Sandra dan Niken sohibnya.
“Maksud lo si itu?”timpal Sandra sambil melirik Ryan.
Sandra tertawa keras-keras dan Niken ikutan tertawa.
“Selera dia rendahan! Pincang,”seru Alisha sambil terbahak-bahak.
“Kalian ini tau adat gak sih?Ini sekolahan bukan pasar!”tegur Affandra si ketua OSIS.
Cowok ganteng dengan kulit sawo matang itu tampak macho, namun daya tariknya telah terkalahkan oleh Ryan, penghuni baru yang lebih membuat mata para siswi di sekolah ini sulit berkedip menatapnya terlebih ketika cowok ini berhadapan dengan bola basket dan keranjangnya. Dia begitu piawai menggiring dan memasukkan bola. Slam dunk-nya begitu sempurna.
“Yaelah mantan lu ngamuk!”seru Niken sambil berjalan keluar kelas.
“Ayo semua keluar dan baris depan pintu!”teriak Affandra lagi.
Setelah masuk kelas, Pak Tarno sang wali kelas memanggil siswanya satu persatu.
“Semua masuk ya!Ada yang tau dimana Maya? Udah hampir satu minggu tidak masuk sekolah.”
“Hamil kali Pak,”sahut Sandra seenaknya.
“Hush!”seru Pak Tarno dengan wajah marah,matanya melotot.
“Ini sekolah!Jaga omongan kalian.Jangan sembarangan berbicara.”
Ryan menghela napas panjang. Cowok keren itu menyimpan sesuatu namun masih menyembunyikannya di depan sang wali kelas. Ia tidak ingin mencemarkan nama baik Alisha sebelum semuanya terbukti. Ia merasa harus bertindak hati-hati karena telah melibatkan para leluhurnya, para vampire yang hidup abadi dan tersebar di berbagai belahan dunia. Ryan tidak ingin semua teman bahkan gurunya menaruh kecurigaan terhadap dirinya yang bukan seutuhnya manusia, tapi manusia setengah vampire yang punya kekuatan super mengalahkan segala jenis manusia yang hidup di atas bumi.
“Kalian pelajaran apa di jam pertama?”
“Fisika Pak,”seru murid-murid bersamaan.
“Bapak keluar dulu. Sebentar lagi guru fisika akan masuk kelas. Yang tertib ya!”
Pak Tarno membawa buku absen dan keluar kelas untuk kembali ke ruang guru.
Siang itu sepulang sekolah,Alisha and the gang sudah berada di parkiran. Mereka mengendap-endap mencari mobil milik Ryan dan berencana mengempiskan ban bagian depan.
“Mobilnya yang mana nih?”tanya Sandra sambil menggaruk-garuk kepalanya kebingungan.
“Memang apa plat mobilnya?”tanya miss popular sambil berkacak pinggang.
“Mana gue apal.”
“Warna item yang pintunya buka ke atas? Item bukan sih?” tanya Niken.
“Ntar kalian salah kempesin ban orang lagi,”celetuk Alisha dengan kesal.
“Yuk tanya satpam!”ajak Sandra berlari ke pos satpam.
“Dasar cewek bego! Mau jahil malah nanya satpam. Ketauan duluan kita,”teriak Alisha sambil menimpuk punggung Sandra dengan kerikil.
“Aduh!” si tomboy membalikkan tubuhnya dengan wajah marah.
“Gue selalu jadi korban lu!Niat bantuin tapi selalu sial.Lama-lama gue keluar dari grup sialan ini!”
“Eits..Tunggu..tunggu..Maafin gue San,”kata Alisha sambil memeluk sahabatnya yang tomboy itu dan menggandengnya ke mobilnya.
“Tuh mobil Ryan.Pokoknya yang paling mewah deh. Lamborgini ada dua warna.Gue lupa tapi merknya itu,”kata Niken sambil menunjuk ke sebuah mobil warna hitam.
Sandra membungkukkan badannya untuk membuka katup penutup ban bagian kanan depan. Niken bersiap-siap dengan pakunya, sementara itu Alisha bertugas mengamati sekeliling.
“Eits…Udah.Udahan. Ryan menuju kemari,”kata Alisha sambil menghentak-hentakkan kakinya di dekat dua sobatnya untuk memberi kode.
“Hai kalian….Naksir mobil gue ya?”tanya Ryan dengan wajah berseri-seri tanpa menaruh kecurigaan apapun.
Namun insting seorang vampire mengatakan ada yang tak beres dengan mereka bertiga. Akhirnya mata Ryan meneliti bagian bannya dan benar, sebuah katup penutup ban terjatuh di atas tanah.
“Kok bisa lepas sih?Maaf. Kerjaan kalian bukan sih?” tanya Ryan sambil memegang katup dan menunjukkan ke arah mereka.
“Eh…Bukan…bukan…”seru mereka serempak.
Ryan memeriksa keempat ban mobilnya, tak ada yang kempes, semuanya normal.
Cowok keren itu memasangkan kembali katup penutup ke tempatnya.
“Yaudah kalau begitu. Bye!”
Mobil yang dikemudikan Ryan melaju keluar halaman sekolah. Diam-diam Alisha and the gang mengikutinya dari belakang.
“Lu gila ya?Gue ada les tau sebentar lagi,”kata Sandra dengan wajah ditekuk.
“Yaudah gue turunin lu di sini.”
“Gila lu. Jauh banget di sini cari taksi online.”
“Gue gak bisa kuntit Ryan tau! Kehilangan jejak.”
Akhirnya Sandra turun di tepi jalan dan memesan taksi online, sementara Niken menemani Alisha menyusuri jalan menuju rumah Ryan.
“Mobilnya ilang kemana,Ken?”
“Aduh mana gue tau. Lu kehilangan jejak gara-gara nurunin Sandra tadi.”
Alisha mempercepat laju mobilnya dan menyalip mobil di depannya.
“Nah…Itu dia mobil Ryan. Dia turun sebentar di supermarket. Kita tunggu di belakangnya.”
Tampak Ryan memakan sesuatu ketika keluar dari sebuah supermarket lalu kembali mengemudikan mobilnya menembus keramaian dan membelok ke kiri di perempatan.
“Awas. Perempatan itu ada lampu merah. Dia belok kiri tadi.”
“Oke..Tapi sepertinya daerah ini udah di luar kota. Lu yakin?”tanya Alisha pada Niken.
“Iya. Tapi sepenglihatan gue sih ke arah sini. Jauh amat ya rumah Ryan. Daerah perkebunan dan peternakan kebanyakan kalau di sini.”
“Lu tau dari siapa?”tanya Alisha.
“Ya kata bapak guelah. Beliau kan dokter hewan.”
“Oh…”
“Jadi mau kita lanjutin? Atau balik ke rumah aja?”
“Apa-apaan sih lu? Udah nanggung,Ken.”
“Iya sih. Tapi kok gue tiba-tiba merinding. Jarang ada penduduk di sini,Lis.”
“Iya…Kita bisa pulang malam. Mana lapar lagi.”
“Tuh liat. Mobil Ryan keliatan lagi naik ke atas bukit.”
Alisha dan Niken mengamatinya dari bawah, sebuah rumah dengan pagar sangat tinggi.
“Lis..Kok gue jadi inget film Dracula sih? Rumahnya di atas nyempil sendirian gitu,”kata Niken dengan suara bergetar ketakutan.
“Ah lu. Ada-ada aja. Ryan pasti manusialah. Orangnya ganteng gitu. Jalannya juga napak ke tanah kan?”
“Terus kita naik ke atas?”
“Ya enggaklah. Penyelidikan kali ini cukup sampai di sini. Bahwa Ryan itu memang benar-benar kaya raya. Rumahnya aja udah seluas satu perumahan,”papar Alisha yang sok mengetahui segalanya mengenai Ryan.
“Lu fotoin aja,Ken. Buat dokumentasi kita.”
“Iya. Ini gue fotoin.Kita lanjutin esok atau lusa.”
“Lu ambil berkali-kali,Ken. Jangan goyang takut gambarnya blur.”
“Udah nih. Yuk kita pulang dulu.”
Alisha kembali mengemudikan mobilnya untuk kembali ke rumah. Senja mulai turun dan langit pun semburat jingga. Semesta mulai meredup dan matahari mulai tenggelam.
“Udah sore,Lis. Gue laper.”
“Ntar dikit lagi kita sampai kota. Cari restoran yang enak di pinggir jalan.”
“Nah itu dia,”Niken menunjuk sebuah restoran ayam bakar yang namanya sedang naik daun.
Mereka duduk dan memesan makanan. Sambil menunggu Alisha ingin melihat hasil jepretan Niken. Dan gadis badung itupun membuka ponselnya dan mencari-cari gambar rumah Ryan.
“Kok…”
“Ada apa,Ken?”
“Kenapa gambarnya kosong semua ya?”
“Maksud lo? Yaudah mungkin ponsel lu yang rusak. Besok atau lusa kita potret lagi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments