Merawat Ananta

Keysha langsung memanggil majikannya. Nency yang dapat laporan dari Echa bahwa adiknya sakit, dia khawatir adiknya sakit dan langsung menelpon dokter untuk datang kerumahnya.

"Echa tolong buatkan bubur yaa," pinta Nency dengan cemas.

Tanpa menjawab Keysha langsung turun ke dapur membuatkan bubur. Lima belas menit kemudian bubur sudah jadi dan langsung dihidangkan namun Keysha yang akan kelantai dua dihentikan Nency.

"Kita sarapan dulu Cha," kata Nency.

"Baik Kak," jawab Echa.

Mereka makan dengan tergesa supaya cepat selesai. Nency juga ada pertemuan penting diluar kota.

"Ananta Demam, dia terlalu kecapean dan kehujanan. Jangan sampai telat makan dan minum obatnya supaya cepat sembuh!" Jelas Dokter.

"Baik Dok, terima kasih," jawab Nency. Dokter tadi pun pamit pulang.

"Keysha, hari ini Bi Minah libur. Sebaiknya kamu tetap di rumah jagain Nanta takutnya nanti butuh apa-apa," perintah Nency.

"Baik Kak Nency," jawab Keysha langsung menyetujui. Dia sadar bahwa penyebab Ananta sakit karena menolong dirinya tadi malam.

Badan menggigil lemas, kepala seakan berputar, tenggorokan kering dan lidah pun terasa pahit.

Ananta yang dari kemarin memang merasa tidak enak badan, setelah sampai rumah, niatnya langsung istirahat namun karena dia mendengar Keysha yang terjebak hujan dan ban motornya pecah lewat sambungan telpon Kakaknya langsung bergegas menuju lokasi yang disebutkan Keysha sehingga dia kehujanan dan sakit seperti sekarang.

Pagi ini Ananta enggan untuk bangun, namun hatinya melambung tinggi ke angkasa. Bagaimana tidak, Keysha yang katanya tidak pernah menyentuh lelaki yang bukan muhrimnya barusan menyentuh kening Nanta yang membuat pria tersebut sangat bahagia.

Keysha mengetuk pintu kamar Nanta serta membawa nampan berisi bubur dan air putih hangat.

"Sarapan dulu Mas lalu minum obatnya, upaya cepat sembuh," kata Keysha lembut menaruh nampannya di atas meja.

Nanta bangun dan menyandarkan punggungnya di atas bantal.

"Bisakah kamu menyuapiku?" Pinta Nanta dengan ekspresi cuek.

Apa-apaan ini, baru kali ini ada orang minta tolong dengan ekspresi seperti ini. Batin Keysha protes.

"Tanganku lemas," lanjut Ananta dengan nada lemah yang tidak mendapat jawaban Keysha, Nanta tidak berbohong.

Keysha jadi tidak tega, dari tadi pagi adik bosnya tersebut belum sarapan. Akhirnya Keysha pun menyuapinya dengan telaten, sedangkan Nanta hanya bersikap acuh tak acuh. Nanta sengaja bersikap seperti itu karena dia tidak ingin Keysha mendengar detak jantungnya yang berdetak kencang.

Selesai sarapan Ananta minum obat, dia berbaring lagi dan perlahan matanya terpejam efek obat.

Keysha menatap Nanta yang sedang tertidur pulas seperti bayi. Keysha akui Nanta memang tampan dan menawan, andai saja mereka tidak berbeda tapi ya sudahlah.

Keysha membawa kembali nampan yang telah kosong ke dapur, dia merasa jenuh karena berdiam diri. Keysha berpikir jika dia hanya berdiam diri sama saja dia memakan gaji buta. Akhirnya dia memutuskan untuk membersihkan rumah. Bukan hal yang sulit untuk Keysha karena dia sudah terbiasa dengan pekerjaan ini.

Jam dua belas semua kerjaan Echa sudah selesai, lantai sudah kinclong, ruangan tertata rapi, cucian yang kemarin sudah kering sudah disetrika. Echa memutuskan untuk mandi dan sholat dzuhur.

Selesai sholat mata Echa terasa berat dan tanpa sadar dia tertidur di atas sajadah.

Tepat pukul satu siang, Ananta terbangun dari tidurnya.

"Hmm.. sudah jam berapa ini?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Ternyata lumayan lama juga aku tertidur," gumam Ananta setelah melihat jam dimeja samping tempat tidur.

"Laper, sedang apa ya dia," gumamnya lagi.

Ananta bangun dari kasur king size nya dan berjalan keluar kamar mencari sosok bidadari cantik yang hari ini bertugas menjaganya. Badannya terasa lebih ringan dan cenat-cenut di kepalanya juga lumayan berkurang. Setelah mencari di setiap sudut ruangan tapi hasilnya nihil, dia pun berjalan kearah dapur dan tidak sengaja matanya menangkap Keysha yang sedang tidur di musholla karena memang hanya ditutupi tirai putih transparan dekat dengan dapur juga.

Tanpa sadar, hati dan pikiran Ananta bergerak untuk menarik diri sendiri lebih dekat kearah Echa yang sedang tertidur pulas. Semakin dekat dan semakin dilihat lebih dalam kecantikannya semakin nyata, cantik alami yang tanpa polesan apa pun atau menampakkan tubuhnya tanpa baju ****. Nanta kini menyadari, perasaannya semakin dalam kepada Echa namun dia sadar ada dinding kokoh yang membentengi keduanya. Meskipun Echa lebih muda empat tahun dari dia tapi Echa lebih dewasa dan keibuan. Sungguh beruntung apabila Echa jadi istrinya dan memiliki keturunan darinya.

Nanta berjongkok memandang wajah Echa dan sedikit pun dia tidak mengalihkan pandangannya dari bidadari didepannya ini.

Tidak lama kemudian, Echa bangun dan terkejut ada orang didekatnya.

"Aku lapar," ucap Nanta dingin dan berlalu pergi menuju meja makan.

Nanta sedikit salah tingkah karena dia yang semakin lama semakin tidak bisa mengendalikan diri saat bertatap muka langsung dengan Echa, sekaligus terkejut karena Echa yang bangun tiba-tiba.

Keysha buru-buru melepas mukenanya dan memakai hijabnya karena dia sama sekali belum masak.

"Mas mau makan apa?" Tanya Keysha.

"Terserah!" Jawab Nanta datar dan sengaja memainkan ponselnya.

Keysha yang melihat raut wajah datar Ananta heran sekaligus bingung. Karena semalem sikapnya Nanta sedikit melunak tapi kenapa sekarang jutek lagi. Keysha memang tidak pernah bisa menebak sikap adik dari majikannya tersebut.

Siang ini, Keysha memutuskan untuk masak Sup, perkedel dan sambal empela ati. Ruangan dapur dengan meja makan memang tidak ada pembatas jadi Nanta dengan puas melihat punggung Echa yang sedang berdiri memasak dengan cekatan.

Sekitar tiga puluh menitan semua hidang sudah siap dimeja makan. Echa yang tidak melihat adik majikannya tidak segera makan pun heran.

"Ada apa Mas, apa ada yang kurang?" tanya Echa bingung.

"Aku tidak suka makan sendiri," kata Nanta datar.

Echa yang mendengar jawaban Nanta segera melepas celemek yang masih melekat ditubuhnya dan duduk di samping Nanta. Dengan telaten Keysha mengambilkan nasi dan lauknya di piring Nanta sebelum dirinya. Ckckck sudah seperti suami istri aja mereka.

Alangkah indahnya jika selamanya seperti ini. Batin Nanta tersenyum.

Mereka menikmati makan siang dalam diam. Nanta selalu puas dengan masakan Keysha yang pas di lidahnya.

Dulu sebelum ada Echa di rumah ini, Nanta jarang pulang karena dia lebih memilih berada di kantor atau bahkan di apartemennya. Tapi sekarang lebih banyak di rumah menanti makanan kejutan dari Keysha yang setiap hari selalu masak dengan menu yabg berbeda.

Selesai makan, Echa membersihkan meja makan dan mencuci piring yang kotor, kemudian dia menyusul Nanta yang ada diruang santai sambil menonton televisi.

*****

Jangan lupa dukung aku dengan vote, like, komen, dan favoritkan..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!