Alisha menutup pintu mobil dan memandang Niken yang duduk di sebelah kirinya.
“Ken..Coba deh lo potret gedung sebelah resto sebelah sana. Kita liat hasilnya sama-sama.”
“Oke. Gue coba.”
“Cekrek…”
Niken menyodorkan hasil kameranya, Alisha menyipitkan mata dan memperhatikannya dengan seksama.
“Tuh bagus kok hasilnya! Coba lo liat. Mungkin pas ambil gambar di rumah Ryan, jari lu nutupin lensa,”kata miss popular berargumentasi.
“Oh ya bisa juga sih. Gue buru-buru. Tapi masa iya dari sekian banyak foto hasilnya kosong semua?”
“Bisa aja cahaya terlalu menyilaukan. Lo juga ceroboh bukan dari awal lo liat hasilnya.”
“Iya. Gue udah panik kemalaman,Lis. Bokap gue suka ngomel.”
“Yaudah kita balik lagi ke sana!”
Alisha memasang seat belt dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke tempat tadi.
Niken terbelalak kaget dan berteriak,”Gila ya lo! Ini udah mulai malam.”
“Kita harus ke sana lagi secepat mungkin! Kau pegangan tangan yang erat dan tutup mata aja,”kata Alisha sambil tertawa.
“Lu terlalu ngebut deh. Kita bisa nabrak atau bahkan bisa celaka!”seru Niken sambil merapalkan doa agar mereka bisa selamat sampai tujuan.
Niken, cewek yang biasanya bawel dan suka iseng,hari ini hanya bisa diam berpegangan hand grip pada kabin mobil dengan mata terpejam. Nampaknya gadis itu telah siap apabila hari ini harus mati sebagai pengikut miss popular.
Mobil yang dikemudikan alisha dirasakan makin menanjak ke arah perbukitan dan bergerak melambat. Niken membuka matanya dan melepaskan pegangannya.
“Gue masih hidup,lis?”
“Masihlah,bego! Cepet lu potret rumah si Ryan tuh!”
“Bentar.”
Tangan Niken masih gemetaran, jari-jemarinya bergetar ketika mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.
“Ini…Coba lu liat!”
Alisha menghentikan mobilnya dan parkir di tepian jalan yang rata.
“Itu ada kok rumahnya. Cuma sepertinya tertutup kabut.”
“Nah itu dia! Kabut itu kan terjadi karena uap air yang membeku karena udara dingin.”
“Artinya daerah ini di ketinggian. Daerah ini pegunungan. Aneh kan cowok seganteng dan sekaya Ryan malah lebih memilih tinggal di jauh dari kota,”kata Alisha sambil melepaskan seat beat dan mulai membuka jendela mobil.
“Bisa aja orang tuanya sengaja cari lahan luas untuk tinggal. Kalau di kota lahan terbatas,”lanjut Niken.
“Lu ngapain sih buka-buka jendela. Serem tau! Gelap,”timpal Niken sambil menutup matanya.
“Lu penakut amat sih! Eh gimana kalau kita coba masuk ke dalam rumah Ryan?”
“Ih malu-maluin amat sih. Lu aja bukan siapa-siapa dia.”
“Maksud gue mau meneliti ke dalam.”
“Lu pikir gak ada satpam di rumah segede itu? Nanti malah kita disangka maling. Yuk ah kita pulang!”
“Gue masih penasaran mengapa Ryan tinggal di atas bukit seperti ini. Gue mau cari tau dari warga sini. Gue turun ya? Kayaknya ada rumah kecil di ujung sana.”
Alisha turun dan menuruni jalan setapak agak ke bawah.
“Stop! Jangan,lis. Gue gamau lu dapat masalah. Hari udah gelap soalnya. Gue takut ada orang jahat bukan setan. Kapan-kapan aja kita balik lagi.Please,”pinta Niken dengan wajah ketakutan dan hampir menangis.
“Ah..Dasar penakut! Ikut gue yuk!”ajak Alisha sambil membuka pintu mobil sebelah kiri dimana Niken duduk.
Tubuh Niken gemetaran karena takut, papanya pasti marah besar dia pulang malam hari ini.
“Gue takut diomelin bokap,lis. Balik yuk!”
“Sebentar aja kok. Please ikut gue.”
Alisha mengunci mobilnya dan berjalan ke sebuah rumah kecil di samping rumah milik Ryan Untung saja hari itu tidak ada hujan sehingga tanah yang diinjak tidak licin. Udara dingin menyergap menembus tulang, terlebih mereka hanya mengenakan pakaian seragam putih abu-abu tanpa lapisan sweater tebal yang menghangatkan badan.
Niken melipat kedua tangannya di depan dada sambil menggigil, bibirnya pucat karena kedinginan.
“Bbrrr….Kenapa dingin begini sih?”
“Ah..Lu jangan lebay! Tahan dikit sih!”
Akhirnya dua gadis itu sampai di depan sebuah rumah yang nyaris tanpa jendela,atapnya terbuat dari daun rumbia dan dindingnya terbuat dari anyaman. Banyak celah untuk udara masuk ke dalam rumah sehingga penghuninya masih merasa nyaman meskipun tanpa jendela. Hanya ada sebuah kursi goyang yang terbuat dari rotan , diletakkan di sebelah kiri pintu masuk. Lantainya masih terbuat dari tanah padat.
Dua gadis itu berdiri dengan kaki gemetar karena takut. Mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu. Berdiri tepat di muka pintu, saling memandang lalu mengetuk pintu bersama-sama.
“Tok…tok…tok…”
Lama tiada jawaban, mereka duduk di undakan depan pintu sambil memperhatikan ke arah pintu.
“Kreek..”suara pintu yang terdengar sangat berat karena engselnya mulai berkarat.
Alisha dan Niken bergegas ke arah pintu, seorang bapak tua membuka pintu.
“Siapa kalian?”tanya si bapak tua dengan suara parau.
Dua gadis itu terbelalak kaget, laki-laki di hadapannya sangat aneh, tubuhnya bungkuk dengan mata sebelah kiri seakan mau keluar. Pakaiannya serba hitam dengan ikat kepala warna putih, kulit tangannya seakan menempel pada tulang dengan urat-urat tangan yang menyembul besar-besar, tubuhnya sangat kurus.
“Kami teman Ryan.Anak yang tinggal di rumah besar.”
Seketika laki-laki tua itu kaget dan matanya yang menonjol terbelalak makin menyeramkan. Dia seperti seorang penderita proptosis sehingga bola matanya nyaris keluar dari soket akibat kadar hormon tiroidnya terlalu tinggi.
“Itu anak juragan ternak sapi perah,Nak. Kalau saya penunggu makam umum di belakang.”
Sontak dua gadis itu kaget mengetahui di belakang rumah itu ada kuburan massal, maka keduannya langsung berlarian tanpa sempat pamit pulang.
“Woi! Jangan tinggalin gue,Ken!”teriak Alisha yang tertinggal di belakang.
Niken tampak lebih jago berlari. Gadis itu telah berada di depan hampir mencapai lokasi dimana mobil di parkirkan. Alisha mengejar dan terjatuh karena terantuk batu.
“Aduh…”
Gadis itu memegangi lututnya yang terantuk kerikil tajam, lututnya lecet dan berdarah. Darah segar keluar dari pori-pori kulit kaki, terasa perih dan gadis itu hanya bisa meringis. Alisha bangkit dan jalan tertatih-tatih sambil menggeser kaki kanannya yang luka.
“Lu jatuh Lis?”tanya Niken sambil tertawa.
“Gue sakit tau. Kalau lo ketawain. Bantu ambilin plester dan alkohol dong. Ada di laci dashboard,kotak P3K.”
Jari jemari Nikan dengan lincah mencari barang yang dimasukkan dalam laci dashboard Sebuah kotak P3K warna putih dia serahkan pada Alisha, pertama dibersihkannya luka kakinya dengan kapas dan alkohol,lalu diberinya obat merah serta menutup lukanya dengan plester.
Alisha meringis dengan lutut kanannya yang terluka. Wajahnya yang cantik tampak menahan sakit, lututnya tampak ditekuk ketika memasuki mobil. Kemudian gadis itu menarik mundur kursi mobilnya. Dipasangnya kembali seat belt dan kembali menancap gas menuju rumah.
“Puas lu,Lis?”tanya Niken sambil menyeka keringatnya dengan tisu yang tergantung di bagian ataas mobil.
“Lu jangan nyindir mulu dong! Prihatin kek liat gue terluka,”sahut Alisha dengan wajah serius fokus menatap jalan raya.
“Please ya..Lain kali gue gak mau ikut lo lagi ke daerah ini.”
“Sepertinya juga gue gak akan ke sini lagi. Cukup tau Ryan itu tinggal dimana. Titik.”
“Yaudah. Lu janji ya anterin gue sampai rumah.”
“Iya.Lo tenang aja. Gue ngebut lagi mumpung jalanan sepi.Tutup mata!”
“Gueeng…….”
Di sebuah jalanan menurun, Alisha mengerem mobilnya. Sekilas ia melihat bayangan putih berkelebat di depan kaca mobilnya. Gadis itu sejenak mengerem mobilnya dan memarkirkan ke tepi. Dilihatnya sekelilingnya yang sepi tanpa satupun mobil lewat karena hari mulai gelap. Di angkasa nampak gelap, taburan bintang-bintang mulai menghiasi angkasa.
“Kenapa lo berhenti di sini,Lis?”tanya Niken dengan wajah bengong.
Gadis badung nan suka iseng itu membuka matanya dan ikutan meneliti keadaan di sekitar mobil.
“Jangan berhenti di sini. Takut ada preman jahat!”perintahnya lagi.
Alisha masih tak percaya dengan penglihatannya lagi. Bulu kuduknya merinding seketika.
“Sepertinya tadi gue liat bayangan putih terbang di depan kaca mobil,”lapor Alisha dengan wajah serius. Kedua alisnya menyatu seperti sedang berpikir keras.
“Duh…Lu mulai lagi deh. Bikin gue takut aja,”keluh Niken hampir menangis.
“Apa cuma halusinasi?”
Niken mulai menangis dan menutup matanya dengan kedua belah tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments