Butik Edelweis

Tidak terasa Ananta dkk sudah akan wisuda. Di univ hari ini tidak ada pembelajaran karena semuanya sibuk mempersiapkan acara wisuda yang akan digelar besok, namun tidak dengan Ananta karena dia adalah seorang CEO sebuah perusahaan Raksasa di Asia dan Eropa menggantikan Daddy nya yang sudah meninggal menyusul Mommy nya ketika dia baru masuk kuliah. Karena kesibukannya membuat dia tidak punya waktu untuk mempersiapkan semuanya tapi tanpa dia mempersiapkan semuanya, rupanya sang Kakak yang merupakan seorang disaigner butik ternama "Butik Edelweis" sudah mempersiapkan semuanya.

"Nan, nanti ke butik ya!" Titah Kak Nency kakaknya Ananta lewat telpon.

"Hm.." jawab Ananta singkat padat jelas.

Telpon langsung dimatikan Ananta tanpa mempertanyakan ada apa dan kenapa.

Setelah semua pekerjaannya selesai, Ananta bergegas menuju butik kakaknya.

"Ada apa Kak?" Tanya Ananta to the point.

"Nihh kamu cobain, kakak sudah membuatkan kamu jas buat besok wisuda" kata Nency.

"Hmm.." karena tidak ingin mengecewakan sang Kakak sehingga Ananta mencobanya. Hanya sang Kakak yang Ananta punya saat ini.

"Bagus Kak, Pas juga di aku" kata Ananta setelah mencoba setelan jas khusus untuknya tersebut.

Kata Ananta membuat senyum di wajah Nency terus mengembang, tidak sia-sia dia begadang hanya untuk membuatkan adik tersayangnya setelan jas.

Keesokan harinya, Ananta dan Kak Nency sudah di kampus untuk menghadiri acara wisuda adiknya. Meskipun Ananta sering bolos namun tidak menutup kemungkinan untuk dia mendapatkan mendapatkan nilai tertinggi diantara semua mahasiswa karena apa yang diajarkan di kampusnya sudah diajarkan sebelum masuk kuliah dan bahkan terjun langsung di dunia bisnis.

"Tidak terasa yaa kita sudah wisuda aja" kata Dika.

"Iyaa perasaan baru kemarin kita masuk kuliah" sambung Brian.

"Wahh selamat yaa adik-adikku yang ganteng" Kata Kak Nency.

"Iya kak, Terima kasih" kata Dika dan Brian bersamaan. Sedangkan Ananta hanya menjadi pendengar yang setia karena dia orang yang irit bicara.

Sedangkan di suatu tempat, tepatnya di samping jalan ada taman umum yang banyak di tanami bunga warna warni, tamannya sepi karena hari masih siang. Dedaunan kering berguguran satu persatu berserakan di atas jalanan yang lumayan sepi.

Dari kejauhan terlihat tiga gadis yang sedang duduk di kursi yang ada di bawah pohon rindang, mereka diam termenung dalam pikiran masing-masing. Angin sepoi-sepoi membuat mereka bertiga semakin larut dalam kebisuan, terlihat jelas dari raut wajah mereka ada kesedihan yang cukup mendalam.

"Cha, apa kamu tidak merasa sayang kalo kamu harus berhenti kuliah?" Suara berat dari Feby memecahkan kesunyian diantara mereka.

"Aku sudah lama mempertimbangkan ini semua, aku merasa kasian dengan kakakku yang sebentar lagi istrinya akan melahirkan pasti butuh banyak biaya, belum lagi biaya pengobatan ibu. Sedangkan gaji dari aku kerja sampingan hanya cukup membayar kuliahku saja," jawab Echa.

"Terus apa rencana mu sekarang?" Tanya Sila.

"Aku mau mencari kerja yang gajinya lumayan besar dari gaji aku sebelumnya," jawab Echa menatap kedua sahabatnya.

"Kamu kerja di butik kakak sepupu aku aja, Cha. Kemarin aku denger, kakakku lagi butuh asisten," ujar Feby antusias.

"iya aku mau," dengan semangat tinggi Echa menerima tawaran Feby. Namun sekian detik wajah Echa kembali muram membuat kedua sahabatnya bingung.

"Kamu kenapa muram gitu?" tanya Sila mengerutkan dahinya.

"Tapi aku belum berpengalaman, pasti yang dicari yang sudah berpengalaman dan memiliki pendidikan tinggi secara butik kakakmu itu lumayan terkenal," ujar Echa.

"Tidak, tenang saja. Nanti aku bilang sama Kak Nency," terang Feby

"Terima kasih kalian selalu ada untukku," seketika raut wajahnya kembali ceria seperti sebelumnya.

Jam baru menunjukkan pukul setengah 7, namun Echa sudah menyelesaikan semua tugas rumah seperti memasak, menyapu lantai dan halaman, mengepel lantai, cuci piring dan lain lainnya.

Meskipun rumahnya sederhana namun rumah itu selalu terlihat rapi dan indah dengan halaman yang luas dan ditanami berbagai macam bunga dan buah. Di halaman yang luas itu terdapat pohon buah anggur yang sengaja dibentuk seperti atap dan dibawahnya di taruh sebuah kursi memanjang dari kayu yang saling berhadapan dengan meja ditengahnya. Dulu Setiap weekend semua keluarga libur, Almarhum ayahnya, ibunya yang masih sehat wal 'afiat, kakak beserta kakak iparnya saling bercengkrama sambil menikmati segelas teh dan gorengan. Terlihat Sederhana namun dibalik kesederhanaan itu terdapat kebahagiaan yang mendalam. Tak terasa air matanya menetes mengingat semua kenangan itu, Keysha sungguh merindukan semua itu.

"Dek, ada telpon," suara kakak iparnya membuat lamunannya buyar, seketika Keysha langsung menghapus air matanya.

"iya mbak," jawab Keysha sambil tersenyum menyembunyikan kesedihannya dan masuk kedalam.

"Assalamualaikum," salam Keysha di telpon.

"Cha, kamu siap-siap ya! sekarang aku jemput kamu, siapkan segala persiapan kamu 15 menit lagi aku sampai," tutur Feby yang ternyata menelponnya.

"Oke Feb" jawab Echa.

"Mbak, aku siap-siap dulu ya! do'akan semoga aku diterima kerja supaya bisa membantu meringankan beban mas Eza," kata Echa kepada kakak iparnya.

"Tentu adikku, do'a ku selalu menyertaimu," tutur Aira sambil memeluk adik iparnya tersebut. Aira sangat menyayangi Keysha seperti adik kandungnya sendiri.

Seandainya Aira bisa bekerja ingin sekali dia membantu Echa sampai wisuda. Sayang jika Echa harus berhenti kuliah karena dia adalah anak yang raji dan cerdas. Tapi sekarang kakak iparnya itu sedang mengandung yang pastinya dilarang bekerja.

Sedangkan kakaknya hanya buruh pabrik yang gajinya hanya untuk biaya sehari-hari. Untuk biaya kuliah pun Echa kerja sampingan di sebuah restoran. Namun sekarang Ibunya tengah sakit, butuh biaya untuk pengobatan dan ditambah lagi hutang keluarga sudah banyak.

Itulah kenapa Echa memutuskan untuk berhenti kuliah dan mencari kerja yang gajinya lebih besar dari sebelumnya. Echa berharap dengan fokus kerja dia bisa membayar sedikit demi sedikit hutang dan membantu biaya pengobatan ibunya.

Selama perjalanan menuju butik tantenya Feby, hatinya tak tenang dia sangat was-was dalam hati Echa tak henti-hentinya berdzikir semoga Allah SWT memperlancar interview nanti.

"Tenang saja, Kak Nency orangnya baik kok kemarin aku sudah bilang sama kakakku," kata Feby menenangkan Echa yang terlihat sangat harap-harap cemas.

"Makasi ya Feb, kamu dan Sila selalu ada di saat aku sedang sangaattt membutuhkan bantuan," kata Keysha matanya sudah berkaca-kaca terharu, begitu beruntungnya dia punya sahabat sebaik mereka.

"Iya sama-sama, sudah jangan tegang gitu kakak aku gak galak kok," kata Feby.

Sesampainya mereka dibangunan yang begitu luas dan mewah dengan dua lantai itu yang di depan tertulis jelas dan besar 'Butik Edelweis 2'.

"Masha Allah indahnyaaa," kata Echa terkagum-kagum.

*****

ig : @knririn_

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!